Zaid
(bagian-1)
sampai ia kembali.”
Duduknya kita dalam majelis ilmu adalah dalam rangka membela agama Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia
sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa
yang diniatkannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Matan lanjutan : Ketika seorang penuntut ilmu hilang keikhlasan, maka ada
perubahan dari sebaik-baiknya ibadah menjadi seburuk-buruknya pelanggaran
dalam Islam.
Dalam sebuah hadits ada tiga golongan yang pertama kali diseret ke dalam
neraka, salah satunya adalah penuntut ilmu yang tidak ikhlas.
TIDAK ada yang bisa menghancurkan ikhlas dalam menuntut ilmu kecuali riya
dan summah.
Riya biasa terjadi sebelum dan sedang beramal
Summah terjadi setelah beramal.
Riya ada dua..
Riyatul syirik, adalah riya yang sebagian karena Allah dan sebagian bukan karena
Allah.
Riyatul Ikhlas, 100% bukan karena Allah.
Ikhlas adalah perintah Allah
Dikatakan seseorang Ikhlas (Syaikh Utsaimin)
1. Niatkan saat menuntut ilmu adalah ini adalah perintah Allah.
Perhiasan selanjutnya
2. *Jadilah kalian yang berpegang teguh di atas orang-orang sholeh terdahulu
(salafus sholeh)*, yaitu jalan para sahabat, tabi’in dan Tabiut Tabiin serta ikuti
mereka dalam semua bab agama.
Salaf artinya terdahulu.
Orang-orang yang ikuti salafus sholeh harus dalam semua hal agama (adab,
akhlak, muamalah, ibadah, aqidah dst).
Orang-orang yang berusaha mengikuti salafus sholeh sering dinisbatkan pada
mereka, salafi.. (namun seringkali dijumpai orang yang berusaha menjauhkan
dari kebaikan ini dengan memberi label tambahan wahabi).
Dan banyak orang yang mengaku salafi (pengikut salafus shaleh) namun tidak
mengikuti semua bab atau hal yang dilakukan oleh para salafus shaleh.
Sebagai penuntut ilmu, Jadi lah orang yang unggul dalam ikuti jejak Rasulullah
ﷺ.
Dalam perkara apapun dan *tinggalkan debat.*
Penyakit penuntut ilmu adalah suka debat.
Selanjutnya Syaikh menasihati untuk menjauhi berdalam-dalam ilmu kalam
(mantiq).
Ilmu filsafat sudah ada 700 tahun sebelum Masehi.
Imam Syafi’i berkata “hukumanku pada orang-orang yang perdalam ilmu kalam
adalah dipukul dengan pelepah kurma dan dikatakan inilah orang yang
mendalami ilmu kalam.”
Syarat pelajari ilmu kalam
1. Bekal ilmu syari (Al Qur’an dan Sunnah) sudah hebat, untuk benteng syubhat
2. Tujuannya untuk membantah kesesatan dalam ilmu kalam.
Imam Ad Daaruqudny – tidak ada yang aku benci melebihi ilmu kalam.
Adz-Dzahabi (Syafi’iyah) mengatakan orang-orang yang meninggalkan ilmu
kalam dan meninggalkan debat, inilah para pengikut salafus shaleh sejati.
Syaikh melanjutkan : Kaidah ilmu kalam dalam memahami sifat Allah.
1. Apabila ada nash yang jelaskan sifat Allah dan sesuai akal maka dibenarkan.
2. Sifat Allah dalam Al Qur’an dan Sunnah yang tidak sesuai dengan akal, maka
ditolak. Dengan cara yang halus (takwil) atau kasar.
3. Apabila ada nash yang menceritakan sifat Allah namun akal tidak sampai maka
mereka berdiam diri.
Bagi mereka akal lebih tinggi dari naql (Al Qur’an dan Sunnah).
Ibnu Taimiyyah mengatakan Ahlussunnah Wal jamaah adalah kaum muslimin
yang murni, adalah orang-orang yang ikuti para salafus shaleh dalam seluruh
aspek agama.
(bagian-3)
Sebagai penuntut ilmu hendaknya dihiasi dengan adab. Perhiasan ini harusnya
membuat terlihat indah bagi orang lain.
Yang terkait jiwa adalah :
Duduknya penuntut ilmu adalah ibadah.
Harus serius dalam menuntut ilmu.
*Yang ketiga, selalu hadirkan pada diri kita rasa takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.*
Yaitu dengan cara melestarikan simbol-simbol keislaman yang ada pada dirinya,
dan menampakkan sunnah, menyebarkan dalam bentuk amalan dan
mendakwahkannya.. Maka hiasi diri dengan karakter/akhlaq Islam.
Contoh, menebarkan salam, pelihara jenggot
Imam Ahmad mengatakan *sumber ilmu adalah tumbuhnya rasa takut kepada
Allah.*
Kaum orientalis itu punya hafalan Qur’an dan hadits sangat banyak namun tidak
menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Apakah ilmu kita bermanfaat? Chek dengan apakah kita semakin takut kepada
Allah.
Khosyatullah, takut kepada Allah disertai dengan ilmu (Asma dan sifat) dan
pengagungan.
Khouf = takut kepada Allah, tidak disertai ilmu..
Khouf biasanya digunakan manusia dengan manusia, karena lemahnya
seseorang.
Syaikh Utsaimin ; manusia apabila mengetahui Allah dengan benar maka inilah
yang akan menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman,
ّلل ِم ْن ِعبَا ِد ِه ٱ ْلعُلَ َم ٰـٓؤ ُ۟ا
َ َّ إِنَّ َما يَ ْخشَى ٱ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama.
Surat Fathir (35) Ayat 28.
Sertakan rasa takut kepada Allah pada saat bersama orang-orang dan saat
sendirian.
*Rasa takut kepada Allah ini yang paling penting adalah saat kita bersendirian.*
Sebaik-baik makhluk adalah orang yang paling takut kepada Allah, dan tidak ada
yang takut kepada Allah kecuali orang yang alim.
Seseorang dikatakan alim saat dia mengamalkan ilmunya.
Dalam Islam hanya ada dua, tuntunan untuk mengerjakan (wajib dan Sunnah)
dan tuntunan untuk meninggalkan (makruh dan haram).
Dan tidak mungkin seorang alim beramal dengan ilmunya kecuali ketika adanya
rasa takut kepada Allah.
Khatib Al Baqdadi, menceritakan perkataan Ali bin Abi Thalib : *Sesungguhnya
ilmu itu mengajak kepada amalan. Apabila kita menolak ajakan tersebut maka
pergilah ilmu itu..*
Ilmu yang tidak diamalkan akan meninggalkan orang tersebut.
Siapa yang disebut Alim? Syaikh Utsaimin : Alim yang rabbani.. Yaitu yang
mendidik (diri sendiri dan orang lain)
Contoh ilmu yang tidak menimbulkan rasa takut..
Kamus Al Munjib (kamus besar bahasa Arab) adalah orang Nasrani
Indeks hadits (8-9 jilid) yang memudahkan kita mencari hadits diselesaikan
dalam 70 tahun, dibuat oleh kaum orientalis.
Rasulullah ﷺmengabarkan tiga golongan manusia yang pertama kali masuk
neraka karena tidak ikhlas adalah ahli ilmu (Ahli Qur’an); orang yang mati
fisabilillah (Mujahidin); dan orang kaya (Dermawan).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ۚ ظا ِم َّما ُذ ِك ُر ْوا بِ ٖه ًّ س ْوا َح ِ ع ْن َّم َوا
ُ َض ِع ٖه ۙ َون َ ض ِه ْم ِم ْيثَا قَ ُه ْم لَعَنّٰ ُه ْم َو َجعَ ْلنَا قُلُ ْوبَ ُه ْم ٰق ِسيَةً ۚ يُ َح ِرفُ ْونَ ْالـ َك ِل َم
ِ فَبِ َما نَ ْق
ََّللا ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِيْن ْ ع ْن ُه ْم َوا
َ ّٰ صفَحْ ۗ ا َِّن َ ف ُ ع ٰلى َخآئِنَة ِم ْن ُه ْم ا ََِّل قَ ِلي ًْال ِم ْن ُه ْم فَا ْع َ َط ِل ُعَّ َو ََل تَزَ ا ُل ت
“(Tetapi) karena *mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu*. Mereka suka mengubah firman
(Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang
telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan
melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka
(yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka.
Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 13)
Yahudi lupa dengan ilmu yang mereka pelajari.. Mereka mengenal Nabi
Muhammad ﷺmelebihi mengenal keluarganya..
Namun mereka tidak beriman kepada Rasulullah ﷺ.
*Yang keempat, adalah tanamkan pada diri kita bahwa Allah selalu
mengawasi kita*.
Yaitu ketika bersama orang lain dan sendirian.
Selalu iringkan khauf (takut) dan roja (harap).. Keduanya bagaikan kedua sayap
seekor burung yang harus jalan beriringan bersama.
Hendaknya seorang penuntut ilmu datang kepada Allah dengan totalitas.. Lisan
dipenuhi dengan dzikir
Tidak merasa terbebani dengan hukum Allah.
Yang harus ada pada seseorang penuntut ilmu dan ibadah lainnya..
1. Rasa mahabah (cinta kepada Allah)
2. KHOUF (rasa takut kepada Allah)
3. Roja, husnudzon, berharap amalnya diterima dan masuk surga.
Kita harus selalu merasa bahwa Allah selalu memantau kita setiap saat. (Syaikh
Utsaimin).
ي ْالقَيُّو ُم ََل تَأ ْ ُخ ُذهُ ِسنَة َوَل ن َْوم
ُّ َّللاُ ََل ِإلَهَ ِإَل ه َُو ْال َح
َّ
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk, dan tidak tidur.
Kalau kita tetap bermaksiat saat sendirian maka sungguh merugi orang-orang
seperti ini.
Orang seperti ini menjadikan Allah lebih rendah dari orang.
Sebagian ulama (termasuk Syaikh Utsaimin) memberi rincian antara KHOUF dan
roja..
Kalau keadaan sedang ingin melakukan ketaatan maka unggulkan roja
Bila ada dorongan nafsu kemaksiatan maka harus unggulkan rasa takut kepada
Allah..
Bila sakit yang berat yang kira-kira akan sampai sakaratul maut, maka yang
diunggulkan adalah roja (harapan). Misalnya harapan amalannya diterima..
Bila saat sehat, muda maka unggulkan rasa takut kepada Allah…
Pembahasan kelima adalah seorang penuntut ilmu harus punya sifat tawadhu,
menjauhkan diri dari sifat angkuh dan sombong yang akan menjauhkan diri dari
ilmu.
Orang yang menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, maka dia tidak akan
dapat manfaat dari orang yang dia anggap rendah.
Orang sombong itu jauh dari ilmu.
Air tidak akan mengalir dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Manusia bisa Allah angkat derajat dan bisa direndahkan derajat nya karena ilmu.
(bagian-4)
Sebagai penuntut ilmu hendaknya dihiasi dengan adab. Perhiasan ini harusnya
membuat terlihat indah bagi orang lain.
Telah kita bahas adab yang terkait pada kejiwaan atau kepribadian
1. Keyakinan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah
2. Hendaknya berpegang teguh seperti orang-orang sholeh ketika mereka
menuntut ilmu
3. Selalu sertakan rasa takut kepada Allah
4. Selalu merasa diawasi oleh Allah ﷻ
Kita bahas yang berikutnya
5. Hendaknya hiasi dengan kerendahan hati dan jauhilah kesombongan*
Jaga kerendahan hati, kesucian diri, santun, sabar. Dan hendaklah rendah hati
diatas kebenaran dan tenang seperti seekor burung. (saking khusyu maka
burung yang hinggap di pundak kita tidak terbang).
Hendaknya menanggung kesabaran kehinaan penuntut ilmu (di sama ratakan –
dari kemuliaan dunia).
Betapa banyak orang-orang terhalangi menuntut ilmu karena kesombongan
dirinya.
Misalnya.. Ah Ustadz lokal, ah sudah pernah ngaji dengan ustadz lain dst.
Syaikh Utsaimin : Seorang penuntut ilmu hendaknya menjaga kemuliaan dirinya
dan harus bersabar, saat orang awam merendahkan dirinya, atau gangguan dari
teman penuntut ilmu.
Penulis (Syaikh Bakar) mengatakan berhati-hatilah dengan hal-hal yang
membatalkan adab ini, yaitu sombong yang akan datangnya dosa dan bukti ada
akal yang cacat.
Demikian juga dalam hal amal, karena tidak mau amalkan ilmu karena
kesombongan.
Yang ini termasuk kemunafikan.. Karena seakan-akan sudah berpenampilan
mengetahui banyak ilmu namun tidak mau mengamalkan ilmu tersebut.
Dulu orang-orang salafus shaleh sangat berhati-hati dalam sikap sombong ini.
Contohnya..
Al Anshy ketika keluar masjid (menuntut ilmu) menempelkan tangan kanan
diatas tangan kiri.. Karena beliau kuatir tangan itu melakukan kemunafikan..
Syaikh menjelaskan, hal itu karena Al Anshy menjaga supaya tidak ada ayunan
tangan yang terlihat kesombongan..
Syaikh melanjutkan bahwa diantara dosa pertama yang memaksiati Allah adalah
ujub dan sombong.
Iblis enggan mengikuti perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam.
Dan terhalang untuk mendapatkan ilmu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ٓ
ِ َواِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ٰلئِ َك ِة اِنِ ْي َجا ِعل فِى ْاَلَ ْر
ِ ُض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَا لُ ْۤ ْوا اَتَجْ عَ ُل فِ ْي َها َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْي َها َويَ ْس ِفك
ۚ الد َما ٓ َء
َِس لَـكَ ۗ قَا َل اِنِ ْۤ ْي اَ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُم ْون
ُ سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد
َ َُونَحْ نُ ن
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
“Wajib hukumnya bagi penuntut ilmu hadits (dan lainnya) untuk menjauhi
beberapa perkara :
banyak main, melakukan perbuatan yang sia-sia, melakukan perbuatan yang
tidak baik, perbuatan tertawa yang terbahak-bahak, terlalu banyak
tertawa/canda (jangan sampai kecanduan dalam canda), boleh canda kecil dan
jarang selama candaan tidak keluar batas kesopanan dan dari dari metode ilmu
yang dipelajari/disampaikan.
Banyak bercanda akan menurunkan muruah (wibawa) seseorang.
Syaikh Bakar berkata, “Siapa orang yang memperbanyak sesuatu maka dia akan
dikenal dengan sesuatu itu. Oleh karena itu penuntut ilmu harus menjaga
sesuatu yang akan menurunkan kewibawaan dirinya.”
Al Ahnab bin Qais mengatakan, “Hindari untuk berbicara tentang perempuan
dan makanan karena Sesunguhnya aku benci laki-laki yang suka cerita
perempuan apalagi sampai ada unsur porno dan terlalu terlalu sering bicara
urusan perutnya”.
Syaikh Bakar mengatakan, “Amirul mukminin pernah berkata – Orang yang
menghiasi dirinya dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya, maka Allah akan
hinakan dirinya.”
*Penuntut ilmu hendaknya menjaga kesopanan/kesantunan, dan menjaga
sesuatu yang membawa kesantunan*
Konkretnya, Yaitu jaga diri untuk selalu amalkan akhlak yang baik dengan selalu
nampakan wajah yang ceria.
Dengan menebarkan salam kecuali dua orang yaitu :
orang yang sudah di hajr/boikot (oleh penguasa – untuk memberi pelajaran) ini
terjadi pada pada sahabat Ka’ab bin Malik.
Dan orang kafir kecuali mereka ucapkan salam terdahulu. (salam adalah doa
keselamatan).
Bisa membantu meringankan beban orang lain.
Menjaga diri dari sifat sombong dan tetap jaga kemuliaan diri.
(bagian-6 )
Yang telah dipelajari Qonaah, zuhud, hiasi diri dengan ilmu, santun, sopan…
Memiliki sifat laki-laki, tidak mudah menyerah
Kita lanjutkan dengan
*Meninggalkan kemewahan dunia*
Agar tetap konsentrasi dalam menuntut ilmu.
Seperti mengirimkan anak ke pesantren yang mana tidak setiap yang anak
inginkan ia dapatkan di dalamnya.
Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian keimanan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ إِ َّن ْالبَ َذاَةَ ِمنَ ْاْل ْي َم
ان
Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman. Ash-Shahihah
Umar bin Khaththab mengajarkan anaknya sifat kesederhanaan padahal saat itu
Umar berhasil menaklukkan dua kerajaan besar.
Umar bin Khaththab sering blusukan malam dan sempat mendengar
pembicaraan antara seorang anak perempuan dan ibunya (atau neneknya). Ibu
tersebut ingin mencampur susu jualannya dengan air. Namun anak perempuan
itu menolak karena takut kepada Allah ﷻ.
Maka Umar akhirnya menikahkan anaknya dengan anak perempuan
tersebut dan lahirlah dari perempuan itu keturunan yang bernama Umar bin
Abdul Aziz. Yang terkenal akan keadilan, kemakmuran dst.
Rasulullah ﷺselalu mendapat bagian ghanimah yang besar namun
Rasulullah ﷺselalu mendidik putri-putrinya dengan kesederhanaan.
Fatimah radhiallahu anhaa, putri Rasulullah ﷺjuga sederhana,
mengerjakan pekerjaan rumah sampai tangannya kapalan.
Dalam sebuah hadits,
علَ ْي ِه َّ صلَّى
َ َُّللا َ ي َّ ِالر َحى فَأَتَى النَّبَّ َت َمات َْلقَى ِم ْن أَثَ ِر ْ شك َ سالَ ُم ِ َع ْنهُ أَ َّن ف
َ َاط َمة
َّ علَ ْي َها ال َ َُّللا
َّ ي َ ض َ قَا َل
ِ ع ِلي َر
ُسلَّ َم أَ ْخبَ َرتْه
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ي ُّ فَلَ َّما َجا َء النَّ ِب، فَأ َ ْخبَ َرتْ َها،َشة
َ ِعائَ ت ْ فَ َو َج َد،ُت فَلَ ْم ت َِج ْدهْ َطلَق َ سلَّ َم
َ َ فَاْن،سبْي َ َو
: فَقَا َل، فَ َذ َهبْتُ َِلقُ ْو َم،ضا ِج َعنَا َ َوقَ ْد اَ َخ ْذنَا َم،سلَّ َم ِإلَ ْينَا
َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى َ ى ُّ اط َمةَ فَ َجا َء النَّ ِب
ِ َئ فِ ِِ ج ِ شةُ ِب َم
َ ِعائ
َ
!سأ َ ْلت ُ َمانِى؟ َ ُ أََلَ أ: َوقَا َل،صد ِْرى
َ ع ِل ُم ُك َما َخي ًْرا ِم َّما َ علَى َ َحتَّى َو َجدْتُ ب ُْر َد قَ َد َم ْي ِه، فَقَ َع َد بَ ْينَنَا،علَى َمكَا نِ ُك َما َ
َ ُ َوت، َ تُك َِب َرا أَ ْر َب ًعا َو ثَالَثِيْن،اج َع ُك َما
فَ ُه َو َخيْر لَ ُك َما، َ َوتَحْ َم َدا ثَالَثَةً َوثَالَثِيْن، َس ِب َحاثَالَثًا َوثَالَثِيْن ِ ضَ ِإ َذا أَ َخ ْذت ُ َما َم
م ْن خَادِم.
ِ
dialaminya. Lalu pada saat itu ada seorang tawanan yang mendatangai Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Fathimah bertolak, namun tidak bertemu
dengan beliau. Dia mendapatkan Aisyah. Lalu dia mengabarkan kepadanya.
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba, Aisyah mengabarkan kedatangan
Fathimah kepada beliau. Lalu beliau mendatangi kami, yang kala itu kami hendak
berangkat tidur. Lalu aku siap berdiri, namun beliau berkata. ‘Tetaplah di
tempatmu’. Lalu beliau duduk di tengah kami, sehingga aku bisa merasakan
dinginnya kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau berkata. ‘Ketahuilah, akan
kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari pada apa yang engkau minta
kepadaku. *Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah 34 kali, bertasbihlah
33 kali, dan bertahmidlah 33 kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang
pembantu*“. HR Bukhari dan Muslim
Ali bin Abi Thalib tidak pernah meninggalkan dzikir tersebut walaupun
dalam keadaan genting sekalipun. Ali dan Fatimah mengatakan bahwa setelah
itu mereka bisa mengatasi kesulitan demi kesulitan, semua terasa mudah atas
pertolongan Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺjuga mengajarkan kepada shahabat untuk sederhana,
sesekali tidak pakai alas kaki..
Dari Tabi’in yang Mulia Abdullah bin Buraidah rahimahullah,
َ أَ َما إِنِي لَ ْم آتِك: فَقَا َل.علَ ْي ِه
َ فَقَد َِم،ص َر ُ ضالَةَ ب ِْن
ْ عبَيْد َوه َُو بِ ِم َ َب النَّبِي ِ ﷺ َر َح َل إِلَى ف ِ ص َحا ْ َأَ َّن َر ُج ًال ِم ْن أ
َو َما ه َُو؟: قَا َل.َّللا ﷺ َر َج ْوتُ أَ ْن يَ ُكونَ ِع ْندَكَ ِم ْنهُ ِع ْلم ِ َّ سو ِل ُ س ِم ْعتُ أَنَا َوأَ ْنتَ َحدِيثًا ِم ْن َر
َ َولَ ِكنِي،زَ ائِ ًرا
َ َّللا ﷺ َكانَ يَ ْن َهانَا
ع ْن َكثِير ِ َّ سو َل ُ إِ َّن َر:َض؟ قَال ُ ش ِعثًا َوأَ ْنتَ أَ ِم
ِ ير ْاأل َ ْر َ َ فَ َما ِلي أَ َراك:َ قَال. َك َذا َو َك َذا:َ قَال
ي أَحْ يَانًا ْ
َ ي ﷺ يَأ ُم ُرنَا أَ ْن نَحْ تَ ِفُّ ِ كَانَ النَّب:َ [ح َذاء]؟ قَال ِ َعلَيْكَ فَ َما ِلي ََل أَ َرى:َ قَال.ِاْل ْرفَاه ِ َِمن
“Ada seorang sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang melakukan
perjalanan jauh untuk menjumpai sahabat Fadhalah bin Ubaid yang ada di Mesir.
Tatkala berjumpa dengannya ia berkata, ‘Maksud kedatanganku ke sini bukanlah
sekedar mengunjungimu. Akan tetapi aku dan engkau telah mendengar sebuah
hadits dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Aku berharap engkau memiliki ilmu
tentang hadits tersebut.’ Fadhalah berkata, ‘Hadits apa itu?’ Dia menjawab,
‘Hadits yang begini dan begini.’
Setelah itu selesai maka beliau berkata kepada Fadhalah, ‘Mengapa
engkau terlihat berpakaian lusuh padahal engkau pemimpin di wilayah ini?’
Fadhalah menjawab, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wassallam
melarang kita untuk banyak berpenampilan mewah’. Beliau bertanya lagi,
‘Mengapa engkau terlihat tidak memakai alas kaki?’
Fadhalah menjawab, ‘Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah
memerintahkan kita untuk berjalan tanpa alas kaki sesekali waktu’.” [HR. Abu
Dawud dan Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]
Bukan hal yang haram atau makruh untuk memakai sesuatu yang mewah,
namun hal ini untuk hiasi diri sebagai penuntut ilmu..supaya mudah konsentrasi
dalam menuntut ilmu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ْ َواَ َّما ِب ِن ْع َم ِة َر ِبكَ فَ َحد
ِث
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan
bersyukur).”
(QS. Ad-Duha 93: Ayat 11)
Sederhana itu bukan tampak kumal, pakaian compang comping.
Hadits Umar bin Khaththab, Jibril yang menjelma dalam bentuk manusia
yang memakai pakaian putih bersih, rambut bersih.
Maidah: 2).
ُ َّللا يُ ْكف َُر بِ َها َويُ ْستَ ْهزَ أ ُ بِ َها فَ َال تَ ْقعُدُوا َم َع ُه ْم َحتَّى يَ ُخو
ضوا ِ َّ تِ س ِم ْعت ُ ْم آَيَا ِ علَ ْي ُك ْم فِي ْال ِكتَا
َ ب أَ ْن ِإ َذا َ َوقَ ْد ن ََّز َل
غي ِْر ِه ِإنَّ ُك ْم ِإ ًذا ِمثْلُ ُه ْم
َ فِي َحدِيث
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran
(bagian-7 )
Telah dibahas : Penuntut ilmu sebaiknya berupaya tinggalkan kemewahan
dan berusaha hindari majelis yang sia-sia, berpaling dari kekacauan, dan hiasi
diri dengan lembah lembut.
*Memusatkan perhatian/konsentrasi*
Syaikh berkata : Hiasi diri dengan memperhatikan, karena siapa yang
memperhatikan dia akan mendapatkan ilmu.
Penuntut ilmu tidak hanya sekedar perhatian pada materi yang diajarkan
tapi saat bicara juga harus perhatian akan apa yang diucapkan, tidak ceplas-
ceplos.
Jangan sampai menyesal di akhirat kelak.
Hati-hati dalam bermedsos.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ص ُمت ِ ْاّلل َو ْاليَ ْو ِم ا
ْ َْلخ ِر فَليَقُ ْل َخي ًْرا أَ ْو ِلي ِ َّ َِم ْن َكانَ يُؤْ ِمنُ ب
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia
Aku bertanya, “Wahai Nabi Allah, (apakah) sungguh kita akan diadzab
disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan?”
Beliau menjawab,
صائِ ُد أَ ْل ِسنَتِ ِه ْم
َ َاخ ِر ِه ْم ِإ ََّل َح َ علَى ُو ُجو ِه ِه ْم أَ ْو
ِ علَى َمن َ َّ َوه َْل يَ ُكبُّ الن،ثَ ِكلَتْكَ أ ُ ُّمكَ يَا ُم َعا ُذ
ِ َّاس فِي الن
َ ار
“(Celakalah kamu), ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz! Tidaklah manusia itu
dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan
barat.” (HR. Muslim)
Hati-hati share berita, harus check dulu..
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
َ َكفَى بِ ْال َم ْر ِء َك ِذبًا أَ ْن يُ َحد
َ ِث بِ ُك ِل َما
س ِم َع
“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia
(bagian-8 )
Kita Lanjutkan…
*Talaqi, belajar langsung*..(kepada guru)*
Ilmu agama tidak bisa dipelajari dengan otodidak.
Seorang penuntut ilmu harus punya kunci-kunci ilmu.
Misalnya belajar ilmu alat, BAHASA Arab, kadang persiapan perlu 3 tahun. Ilmu
alat lainnya adalah Dasar ilmu tafsir…, Dasar hadits, Dasar FIQIH, dst.
Banyak terjadi penyimpangan karena belajar sendiri.
Syaikh Bakar mengatakan : Hukum asal belajar adalah talkin, baru Kemudian
Talaqi..
Ambillah ilmu dari perkataan langsung guru, Jangan dari Buku.
Agama ini dijaga dengan sanad.
Orang yang berkata, “Berkata Syaikh Kami.”, padahal dia tidak ketemu langsung
dengan Syaikh tersebut, hanya baca buku Syaikh tersebut.. Hal ini tidak boleh.
*Faidah belajar langsung dengan guru.*
1. Jalan pintas untuk dapat ilmu.
Ilmu yang disampaikan dalam 1 jam bisa jadi Syaikh perlu persiapan baca
beberapa kitab dan waktu yang tidak sedikit.
2. Mudah memahami, dengan penjelasan langsung.
3. Agar terjaga hubungan penuntut ilmu dengan gurunya
Matan : Siapa yang belajar ilmu tanpa guru, maka bisa dipastikan tidak dapat
ilmu.
Ilmu itu adalah ketrampilan.. Maka kita perlu ahli yang membuat ketrampilan
tersebut.
Matan : belajar Talaqi adalah kesepakatan ulama. Ada pendapat Syad, dari Syaikh
Ali bin Ridwan yang membolehkan belajar sendiri. Namun ini banyak
dikomentari dan dibantah oleh banyak ulama.
Misal Imam Adz Dzahabi, mendapati bahwa beliau belajar tanpa guru.
Kalau kita baca biografi para ulama maka kita dapati penyebutan para guru dan
muridnya..
KITAB para ulama dulu ditulis tidak ada titik, sehingga susah membedakan antara
ba, ta, tsa. Antara Jim, ha, lho dst..
Yang bila tanpa talaqi akan terjadi banyak kesalahan.
Contoh bila salah baca..
Firman Allah..
{َّللا ِم ْن ِع َبا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء
َ َّ } ِإنَّ َما َي ْخشَى
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. (Fathir: 28)
Bila dibaca Innama YakhsyallahU min ‘ibaadi Ulamaaa, maka artinya jadi sangat
salah.. (Sesungguhnya Allah TAKUT kepada Ulama).
Ibnu Kholdun berkata, “barangsiapa yang belajar ilmu dasar tanpa guruy, yakin
nya itu hanyalah dugaan”
(bagian-9 )
Kita Lanjutkan…
18 *MENJAGA KEHORMATAN GURU/SYAIKH/ULAMA/Ustadz)*
Walaupun usia guru / ustadz tersebut lebih muda usianya.
Ilmu itu tidak diambil dari buku-buku langsung, mestinya diambil dari seorang
guru yang mumpuni yang memiliki kunci-kunci supaya kita tidak tergelincir.
Maka hormati guru adalah sikap indikasi kesuksesan, keberhasilan dan taufiq
dari Allah.
Guru bukanlah Nabi, sehingga tidak maksum, namun kita bisa mengkoreksi
kesalahan dengan cara yang ma’ruf.
Dalam forum yang resmi (misalnya dalam majelis ilmu), kita harus menghormati
guru dengan adab-adab yang mulia.
Misalnya…
1. Sikap duduk yang baik,sopan.
2. Sikap saat berbicara (jangan angkat suara di hadapan guru, Jangan banyak
bicara, jangan berdebat, jangan menyela/memotong pembicaraan dst).
3. Sikap baik saat bertanya (jangan terlalu banyak bertanya sehingga
mengganggu kenyamanan beliau)
4. Cara membuka lembaran-lembaran buku
5. Mendengar dengan seksama.
6. Jaga cara kita berjalan saat bersama guru..
7. Jangan memanggil guru dengan nama saja, tetapi dengan kehormatan..
Misalkan Yaa Ustadz Fulan..
Hindari memanggil Ustadz dari jauh… Kecuali jika ada udzur.. Dekati dulu baru
memanggilnya.
Allah berfirman,
ً ض ُك ْم بَ ْع
ضا ِ اء بَ ْع
ِ عَ سو ِل بَ ْينَ ُك ْم َك ُد
ُ الر َ ََل تَجْ عَلُوا ُد
َّ عا َء
Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul di antara kalian seperti panggilan
sebagian kalian kepada sebagian (yang lain). Qs An Nur ayat 63.
Kata عا َء
َ ُدmemiliki dua tafsir,
1. Panggilan kepada Rasulullah ﷺharus beda dengan panggilan kepada orang
lain
2. Ajakan Rasulullah ﷺitu beda dengan ajakan orang lain.
Sebagaimana tidak layaknya kita tidak memanggil orang tua kita dengan
namanya saja. Guru/ustadz itu bagaikan orang tua kita.
8. Hendaknya selalu berusaha menghormati forum belajar, menunjukkan rasa
gembira terhadap pelajaran, dan ambil manfaat darinya.
Walaupun pelajaran saat itu membosankan dan kita sudah paham, maka tetap
tampakkan rasa gembira kita.
Ilmu ushul fiqih adalah kunci ilmu, ilmu yang sangat penting. Yang bisa membuka
pemahaman pada ilmu fiqih, ilmu tafsir dst.
9. Jika kita tahu kesalahan atau kekhilafan guru, Jangan sampai hal itu
menjatuhkan kedudukannya di matamu. Karena sikap seperti ini akan
menyebabkan kita tidak mendapatkan ilmu. Dan seseorang tidak ada yang
selamat dari kesalahan.
Dalam hal perkataan Rasulullah ﷺtidak pernah salah, dalam hal perbuatan
Rasulullah ﷺmungkin pernah salah, misalnya lupa ketika shalat, wajah masam
kepada orang buta, Rasulullah ﷺpernah haramkan madu untuk diri beliau ﷺ.
Bentuk maksum nya, Allah langsung menegur Rasulullah ﷺ.
10. Hindari hal-hal yang membuat kesal guru, hindari menguji/ngetest guru dan
uji kesabaran.
11. Jika kita pandang ingin pindah kepada guru lain, maka mintalah izin kepada
guru kita. Hal ini lebih memelihara sikap hormat kepadanya dan lebih menjaga
hatinya agar tetap mencintai dan menyayangim
Bisa jadi Faidah tambahan adalah kita akan mendapatkan nasihat tambahan.
Bila tidak izin, bisa jadi guru atau Ustadz tersebut suudzon dengan pindah nya
kita kepada guru lain.
(bagian-10 )
Kita lanjutkan..
*19. Modal penuntut ilmu ada pada gurunya*
Sehingga guru tidak boleh menampakkan adab yang tidak baik. Karena murid
adalah peniru ulung.