HADITS TARBAWI
Tentang
“KEPRIBADIAN MURID”
Oleh:
Kelompok 04
Faizul Akbar 2214090014
Sisri Dayani 2214090017
Dosen Pengampu:
Fredika Ramadanil, S. Th.I, M.Ag
Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah untuk mata
kuliah Hadits Tarbawi ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ”Kepribadian
Murid” disusun guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Hadits Tarbawi, Dosen
Pengampu Fredika Ramadanil, S. Th.I, M.Ag.
Kelompok 04
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
)Kosakata (Mufradat
· – = tiga orang laki .laki, kata nafar berjumlah antara 3 -10 orangثالثة نفر
· = selesai.فر غ
· = malu tidak mau duduk di depan karena kesempitan, Allahفا ستحيا
memuliakannya dan tidak merendahkan.
4
Terjemahan
Dari Abu Waqid al-Laytsiy (al-Harits bin ‘Awf) r.a bahwasanya Rasulullah
SAW pada suatu ketika duduk bersama para sahabat di dalam masjid. Tiba-tiba
datang tiga orang, dua diantaranya menuju Rasulullah SAW dan yang seorang lagi
pergi begitu saja. Kedua orang tersebut berhenti di hadapan Rasulullah SAW, salah
satu dari mereka melihat tempat kosong di majelis halakah (majelis berbentuk
melingkar dari depan), yang lain duduk di belakang mereka dan yang ketiga
berpaling pergi meninggalkan majeis tersebut. Setelah selesai majelis Rasulullah
bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tersebut? Adapun
salah satu diantara mereka berlindung (mendekat) kepada Allah, maka Allah pun
memberikan tempat kepadanya. Adapun yang kedua merasa malu, maka Allah pun
menghargai malunya dan yang lain berpaling, maka Allah pun berpaling
daripadanya.” (HR. Muttafaq Alayh)
b. Duduk di belakang
Al-‘Asqalaniy dalam kitabnyaFath al-Bariy menjelaskan makna kata
malu bagi orang kedua ini, bahwa al-Qadhi ‘Iyadh berkata; bahwa ia malu
dari Nabi dan para sahabat yang hadir kalau tidak ikut duduk, Anas
menjelaskan dalam periwayatannya; orang itu malu kalau pergi dari majelis.
1
Hasan Langgulung, ASAS-ASAS PENDIDIKAN ISLAM, 1987 (Jakarta: Pustaka Al-Husna) hlm. 311
5
Atau orang kedua ini malu berdesakan duduk di depan, maka ia duduk di
belakangnya. Balasan orang kedua ini, Allah memberi hukuman tetapi
tentunya tidak seperti murid yang duduk dibarisan depan.
c. Berpaling pulang
Sikap orang ketiga, sama sekali tidak menghargai ilmu, begitu lewat
majelis tidak bergabung duduk disitu, tetapi berpaling dan pulang tanpa ada
uzur. Sikap anak didik seperti ini balasannya sama dengan perbuatannya,
Allah pun berpaling daripadanya yakni Allah murka kepadanya.
ْْصىلْهللاْعليهْوسلمْقالْمثلْمابعثثْهللا
ي ْموىسْعنْالنث
ي عنْأب
ي
ْبهْمنْالهدىْوالعلمْكمثلْالغيثْالكثبأصابْأرضافكانْمنهاْنقية
ر
ْقبلتْالماءْفأنبتتْالكألْوالعشبْالكثبْْوكانتْمنهاأخادب
ر
ْأمسكتْالماءْفنفعْهللاْبهاالناسْفرسبواوسقواْوزرعواْوأصابت
ْمنهاْطائفةْأخرىْإنماهْقيعانْْلثمسكْماءوْلتنبتْكألفذلكْمثل
َ َ َ َ َ َ َ ُ ََ َ َي
ْْهللاْب ِهْفع ِلمْوعلمْومثلْمنْلم
ِ ينْهللاْونفعهْمابعث ِ يثٍ منْفقهْف ٍْد
ي
)يرفعْبذلكْرأساْولمْيقبلْهدىْهللاْالذيْأرسلتبهْ(متفقْعليه
Kosakata (Mufradat)
a. = مابعثني هللا بهsesuatu yang aku diutus Allah dengannya
b. الغيث = hujan
2
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, 2012 (Jakarta: Amzah), hlm. 105
6
c. طائفة = sebidang tanah
d. نقية = subur
e. فأنبتت = menumbuhkan
h. أمسكت = menahan
j. فقه = paham
k. لم يرفع بذلك رأسا = tidak peduli, tidak memperhatikan, berpaling dari
Terjemahan
Dari Abi Musa r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya
perumpamaan petunjuk (hidayah) dan ilmu yang dengannya aku diutus oleh Allah
bagaikan hujan yang jatuh mengenai Bumi. Di antaranya ada bumi yang subur, ia
dapat menerima air kemudian menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan dan rumput yang
lebat. Di antaranya ada Bumi yang tandus (tanah berbatu padas) yang dapat
menahan air, lalu dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia, sehingga
mereka dapat minum, menyirami, dan bercocok tanam daripadanya. Dan (air hujan)
ada yang mengenai sebagian Bumi, sesungguhnya ia tanah licin tidak dapat enahan
air dan tidak dapt menumbuhkan tanaman. Demikian itu, perumpamaan orang yang
mengkaji agama Allah dan bermanfaat apa yang aku diutus dengannya, ia
mengetahui dan mengajarkan (kepada orang lain) dan perumpamaan orang tidak
3
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, 2012 (Jakarta: Kencana) h. 107-108
7
peduli (tidak mampu mengambil manfaat apa yang aku diutus dengannya), dan tidak
menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” (HR. Muttafaq Alayh) 4
petunjuk yang diberikan kepada manusia bagaikan hujan yang menyirami Bumi.
Kedua perumpamaan Bumi dan manusia membutuhkan siraman, Bumi perlu siraman
air agar menjadi tanah yang subur dan dapat menumbuhkan tanaman-tanaman yang
hijau kemudian dimanfaatkan untuk manusia. Demikian halnya hati manusia perlu
disiram dengan petunjuk dan ilmu, agar hatinya menjadi subur menerima petunjuk
agama yang dibawanya bagaikan hujan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan.
Pada Hadis di atas ada tiga karakter manusia sebagai anak didik dalam
menerima ilmu atau petunjuk yang diumpamakan seperti ragam tanah atau Bumi
Karakter anak didik diumpamakan seperti Bumi subur ketika disiram dengan
air hujan. Bumi itu dapat minum atau menyerap air, menumbuhkan tanaman-
4
Ibid, h. 108-109
8
Karakter anak didik pertama ini karakter yang terbaik di antara tiga karakter
yang ada nanti, karena karakter inilah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu
membentuk pribadi anak yang baik dan memiliki ilmu pengetahuan yang
bermanfaat yakni diamalkan dan diajarkan. Alangkah manfaatnya jika tanah yang
subur itu dapat menumbuhkan berbagai buah-buahan dan sayur mayor yang
manfaatnya jika ilmu seseorang yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain
dapat menerangi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Orang pertama ini disebut
Bumi tandus ini hanya dapat menampung air belakang, tetapi tidak dapat
Memang ia dapat memberi manfaat kepada manusia seperti untuk minum, untuk
menyirami dan untuk bercocok tanam, tetapi ia tidak dapat mengambil manfaat
untuk dirinya. Ini sebuah perumpamaan karakter anak didik yang pandai, cerdas,
dan pintar semua buku sudah dibaca dan seolah-olah semua ilmu dikuasai. Tetapi
ilmu itu sebatas di ajarkan dan diinformasikan kepada orang lain, sementara ilmu
itu tidak diamalkan untuk dirinya. Karakter anak didik kedua ini bagaikan lilin
yang menerangi benda disekitarnya, tetapi membakar dirinya.
Karakter kedua ini kurang etis, seharusnya ilmu yang telah didapatkan untuk
kepentingan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian keluarga dan baru untuk orang
5
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, 2012 (Jakarta: Kencana) h. 109-110
9
lain. Otang kedua ini hanya memindahkan berita, hanya meriwayatkan, hanya
Bentuk karakter anak didik ketiga diumpamakan seperti bumi licin mendatar
tidak dapat menyerap dan tidak dapat menampung air. Karakter sebagaian anak
didik ketiga ini tidak dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya
maupun untuk orang lain. Mereka tidak dapat menyerap ilmu dan tidak dapat
menampung ilmu. Tidak ada ilmu yang menempel di otak mereka, tidak ada ilmu
yang dapat menumbuhkan buah amal nyata untuk dirinya dan tidak ada orang lain
atau mendengar tetapu tidak memelihara ilmu itu, tidak untuk diamalkan dan
Karakter ketiga ini yang terendah di antara tiga karekter di atas, karena
bermanfaat dari berbagai arah. Orang ketiga ini tidak mau mengambil manfaat
dari petunjuk dan ilmu yang dibawa Nabi dan tidak memberi manfaat kepada
orang lain bahkan tidak menerima petunjuk atau ilmu dari Nabi. Kalau demikian
tersebut, dapat melahirkan kepribadian yang berbeda pula. Teori ini yang dianut
oleh pengalaman empiris. Di sisi lain, anak didik sebagai makhluk ciptaan Allah,
6
Ibid, h. 110-112
10
lahir ke alam dunia ini sudah memiliki pembawaan masing-masing yang
Teori ini banyak dianut oleh aliran Nativisme, yang mengatakan bahwa anak
Namun demikian, pendidikan Islam tidak memandang kedua hal tersebut secara
didik dalam pendidikan Islam yaitu: sabar, ikhlas, jujur, tawadhu’, qana’ah,
1. Sabar
ranting-ranting, dan amal seperti buah. Atas dasar pengertian ini, Imam al-Ghazali
dalam diri manusia harus timbul kekuatan dan dorongan untuk melakukan
kesabaran. 7
2. Ikhlas
Ikhlas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan; sesuatu yang bersih
dari campuran yang mencemarinya Jika suatu perbuatan bersih dari riya’ dan
ditunjukkan bagi Allah Ta’ala, perbuatan itu dianggap ikhlas.
3. Jujur
Salah satu sifat seorang peserta didik yang dapat menentukan kepercayaan
orang lain, baik guru maupun teman sesamanya, adalah kejujuran. Jujur dapat
7
Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, 1995 (Jakarta: Pustaka Amani), h. 256
11
ditandai dengan sikap terbuka atas apa yang sebenarnya ada atau terjadi pada
dirinya.
4. Tawadhu’
Salah satu sifat seorang peserta didik yang dapat menentukan kepercayaan
orang lain, baik guru maupun teman sesamanya, adalah kejujuran. Jujur dapat
ditandai dengan sikap terbuka atas apa yang sebenarnya ada atau terjadi pada
dirinya.
5. Qana’ah
Qana’ah adalah menerima cukup. Qana’ah merupakan kekayaan yang
sebenarnya. Rasulullah Saw bersabda:“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak
harta, kekayaan ialah kekayaan jiwa” . Dengan demikian, sifat qana’ah berkaitan
erat dengan cara penerimaan dan kondisi psikologis seorang anak didik terhadap
apa yang diperolehnya. Sifat qana’ah ini, tidak hanya berkaitan dengan cara
penerimaan terhadap materi, tetapi juga berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. 8
6. Toleran
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sifat toleran seorang pelajar adalah
menghindarkan perbedaan yang menyebabkan perpecahan demi meraih lezatnya
persaudaraan. Oleh karena itu, sifat toleran dapat menimbulkan persaudaraan
yang terpelihara dan terhindar dari saling permusuhan.
7. Tha’at
Imam Syafi’i berkata “aku mengadukan masalahku kepada guruku bernama
Waki’, karena kesulitan dalam mendapatkan ilmu (sulit menghapal). Guruku itu
menasehatiku agar menjauhi perbuatan maksiat. Selanjutnya, guruku mengatakan
bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang
yang berbuat maksiat”. Ungkapan Imam Syafi’i itu mengisyaratkan bahwa ilmu
8
Hamka, Tasawuf Modern, 1990 (Jakarta: Pustaka Panjimas), h. 228
12
itu hakikatnya cahaya dari Allah, dan hal itu hanya diberikan kepada hamba-Nya
yang tha’at. 9
8. Tawakkal
Tawakal berarti pengandalan hati kepada Tuhan Yang Maha Pelindung karena
segala sesuatu keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya, sedangkan selain Allah tidak
dapat membahayakan dan tidak dapat memberinya manfaat.
َّ = memanah
الرمي
= ترکmeninggalkannya
= عصنmaksiat
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, 1997 (Jakarta: Logos), h. 80
10
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid, 2001 (Jakarta: Rajawali
Press), h. 50.
13
Terjemahan
Dari Ughah bin Amir al-Juhayniy berkata Rasullullah SAW bersabda:
"barang siapa yang telah diajari panah memanah kemudian ia tinggalkannya, maka
ia tidak tergolong umatkuatau sungguh ia durhaka" (HR. Muslim)
14
dan bengkel otomotif. Ilmu dan keterampilan jika sudah dikuasai tidak boleh
dilupakan, harus selalu diingat bahkan dikembangkan secara enovatif.11
D. Pemerhati ilmu
ْْقاعةْتنهيتْإَلْالنثْصىلْهللاْعليهْوسلمْوْهوْيخطبْفن
ي منْأب
ي
َ ُ َ
ْبتْصىلْهللاْعليهْوْسندْوْتولدْخطيتهْريِ فقلتْياْرسولْهللاْرجلْع َر
ْْفاب ى
ْتنىهَْل ي
ي ماْدينهْقالْفاقبلْعىلْرسولْجاءْيسألْعنْدينهْحث
ْبكرىسْحسبتْقواْبهْحديداْقالْفقعدْعليهْرسولْهللاْصىلْهللاْعليهْوي
َ ُ َ ى
ْخرْهاْ(رواهْمسلم/ْسلمْوجعلْيعابْبماْعلمهْهللاْثمْأبْخشيتهْفأتم
ي
Kosa kata (Mufrodat)
= يَ ْختkhotbah
= غربتasing
= دينه عن يسألbertanya tentang agama yang wajib diketahui
Terjemahan
Dari Ahu Rifa'ah Tamim Bin Usaid ra. Berkata: saya datang kepada
nabi SAW. Dan beliau sedang berkotbah, kemudian saya berkata: "wahai
Rasulullah, ada seorang laki-laki asing menanyakan tentang agamanya
karena dia belum tahu seluk beluk agamanya". Rasulullah menghadap saya
dan menghentikan khotbahnya kemudian diambilan sebuah kursi kemudian
beliau duduk di atas kursi itu lantas mengajarkan kepada saya apa yang telah
11
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, 2012 (Jakarta: Kencana) h. 114-117
15
diajarkan Allah, kemudian beliau kembali berkhotbah dan menyelesaikan
sampai akhir. (HR. Muslim).
12
Ibid, h. 121-122
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjelasan Rasulullah SAW tentang posisi duduk yaitu Mengisi
tempat kosong di barisan terdepan dari halakah itu, berlindung kepada Allah,
artinya bergabung dengan majelis Rasul, balasannya Allah pun
melindunginya. Ini adalah sikap anak didik yang paling baik di majelis ilmu
atau di kelas.
Rasulullah SAW membuat perumpamaan yang indah tentang ilmu dan
petunjuk yang diberikan kepada manusia bagaikan hujan yang menyirami
Bumi. Kedua perumpamaan Bumi dan manusia membutuhkan siraman, Bumi
perlu siraman air agar menjadi tanah yang subur dan dapat menumbuhkan
tanaman-tanaman yang hijau kemudian dimanfaatkan untuk manusia.
Demikian halnya hati manusia perlu disiram dengan petunjuk dan ilmu, agar
hatinya menjadi subur menerima petunjuk mendapat ketenangan, kemudian
diamalkan dan diajarkan sehingga manfaatnya lebih luas.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima kritikan dan saran
17
yang sifatnya membangun dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki
makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abduddin. (2001). Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid
Jakarta: Rajawali Press.
18