Anda di halaman 1dari 27

Serial Nafsiyah Dakwah

BAROKAHNYA
BERJAMAAH

Oleh :
Abu Zaid

2023

1
Sessi I.

MASIHKAH KITA GA’


SEMANGAT DATANG NGAJI?

(Renungan Bagi pengemban Dakwah Bagian 1)

K adang-kadang kita ini lupa bersyukur.


Khususnya mensyukuri kesempatan punya
majelis ilmu yang rutin pekanan. majelis
ngaji mingguan. Yang diasuh seorang Guru yang
luar biasa nampak ikhlas dan tidak punya pamrih
kecuali kemenangan dakwah dan ridho Allah.
Tak pernah minta imbalan apapun meski sekedar
uang bensin. Tidak ada pamrih kecuali kebaikan

2
untuk kita para muridnya hingga selamat dunia
akhirat.
Betapa besar nikmat Allah untuk kita. Namun
kadang kita lupa dengan kekayaan luar biasa itu.
Kekayaan yang tak bisa dibandingkan dengan harta
seluruh dunia ini. Sehingga kadang kita malas
malasan ngaji. Dengan berbagai alasan kita ga
hadir. Hanya dikit flu kita ga hadir. Hanya karena
nyari tambahan uang kita ga hadir ngaji. Ini
merupakan sikap sembrono dan kerugian yang
besar. Rugi dunia akhirat. Mengapa? Karena
beberapa kemuliaan berikut:
1. Memenuhi perintah kewajiban menuntut ilmu.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
‫علَى ُك ِل ُم ْس ِلم‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
َ ٌ ‫ضة‬ َ
ُ َ ‫طل‬
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR.
Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani)
Kita tentu saja bahagia dan gembira hadir ngaji
karena sedang memenuhi perintah Allah SWT.
2. Belajar dalam majelis ilmu apalagi ngaji pekanan
untuk berjuang menegakkan Islam merupakan jalan
ke surga.

3
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ق ال َجنَّ ِة‬ ُ ‫ سلَك هللاُ به طريقًا ِمن‬،‫ب فيه ِع ْل ًما‬
ِ ‫ط ُر‬ ُ ُ‫َمن سلَك طريقًا يطل‬
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu,
maka Allah akan memudahkan jalannya untuk
menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu
Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam
Shahih Abu Daud).
3. Tanda bahwasanya malaikat ridha dan suka pada
orang-orang yang berada dalam majelis ilmu.
‫ب ْال ِع ْل ِم‬ َ َ ‫َوإِ َّن ْال َمالَئِ َكةَ لَت‬
ً ‫ض ُع أ َ ْجنِ َحت َ َها ِر‬
َ ‫ضا ِل‬
ِ ‫طا ِل‬
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu
Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; At-Tirmidzi,
no. 2682. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini dha’if. Sedangkan Syaikh Al-
Albani menshahihkan hadits ini). Maksudnya, para
malaikat benar-benar menghormati para penuntut
ilmu. Atau maksudnya pula malaikat turun dan ikut
dalam majelis ilmu. (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 493)
4. Mendapatkan perlindungan Allah.
َ ‫سِِ ْو‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬: – ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي هللا‬َ ِِ‫ض‬ ِ ‫ع ْوف – َر‬ َ ‫ث ب ِْن‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي َواقِد ال َح‬ َ ‫َو‬
ُ ‫ والنَّا‬، ‫س في ال َم ْسِ ِج ِد‬ ٌ ‫سِلَّ َم – بَ ْينَ َما ُه َو َجا ِل‬ َ ُ‫صِلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ – ِ‫هللا‬
َ ُ‫صِلَّى هللا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ -ِ‫سِو ِ هللا‬ ُ ‫َان ِإلَى ر‬ ِ ‫ فأ ْقبَ َل اثْن‬، ‫ إ ْذ أ ْقبَ َل ثَالثَةُ نَفَر‬، ُ‫َمعَه‬
‫علَ ْي ِه‬َ ُ‫صِ ِلَّى هللا‬َ – ‫علَى رسِِِو ِ هللا‬ َ ‫واحدٌ ؛ فَ َوقَفَا‬ ِ ‫َب‬ َ ‫ َوذَه‬، – ‫سِ ِلَّ َم‬
َ ‫َو‬
4
‫ َوأ َّمِا‬، ‫س فِي َهِا‬ َ َ‫ فِأ َّمِا أ َحِدُ ُهمِا فَ َرأَر فُ ْرجِةً في ال َح ْلقَِ ِة فَ َجل‬. – ‫سِِِِلَّ َم‬ َ ‫َو‬
‫سِِو ُ هللا‬ ُ ‫غ َر‬ ُ َّ ‫ وأ َّما الث‬، ‫س خ َْلفَ ُه ْم‬
َ ‫ فَلَ َّما فَ َر‬. ً ‫الث فأ ْدبَ َر ذا ِهبا‬ َ َ‫اآلخر فَ َجل‬
ُ
: ‫ع ِن النَّفَ ِر الثَّالَث َ ِة‬َ ‫ (( أالَ أ ُ ْخ ِب ُر ُك ْم‬: َ ‫ قَا‬، – ‫– صِِلى هللا عليه وسِِلم‬
‫فِاسِِِِت َ ْحيَى‬ْ ‫أمِا اآلخ َُر‬ َ ِ‫أ َ َّمِا أ َ َحِدُ ُه ْم َفِ َأور ِإلَى هللا‬
َّ ‫ َو‬. ‫فِهواُُ هللاُ ِإلَيِْ ِه‬
. ُ‫ع ْنِه‬ َ ُ‫ف هللا‬ َ ‫ فَأَع َْر‬، ‫ف‬ َ ‫ فَأع َْر‬، ‫ وأما اآلخ َُر‬، ُ‫اسِِِِت َ ْحيَى هللاُ ِم ْنِه‬ ْ َ‫ف‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُمتَّفَ ٌق‬
Dari Abu Waqid Al-Harits bin ‘Auf radhiyallahu
‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika sedang duduk di masjid dan orang-
orang sedang bersamanya, tiba-tiba datanglah tiga
orang. Maka dua orang menghampiri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan yang satu
pergi. Lalu kedua orang tua itu berdiri di depan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah
satunya melihat tempat yang kosong di
perkumpulan tersebut, maka ia duduk di sana.
Sedangkan yang satu lagi, duduk di belakang
mereka. Adapun orang yang ketiga pergi. Maka
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
selesai, beliau berkata, “Maukah aku beritahukan
kepada kalian tentang tiga orang? Yang pertama, ia
berlindung kepada Allah, maka Allah pun
melindunginya. Yang kedua, ia malu, maka Allah
pun malu terhadapnya. Sedangkan yang ketiga, ia
berpaling maka Allah pun berpaling darinya.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 66 dan
Muslim, no. 2176)
5
5. Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranan,
bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika
tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis
ilmu. Beliau berkata,
‫ كيف تدعو نفسه إلى مكرمة‬,‫عجبت لمن لم يطلب العلم‬
“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut
ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak
kepada kebaikan.”? [Siyar A’lam AN-Nubala
8/398]
6. Berjumpa dengan Guru dan Kawan kawan
seperjuangan adalah nikmat yang sangat besar.
Berjumpa dengan para pejuang yang Mukhlis
adalah keberkahan hidup kita.
7. Dengan istiqomah dalam ngaji pekanan
insyaallah kita akan terjaga dan istiqomah dalam
perjuangan. Maka nikmat apa lagi yang lebih besar
dari istiqomah dijalan Allah?
Maka dari itu sobat, masih adalah diantara kita yang
rela melewatkan nikmat hadir pada ngaji ilmu
pekanan? Sungguh kerugian lahir batin dunia
akhirat sedang kita derita jika kita sampai
melupakan nikmat ini. Apalagi yang dikaji bukan
sekedar ilmu untuk kebutuhan pribadi namun ilmu
untuk berjuang menyelamatkan umat dengan islam
kaffah.
6
Sessi II.

KEUTAMAAN NGONTAK
MENGAJAK NGAJI

(Renungan Bagi Pengemban Dakwah Bagian 2)

U mat Islam adalah umat dakwah. Sebab


bukan hanya Baginda Nabi Muhammad
Saw saja yang wajib berdakwah.
Namun semua muslim wajib berdakwah. Baik
dakwah mengajak orang kafir masuk Islam maupun
mengajak muslim agar selalu menjaga dan
meningkatkan iman dan amal Sholih.

7
Hal ini ditunjukkan oleh firman Allâh Azza wa Jalla
:
‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫ت ِللنَّا ِ تَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬
َ َ‫وف َوت َ ْن َه ْون‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّمة أ ُ ْخ ِر َج‬
َّ ِ‫َوتُؤْ ِمنُونَ ب‬
ِ‫اّلل‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar [Ali Imrân/3:110]
Para Ulama terdahulu mengambil kesimpulan dari
ayat ini bahwa predikat terbaik bisa diraih oleh
umat ini, karena mereka adalah orang yang paling
bermanfaat untuk orang lain. Ini terwujud dengan
menunjukkan manusia pada perbuatan baik dan
memperingatkan mereka dari perbuatan
buruk.[Tafsir Ibnu Katsir, 2/77].
Ngontak orang lain Untuk ngaji merupakan salah
satu mercusuar dakwah. Sebab tanpa kita menemui
orang lain dan mengajak dia untuk ngaji agar
memahami Islam maka dakwah tak kan terbangun.
Dalam hal ini amat banyak keutamaan ngajak
kepada kebaikan dalam Islam. Terlebih lagi ngajak
ngaji. Sebab ngajak ngaji berarti ngajak belajar
Islam. Ngajak menuntut ilmu. Sementara menuntut
ilmu itu sangat banyak keutamaannya. Bahkan jalan
menuntut ilmu adalah jalan ke surga.

8
Dalam hal ini keutamaan ngontak ngajak ngaji
sebagaimana dalam banyak hadits antara lain:
‫ّللَاِ – صلى هللا‬ َّ َ ُ ‫سو‬ ُ ‫ قَا َ َر‬: َ ‫ع ْن أ َ ِبي َم ْسعُود – رضي هللا عنه – قَا‬
َ
‫ فَلَهُ ِمثْ ُل أ َ ْج ِر فَا ِع ِل ِه‬,‫علَى َخيْر‬َ َّ َ‫ َم ْن د‬: ‫عليه وسلم‬
Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata,
“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka
ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya.” [HR. Muslim]
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫علَى َخيْر‬
َ َّ َ‫َم ْن د‬
"Siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan"
Kata khair pada potongan hadits di atas adalah
bentuk nakirah dalam redaksi kalimat bersyarat
(kalimat majmuk bertingkat). Dalam tata bahasa
arab, kata khair dalam kalimat seperti di atas
bermakna umum, sehingga mencakup semua
bentuk kebaikan, tentu saja termasuk ngaji.
Sehingga masuk dalam cakupan kata khair di atas
yaitu ketika seseorang menunjukkan orang lain
suatu perbuatan baik, termasuk pula memberi
nasihat, wejangan, peringatan, menyusun buku
tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat. Pastinya juga
ngontak ngajak ngaji.
9
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫فَلَهُ ِمثْ ُل أ َ ْج ِر فَا ِع ِل ِه‬
"Maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala
orang yang melakukannya"
Artinya orang yang menunjukkan kebaikan akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakan kebaikan itu sendiri. Semakin banyak
orang yang melakukannya, maka semakin banyak
pahala yang didapatkannya. Semakin banyak kita
ngontak maka semakin banyak pahala kita.

Selama kontakan kita itu ngaji maka kebaikan kita


bertambah terus. Apalagi jika mengajak juga orang
lain untuk ngaji maka bertambah pula kebaikan
kita. Begitu seterusnya menjadi multilevel pahala.
Pengertian ini ada juga pada hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
‫ع ِم َل ِب َها‬ َ ‫ َوأ َ ْج ُر َم ْن‬،‫ فَلَهُ أ َ ْج ُرهَا‬،ً‫سِِنَة‬
َ ‫سِِنَّةً َح‬ُ ُِ ‫اِ ْسِِ َال‬ِ ْ ‫سِِ َّن ِفي‬ َ ‫َم ْن‬
ِ ْ ‫س ِ َّن فِي‬
ُِ ‫اِ ْس ِ َال‬ َ ‫ َو َم ْن‬،،ٌ ‫ش ِ ْي‬ َ ‫ور ِه ْم‬ِ ‫ص ِم ْن أ ُ ُج‬َ ُ‫غي ِْر أ َ ْن يَ ْنق‬
َ ‫ ِم ْن‬،َُُ‫بَ ْعد‬
‫غي ِْر‬َ ‫ ِم ْن‬،ُِ ‫ع ِم َل ِب َها ِم ْن بَ ْع ِد‬ َ َ‫ َكان‬،ً‫سِ ِيةَة‬
َ ‫علَ ْي ِه ِو ْر ُرهَا َو ِو ْر ُر َم ْن‬ َ ً‫سِنَّة‬
ُ
،ٌ ‫ش ْي‬َ ‫ص ِم ْن أ َ ْورَ ِار ِه ْم‬ َ ُ‫أ َ ْن يَ ْنق‬

10
"Barangsiapa mencontohkan dalam Islam suatu
contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan
pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya
setelahnya; tanpa berkurang sesuatu apapun dari
pahala mereka. Dan barangsiapa yang
mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang
buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa
orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa
berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa
mereka."[HR. Muslim, no. 1017]
Mestinya kita sangat bersemangat melakukan
kontak untuk ngajak ngaji. Kebaikannya terlalu
besar dan agung untuk dibicarakan.
Hendaknya ia mengajak kepada mereka sesuai
kadar ilmu yang dimiliki. Sedangkan hidayah
taufiq, itu ada di tangan-Nya Azza wa Jalla .
Sehingga dengan itu ia bisa meraih pahala besar.
Tugas ini menjadi semakin ditekankan pada diri
seorang guru, imam masjid dan yang semacamnya
yang mengemban amanah untuk menyampaikan
risalah Allâh Azza wa Jalla kepada umat secara
umum, terutama para pemuda dan remaja.
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah
bersabda:

11
‫َِ هللاُ ِبِ َك َر ُج ًال َوا ِحِدًا َخي ٌْر لَِ َك ِم ْن أ َ ْن يَ ُكونَ لَِ َك ُح ْم ُر‬
َ ‫فَ َوهللاِ ََل َ ْن يَ ْهِد‬
‫النَّعَ ِم‬
Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk kepada
satu orang melalui tanganmu, itu lebih baik bagimu
daripada engkau mempunyai unta merah. [HR. al-
Bukhâri, no. 3009, dan Muslim, no. 2406]
Oleh karena itu Sobat mari kita ngontak keluarga
kita khususnya anak dan istri kita atau kakak adik
dan kedua orang tua kita. Ngontak juga kawan kerja
kita. Ngontak juga kawan bisnis kita. Ngontak juga
kawan sehobi kita. Ngontak juga kawan sekolah
atau kuliah kita. Insyaallah diantara mereka ada
yang akan. Allah berikan hidayah untuk sangat
ngaji dan dakwah.
Masihkah setelah semua ini kita belum semangat
ngontak ngajak ngaji?
Ngaji yuk![]

12
Sessi III.
KEUTAMAAN
BERZIYAROH
MENGUNJUNGI SAUDARA
SEPERJUANGAN

(Renungan Bagi Para Pengemban Dakwah Bagian


3).

S
eringkali kali kita mendengar istilah
silaturahmi atau silaturahim. Istilah tersebut
dimaksudkan untuk berkunjung satu sama
lainnya.
Namun yang tepat, jika disebut silaturahmi, maka
yang dimaksudkan adalah menyambung hubungan
kekerabatan kepada sesama kerabat. Kepada kedua
orang tua, Kakak adik, paman bibi, kakek nenek,
sepupu dll.
13
Demikian makna secara bahasa dari kata tersebut.
Jadi hanya berlaku untuk sesama kerabat. Sehingga
hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan
silaturahmi akan memanjangkan umur, itulah yang
dimaksud.
Lalu bagaimana dengan berkunjung kepada selain
kerabat? Hal ini diistilahkan dengan ziyaroh, yang
maksudnya adalah berkunjung atau bertandang.
Dan ini berlaku umum untuk berkunjung antara satu
muslim dan lainnya. Tentunya berkunjung kepada
para sahabat perjuangan termasuk dalam hal ini.
Salah satu kebiasaan Baginda Nabi Muhammad
Saw sering berkunjung menziyarohi para
sahabatnya. Beliau Saw biasa datang kepada para
sahabatnya dalam berbagai keperluan dan keadaan.
Untuk makan bersama, mengunjungi yang sakit,
atau keperluan lainnya. Begitulah Beliau Saw
sering berkunjung kepada para sahabat
Radhiyallahu Anhum.
Disisi lain Berziyaroh sahabat seperjuangan
khususnya akan sangat banyak kebaikan yang bisa
diperoleh. Diantaranya untuk mengetahui kondisi
sahabat dan keluarganya. Apakah semua sehat wal
afiyat. Ataukah ada keperluan yang membutuhkan
solusi dan bantuan. Termasuk juga kita
menyemangati agar tetap Istiqomah dalam ngaji
14
dan dakwah. Supaya dia juga semangat terus ngajak
orang lain juga ngaji dan dakwah. Dan tentu saja
dengan berkunjung secara rutin akan membangun
persaudaraan yang lebih kuat dan penuh kasih
sayang.
Mengenai keutamaan saling mengunjungi di sini
disebutkan dalam hadits Abu Hurairah berikut:
‫علَى َمِ ْد َر َج ِتِ ِه‬ َ ُ‫ّللَاُ لَِه‬
َّ َ‫صِِِِد‬ َ ‫ار أ َ ًخِا لَِهُ فِى قَ ْريَِة أ ُ ْخ َرر فَِأ َ ْر‬ َ َ‫أ َ َّن َر ُجالً ر‬
َ ‫ قَا‬.‫علَ ْي ِه قَا َ أَيْنَ ت ُ ِريدُ قَا َ أ ُ ِريدُ أ َ ًخا ِلى فِى َه ِذ ُِ ْالقَ ْريَ ِة‬ َ ‫َملَ ًكا فَلَ َّما أَتَى‬
.‫ع َّز َو َج َّل‬ َّ ‫غي َْر أَنِى أ َ ْحبَ ْبتُهُ فِى‬
َ ِ‫ّللَا‬ َ َ‫علَ ْي ِه ِم ْن نِ ْع َمة ت َ ُربُّ َها قَا َ ال‬
َ ‫ه َْل لَ َك‬
‫ّللَاَ قَ ْد أ َ َحب ََّك َك َما أ َ ْحبَ ْبتَهُ فِي ِه‬
َّ ‫ّللَاِ ِإلَي َْك ِبأ َ َّن‬
َّ ُ ‫سو‬ُ ‫قَا َ فَإِنِى َر‬
“Sesungguhnya seseorang ada yang ingin
mengunjungi saudaranya di kota lain. Allah lalu
mengutus malaikat untuknya di jalan yang akan ia
lalui. Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya
bertanya, ‘Ke mana engkau akan pergi? Ia
menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di
kota ini?’ Malaikat itu bertanya kembali, ‘Apakah
ada suatu nikmat yang terkumpul untukmu karena
sebab dia?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku hanya
mencintai dia karena Allah ‘azza wa jalla.’ Malaikat
itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
untukmu. Allah sungguh mencintaimu karena
kecintaan engkau padanya’.” (HR. Muslim no.
2567).

15
Hadits ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam
Shahih Muslim dengan judul bab “Keutamaan
saling cinta karena Allah”. Dan dalil ini dijadikan
oleh para ulama sebagai dalil keutamaan saling
mengunjungi sesama muslim dan mengunjungi
orang sholeh yang dilandasi ikhlas dan saling
mencintai karena Allah. Jadi dasarnya adalah
karena Allah yaitu karena iman yang dimiliki
saudaranya.
Dalam hadits qudsy dari ‘Ubadah bin Ash Shamit
Radhiyallahu Anhu disebutkan sebagai berikut:
‫ت‬ْ ِ‫ى َو َح َّق‬ َّ ِ‫ت َم َحبَّتِى ِل ْل ُمتَزَ ا ِو ِرينَ ف‬ ْ ِ‫ى َو َح َّق‬ َّ ِ‫ت َم َحبَّتِى ِل ْل ُمت َ َحِ ِابينَ ف‬ ْ ِ‫َح َّق‬
َ‫اص ِلين‬ ِ ‫ى َو ْال ُمت َ َو‬
َّ ِ‫صا ِدقِينَ ف‬ َ َ ‫ت َم َحبَّتِى ِل ْل ُمت‬ ْ َّ‫ى َو َحق‬َّ ِ‫َم َحبَّتِى ِل ْل ُمتَبَا ِذ ِلينَ ف‬
“Sungguh Aku mencintai orang yang saling
mencintai karena-Ku. Sungguh Aku pun mencintai
orang yang saling berkunjung karena-Ku. Sunguh
Aku mencintai orang yang saling berderma karena-
Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling
bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang
yang saling menyambung (hubungan kekerabatan)
karena-Ku.” (HR. Ahmad 5/229).
Demikian pula kita diperintahkan untuk
memuliakan orang yang berkunjung ke rumah kita
atau ke kantor kita. Apalagi yang berkunjung adalah
guru guru kita.
16
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia
berkata,
ُُ‫الزا ِئ ُر فَأ ْك ِر ُم ْو‬
َّ ‫ ُك ُم‬،َ ‫ِإذَا َجا‬
“Jika ada yang mengunjungi kalian, maka
muliakanlah.” (Diriwayatkan dalam Musnad Asy
Syihab).
Oleh karena itu sobat mestinya kita selalu
bersemangat untuk saling mengunjungi para
sahabat seperjuangan. Ngaji yuk![]

17
Sessi IV.

HARTA TERBAIK, HARTA


UNTUK MEMBIAYAI
DAKWAH

(Renungan Bagi Pengemban Dakwah Bagian 4).

T ak bisa dipungkiri lagi bahwa dakwah


merupakan amal Sholih yang sangat agung
dan besar keutamaannya. Dakwah
merupakan kunci kemenangan dan kejayaan Islam.
Maka segala amal dan aktifitas yang merupakan
bagian dari dakwah juga memiliki keutamaan yang
sangat besar. Salah satunya adalah membiayai
dakwah.
Tidak samar lagi bahwa dakwah butuh biaya.
Bahkan biaya yang tak terbatas. Apalagi kalo
18
dakwah berbentuk berbagai kegiatan seperti
seminar, diskusi, tabligh Akbar, konferensi,
muktamar dll pastilah perlu biaya besar. Oleh
karena itulah kita juga harus berperan aktif
membiayai dakwah. Disamping harus tetap
semangat berdakwah.
Demikian lah para sahabat Radhiyallahu Anhum
pun berdakwah sekaligus membiayai dakwah.
Mereka memberikan harta terbaik dalam upaya
meraih ridho Allah SWT.
Sangat banyak keutamaan yang Allah dan
Rasulullah Saw sebutkan tentang berinfaq dalam
kebaikan.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
َ ‫َو َما أ َ ْنفَ ْقت ُ ْم ِم ْن‬
َّ ‫ فَ ُه َو يُ ْخ ِلفُهُ َو ُه َو َخي ُْر‬،‫ش ْي‬
َ‫الر ِارقِين‬
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi
rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Allah akan mengganti bagi kalian sedekah tersebut
segera di dunia. Allah pun akan memberikan
balasan dan ganjaran di akhirat. Allah Ta’ala
berfirman,
‫سِنَا ِب َل‬
َ ‫سِ ْب َع‬
َ ‫ت‬ ْ َ ‫ّللَاِ َك َمث َ ِل َحبَّة أ َ ْنبَت‬
َّ ‫سِ ِبي ِل‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬
‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫ َو‬،ُ ‫ف ِل َم ْن يَشَا‬
َ ‫ّللَاُ َوا ِس ٌع‬ ُ ‫ضا ِع‬ َّ ‫س ْنبُلَة ِمةَةُ َحبَّة َو‬
َ ُ‫ّللَاُ ي‬ ُ ‫فِي ُك ِل‬
19
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al
Baqarah: 261)”.
Dalam berinfaq ini kita tidak usah takut harta akan
berkurang. Apalagi takut miskin. Sebab justru
dengan infaq untuk dakwah Allah akan berikan
barokah atas harta kita. Dan Allah akan berikan
kepada kita anugerah dan kemurahanNya untuk
kita.
Dalam salah satu riwayat disebutkan sebagai
berikut:
َ‫ َوال‬، ‫علَي ِْك‬ َ ‫ أ َ ْو ا ْن‬، ‫أنفقي أ َ ِو ا ْنفَ ِحي‬
ِ ‫ َوالَ تُحصِي فَيُ ْح‬، ‫ضِ ِحي‬
َ ُ‫صِي هللا‬
‫علَي ِْك‬
َ ُ‫تُوعي فَيُوعي هللا‬
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau
menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau
mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan
menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah
menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak,
maka Allah akan menahan anugerah dan
kemurahan untukmu.”[HR Bukhori dan Muslim].
20
Jadi infaq atau sedekah tidaklah mengurangi harta.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫صدَقَةٌ ِم ْن َما‬ َ َ‫َما نَق‬
ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”[HR Muslim]
Apalagi Allah juga menegaskan:
َ ‫ض عَافًا َك ِث‬
َّ ‫ير ً ٱ َو‬
ُ‫ٱّلل‬ ِْ َ ‫ضِ ِعفَهَُ لَ َهَُ أ‬
َ ‫سِنًا فَيُ ف‬ ً ‫ٱّللَ قَ ْر‬
َ ‫ضِا َح‬ َّ ‫ف‬ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذِر يُ ْق ِر‬
ُ ‫ْص‬
َ‫ط َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ ‫ض َويَب‬ ُ ِ‫يَ ْقب‬
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya
di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan." (QS Al-Baqarah Ayat 245).
Nah, diberikan Allah untuk bisa berinfaq
membiayai dakwah merupakan ni'mat yang sangat
besar. Apalagi kalo kita diberikan kesempatan itu
rutin tiap bulan untuk membiayai dakwah tentu
harus lebih disyukuri dengan memberikan harta
terbaik tanpa nunggu diminta. Kita setor dengan
semangat karena sejatinya itulah harta terbaik kita
yang akan kita nikmati di akhirat insyaallah.
Harta yang kita nafkahkan untuk keluarga belum
tentu berakhir baik sebab belum tentu dipakai
21
dengan baik oleh istri anak kita. Apalagi harta yang
dipakai untuk sekedar memenuhi hobi semisal
binatang piaraan yang harganya hingga bisa jutaan
rupiah. Sementara ini untuk dakwah yang
dibelanjakan dibagian manapun aktifitas dakwah
insyaallah adalah kebaikan yang berlipat ganda
secara pasti.
Insyaallah Allah pasti lipatgandakan harta yang kita
infaqkan dalam dakwah ini. Oleh karena itulah
sudah selayaknya kita keluarkan harta terbaik.
Sekali lagi harta terbaik tanpa nunggu ditagih tagih
atau diminta minta.
Selamat berjuang Sobat. Moga Istiqomah.
Aamiin.[]

22
Sessi V.

DAKWAH ITU BARENG-


BARENG

(Benungan untuk pengemban dakwah bagian 5-


habis)

D akwah merupakan kewajiban yang sangat


jelas dalam Islam. Tak perlu dibahas lagi.
Hanya perlu didetilkan untuk bisa
dilaksanakan dengan baik.
Dakwah dari segi subyeknya dibagi menjadi 3,
yakni Dakwah individu, dakwah jama'ah dan
dakwah negara. Masing masing punya metode dan
targetnya. Dan semua wajib sesuai subyeknya
masing masing.

23
Yang kita bahas kali ini adalah subyek kedua yakni
jamaah alias organisasi.
Surat Ali ‘Imran Ayat 104
َ َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِن‬ ِ ‫َو ْلت َ ُكن ِمن ُك ْم أ ُ َّمِةٌ يَِ ْدعُونَ ِإلَى ْٱل َخي ِْر َويَِأ ْ ُم ُرونَ ِبِ َْل َم ْع ُر‬
َ
َ‫ْٱل ُمن َك ِر ٱ َوأ ُ ۟و فلَةِ َك ُه ُم ْٱل ُم ْف ِل ُحون‬
" Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
Ayat ini memerintahkan kepada kita agar ada
sekelompok orang Islam yang berdakwah secara
jamaah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebut sebagai
firqoh alias kelompok. Yang tugasnya menyeru
orang kafir agar masuk Islam. Dan menyeru orang
Islam agar konsisten dalam Islam.
Dakwah secara berjamaah sudah dicontohkan
secara riil oleh Baginda Nabi Muhammad Saw
selama Beliau dakwah di Mekah hingga hijrah ke
Madinah. Target dakwah Beliau bersama para
sahabat adalah melakukan perubahan sistem dari
sistem jahiliyah menuju sistem Islam dengan
mendirikan negara Islam Madinah setelah hijrah.
Negara yang menerapkan Islam secara kaffah
dipimpin oleh Baginda Nabi Muhammad Saw
sebagai kepala negara. Setelah itu barulah dakwah
24
Nabi Muhammad Saw berubah menjadi dakwah
oleh negara di dakwah dan jihad.
Dakwah masa kini menghadapi kondisi yang sama
dengan dakwah Nabi Muhammad Saw dan para
sahabat. Yakni sistem kufur jahiliyah yang
menguasai dunia setelah runtuhnya khilafah
Utsmaniyah pada tahun 1924. Oleh karena itulah
kita wajib mencontoh cara dakwah Baginda Nabi
Muhammad Saw yakni dakwah Berjamaah untuk
merubah sistem kufur menjadi sistem Islam.
Dakwah semacam ini wajib dilakukan secara
berjamaah karena mengikuti contoh Rasulullah
Saw. Disisi lain memang dakwah ini tidak mungkin
bisa dipikul oleh individu. Tapi individu individu
tersebut mesti bersatu membentuk jamaah dakwah
yang memiliki pemimpin dan aturan organisasi agar
bisa dan mampu melakukan aktifitas berjamaah
tersebut.
Dalam berjamaah inilah kita harus betul-betul
memilih jamaah yang tidak hanya benar namun
juga tepat. Benar dari sisi sesuai aqidah dan syariah
Islam. Juga tepat yakni jamaah yang berdakwah
untuk menyelesaikan problem umat yakni tidak
adanya khilafah sebagai sebab utama kehancuran
umat ini.

25
Oleh karena itulah tidak cukup adanya kelompok
dzikir dan sholawat saja untuk dakwah masa kini.
Atau kelompok sosial kemasyarakatan yang fokus
pada pelayanan sosial. Atau fokus pada pendirian
sekolah dan kampus untuk melayani pendidikan.
Semua itu adalah amal Sholih yang sangat
dianjurkan oleh Islam. Namun semua itu bukan
solusi bagi kehancuran umat ini saat ini. Solusinya
adalah dengan menegakkan khilafah di sehingga
seluruh syariat Islam bisa diterapkan secara kaffah
hingga semua problem umat bisa diselesaikan
dengan tuntas. Nah hukum bergabung dengan
jamaah inilah hukumnya wajib.
Setelah kita bergabung dengan jamaah istimewa ini
maka kita harus berjuang sungguh sungguh. Tidak
hanya sekedar terdaftar sebagai anggota. Memang
benar dengan menjadi anggota telah gugur
kewajiban berjamaah. Namun berjuang dan
bergerak dalam dakwah juga wajib sehingga tetap
berdosa jika hanya menjadi anggota namun tidak
berjuang optimal.
Dalam berjamaah maka ketaatan merupakan
perkara paling penting.

26
Selama tidak diperintahkan maksiat maka harus
tetap taat meskipun tidak sesuai pendapat pribadi
kita. Disuruh maju ya harus maju. Disuruh berhenti
ya harus berhenti. Ga boleh jalan sendiri yang ga
sesuai perintah atau keputusan. Dalam ketaatan
inilah ada keberkahan.
Barakallahu fiikum.

27

Anda mungkin juga menyukai