Anda di halaman 1dari 26

1

SUNNATULLAH DALAM PERUBAHAN

Allah swt berfirman,

ۡ‫ون ل َینف ُر ۟وا َك ۤا َّف ࣰۚة َف َل ۡو ََل َن َف َر من ُك ِّل ف ۡر َقة ِّم ۡن ُهم‬
َ ُ ۡ ُۡ َ َ َ َ
ࣲ ِ ِ ِ ِ ‫۞ وما كان ٱلمؤ ِمن‬
ۡ‫ٱلدین َول ُینذ ُر ۟وا َق ۡو َم ُه ۡم إ َذا َر َج ُع ۤو ۟ا إ َل ۡیه ۡم َل َع َّل ُهم‬
ِّ
‫ف‬
ِ ۟ ُ َّ َ َ َ ِّ ࣱ َ ۤ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫طا ِٕىفة لیتفقهوا‬
َ َ ۡ َ
‫یحذ ُرون‬

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu


semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian
dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
[Surat At-Taubah 122]
Ayat diatas berbicara tentang kewajiban kita semua
untuk memahami agama islam secara mendalam. Apa
urgensinya kita mendalami islam secara mendalam?

1. Bahwa pahala menuntut ilmu agama itu setara


dengan jihad di jalan Allah.

Didalam ayat 122 surat At Taubah tersebut Allah swt


mewajibkan kaum muslimin untuk tafaqquh fiddin,
begitu pentingnya belajar agama sampai-sampai kaum
2

muslimin tidak boleh berangkat berjihad semuanya,


padahal jihad dijalan Allah adalah amal yang paling
utama setelah beriman kepada Allah, akan tetapi begitu
pentingnya belajar ilmu agama islam secara mendalam,
maka kaum muslimin dibagi tugas, ada yang berjihad di
jalan Allah, ada yang mempelajari islam secara
mendalam, ini menunjukkan keutamaan mendalami ilmu
agama sama dengan berjihad di jalan Allah swt sehingga
menuntut ilmu hukumnya wajib sebagaimana halnya
dengan berjihad di jalan Allah swt.

2. Karena kebaikan manusia adalah terletak pada


sejauh mana pemahaman nya terhadap islam
secara mendalam,

Sebagaimana disampaikan oleh Mu’awiyah ra,


beliau berkata, Rasulullah saw bersabda:
ِ ْ ِّ َ ُ ً ُ ‫َمن ُيرد‬
‫الدين‬
ِ ‫ف‬
‫ي‬ ‫ه‬ ‫ه‬‫ق‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ا‬
‫خي‬‫ر‬ ‫به‬ ‫هللا‬ ِِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan


padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam
agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
3

Lafadz ‫( من‬man) itu maknanya umum, bisa laki-laki


maupun perempuan, mutsanna (dua orang) dan jama’ .
Jadi tanda kebaikan seseorang disisi Allah adalah ketika
seseorang baik itu personal maupun kelompok faham
dalam urusan agama, bukan hanya mengerti dan tau saja
akan tetapi pengetahuan yang dibarengi dengan
pemahaman yang mendalam, karena makna yufaqqihhu
itu berasal dari akar kata faqqaha yufaqqihu adalah al
fahmu ad daqiqu yaitu pemahaman yang mendalam, jadi
kalau Allah berkehendak kebaikan dalam diri seseorang
itu maka Allah akan fahamkan ia dalam persoalan
agamanya dengan pemahaman yang mendalam.
Kenapa kebaikan dikaitkan dengan pemahaman
islam secara mendalam? Karena kebenaran kita dalam
hidup ini tidak lepas dari pemahaman kita terhadap
islam, contoh orang yang shalat nya benar, maka ia harus
faham bagaimana shalatnya Rasulullah, makanya bunyi
haditsnya adalah,

‫أصل‬ ِ
‫أيتمون‬
‫صلوا كما ر‬
‫ي‬ ‫ي‬
4

“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat”


(HR al-Bukhari).
Begitu pula orang yang ingin mendapatkan predikat
haji yang mabrur yang mana balasannya adalah surga
dari Allah maka hajinya harus mengikuti Rasulullah saw,
maka bunyi haditsnya adalah,

ِ
‫عن مناسككم‬
‫خذوا ي‬

“Ambillah dariku tatacara haji kalian dalam berhaji.”


(H.R. Muslim, Ahmad, Baihaqi, An-Nasai. Abu Dawud
dari jabir)
Begitupula pula rumah tangga akan menjadi baik-
baik di dunia maupun akhirat ketika ia didalam
membangun rumah tangga berlandaskan pemahaman
islam secara benar. Maka didalam kehidupan berumah
tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita
harus berlandaskan pemahaman islam yang benar, maka
kita diperintahkan untuk masuk islam secara
menyeluruh, makanya bunyi ayatnya,
5

ۚ َ ۡ َّ َ ُ ُ ۟ ُ َّ َ َ َ ࣰ َّ ۤ َ ۡ ِّ ِ ۟ ُ ُ ۡ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ۤ َ
‫یـأیها ٱل ِذین ءامنوا ٱدخلوا ِف ٱلسل ِم كافة وَل تت ِبعوا خطو  ِت ٱلشیطـ ِن‬
ِ ‫إ َّن ُهۥ َل ُك ۡم َع ُد ࣱو ُّمب ر‬
ࣱ‫ی‬
ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke


dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu
ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang
nyata bagimu.”
[Surat Al-Baqarah 208]
Allah ta’ala berfirman,

ۡ َ ُ َّ َ َ َ ۤ َ َ ۡۗ ۡ ُ َ َ ۟ ُ ِّ َ ُ ََّ َ ۡ َ َ ُ ِّ َ ُ َ َ َّ َّ
‫ِإن ٱَّلل َل یغ ري ما ِبقو ٍم حن یغ ريوا ما ِبأنف ِس ِهم و ِإذا أراد ٱَّلل ِبقو ࣲم‬
َ ُ ِّ ُ َ َ َ ۚ ُ َ َّ َ َ َ َ ࣰ ۤ ُ
‫ون ِهۦ ِمن و ٍال‬
ِ ‫سوءا فَل مرد لهۥوما لهم من د‬

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan


suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. [Surat Ar-Ra’d 11].
Diantara sunnatullah (ketentuan Allah) yang pasti
terjadi dalam hidup ini adalah at taghyir yaitu perubahan,
kata sunnah maknanya adalah at thariqah al
mukhathathah (jalan yang sudah digariskan) dan diantara
bentuk sunnatullah berupa perubahan, sehingga
6

perubahan adalah keniscayaan. Contoh, kita dulu pernah


muda, kemudian berubah tua. Tetapi dalam islam kita
ingin melakukan perubahan yang lebih baik, yang
dicintai dan diridhai Allah, sehingga ketika kematian
menjemput kita, maka kita mati dalam keadaan terbaik,
karena kita sudah berusaha ketika hidup untuk berubah
menjadi lebih baik, maka mudah-mudahan kita
diwafatkan dalam keadaan khusnul khatimah.

Nah, apa saja faktor yang dapat merubah diri,


keluarga, masyarakat kita berubah menjadi lebih
baik?
Setelah kita mantadabburi ayat-ayat Al-Qur’an dan
sunnah maka kita mendapati faktor yang
menjadikan diri kita berubah menjadi lebih baik
adalah;

1. Ilmu Pengetahuan.

Bangsa Arab dulu berada dalam zaman jahiliyah,


setelah datangnya ilmu yang berasal dari Al Qur’an dan
Sunnah maka bangsa Arab secara khusus dan kaum
7

muslimin dipenjuru dunia secara umum menjadi umat


yang terbaik (khaira ummah).

Maka perbaikan suatu umat hanya bisa terwujud


dengan ilmu. Apa yang dimaksud dengan ilmu di dalam
Al-Qur’an? Kita tahu kata ilmu serta keturunannya
banyak diulang-ulang dalam Al-Qur’an, nah pengertian
ilmu, itu adalah setiap ilmu yang bermanfaat untuk dunia
dan akhirat itulah ilmu yang wajib dipelajari, itulah ilmu
yang menjadikan kita berubah menjadi lebih baik,
sehingga di dalam kehidupan ini tidak ada dikotomi
antara ilmu umum dan ilmu agama, karena keduanya
adalah ilmu Allah yang wajib dipelajari, maka ketika kita
rajin mendatangi majelis ilmu maka insyaallah kita akan
berubah menjadi lebih baik. Banyak wanita yang belum
menutup aurat meskipun mengaku beragama islam,
maka ia akan berubah menjadi lebih baik dengan
menutup aurat ketika ia rajin menghadiri majelis ilmu.
Karena islam mewajibkan setiap wanita yang sudah
baligh untuk menutup aurat. Dulu belum tahu tentang
8

shalat yang benar tetapi setelah belajar tata cara shalat


Rasulullah maka ia berubah menjadi yang lebih baik.

Jadi perubahan yang terjadi dalam kehidupan


manusia faktor utamanya adalah ilmu, makanya wahyu
yang pertama turun adalah berkaitan dengan perintah
membaca agar mendapatkan ilmu karena kunci ilmu
adalah membaca, sebagaimana firman Allah kepada
Rasulullah saw ketika sedang bertahannus di gua hira,
َۡۡ ََ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َ َ َّ َ ِّ َ ۡ ۡ َ ۡ
‫ٱۡلنسـن ِمن عل ٍق ۝ ٱقرأ‬ ِ ‫ٱقرأ ِبٱس ِم ربك ٱل ِذی خلق ۝ خلق‬
ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َّ َ َ َ ۡ َ َّ َ َّ ُ َ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ
‫ٱۡلنسـن ما لم یعلم ۝‬ ِ ‫وربك ٱۡل كرم ۝ ٱل ِذی علم ِبٱلقل ِم ۝ علم‬

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.[Surat Al-‘Alaq 1 -5].
Dalam ayat tersebut kata ilmu sampai diulang tiga
kali, ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa
melalui membaca dan belajar kita berubah menjadi lebih
baik, dulunya kita berada dalam kegelapan, setelah kita
9

bersama Al Qur’an dan ia adalah sumbernya


pengetahuan akhirnya kita berada dalam cahaya yang
terang, akhirnya kita mengetahui perkara halal dan
haram, ibadah dan ketaatan, sunnah dan bid’ah, perkara
yang mengantarkan kita ke surga dan perkara yang
mengantarkan kita ke neraka, sehingga ilmu itu merubah
diri kita menjadi lebih baik. Allah ta’ala berfirman,
ۡ ُّ َ َ ُ ُّ َ َ َّ َ ۡ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ٌ َ ۚ ۤ
‫ور ِب ِإذ ِن‬
ِ ‫الر ِكتـب أنزلنـه ِإلیك ِلتخ ِرج ٱلناس ِمن ٱلظلمـ ِت ِإَل ٱلن‬
َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ِّ َ
‫ید‬
ِ ‫یز ٱلح ِم‬
ِ ‫رب ِهم ِإَل ِِص  ِط ٱلع ِز‬

Alif Lam Ra. (Al-Qur’an ini) Kitab yang Kami


turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya
terang-benderang (islam) dengan izin Tuhan, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha
Terpuji.[Surat Ibrahim 1].
Nah, untuk menggambarkan betapa pentingnya ilmu
di dalam kehidupan sampai-sampai tidak permohonan
kita kepada Allah di dalam Al-Qur’an yang minta agar
terus ditambah kecuali ditambah ilmu, firman Allah
ta’ala,
10

ۡ ۡ ِّ ُ
‫َوقل َّرب ِزد ِ ِن ِعل ࣰما‬

“Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu


kepadaku. ”[Surat Tha-Ha 114].
Karena ilmu sesuatu yang sangat penting, termasuk
untuk merubah diri kita menjadi lebih baik.

2. Amal Perbuatan atau kerja.

Kita sebagai anak bangsa, khususnya sebagai


generasi muslim, agar bangsa ini menjadi lebih baik dan
lebih sejahtera maka kita semua harus menjadi bangsa
yang cinta dengan kerja. Orang yang bekerja akan
dicintai Allah dan akan berubah menjadi lebih baik,
maka, bekerja adalah sebuah kewajiban sebagaimana
firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an,
َ َ َ ُّ َ َُ َ َ ََۖ ُ ۡ ُ ۡ َ ُ ُ ُ َ َ ۡ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ۟ َُ ۡ ُ َ
‫وق ِل ٱعملوا فس ريى ٱَّلل عملكم ورسولهۥوٱلمؤ ِمنون وسيدون ِإَل عـ ِل ِم‬
َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ َ ُ ُ ِّ َ ُ َ َ َ َّ َ ۡ َ ۡ
‫ٱلغی ِب وٱلشهـد ِة فینبئكم ِبما كنتم تعملون‬

“Dan katakanlah wahai Muhammad, “Bekerjalah


kamu, maka pasti Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
11

Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-


Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Surat
At-Taubah 105].
Jadi beramal atau bekerja adalah perintah Allah untuk
kita semua. Nah amal apa saja yang dapat merubah diri
kita menjadi lebih baik? Maka amal yang dapat merubah
diri kita menjadi lebih baik syarat nya ada dua, yaitu;

Pertama, amal itu harus shalih, dan pengertian amal


shalih yang diterima oleh Allah ada dua hal yaitu amal
tersebut didasari dengan ikhlas dan amal tersebut benar,
dan barometer kebenaran itu ukurannya mengikuti
Rasulullah shallahu alaihi wasallam .

Kedua, adalah dilakukan secara berjamaah, makanya


di dalam ajaran islam apa saja yang dikerjakan secara
berjamaah pahalanya lebih besar dari pada dikerjakan
secara sendiri.
Contohnya shalat berjamaah, mengenai keutamaan
shalat berjamaah dalam sebuah hadits
dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata bahwa
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda,
12

َ َ َ َ ْْ َ ْ َ ِّ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ
‫شين درجة‬ ِ ‫صالة الجماع ِة أفضل ِمن صال ِة الفذ ِبسب ٍع و ِع‬

“Shalat jamaah lebih utama daripada shalat sendirian


sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari Muslim).
Bahkan dalam hadits yang lainnya ketika ada seorang
buta meminta izin kepada nabi untuk tidak ikut shalat
berjamaah di masjid, tapi nabi tetapi memerintahkan nya
untuk shalat berjamaah. Sabda Nabi shallahu alaihi
wasallam ,

َّ ََ َ َ ُ َْ ُ َ ِ َ َ ََُْ َ ْ َ
‫النن – صل هللا عليه‬ ‫ أن ي‬: ‫ قال‬، – ‫ض هللا عنه‬ ‫عن أ ِ ين هريرة – ر ِ ي‬
ُ َُ ٌ َ َ ‫ َل‬، ‫هللا‬ َ ْ ُ
‫يس ِ يَل ق ِائد يقود ِ ِ ين إَل‬ ِ
َ ‫ يا َر ُس‬: ‫ال‬
‫ول‬ َ ‫فق‬ ، ‫وسلم – َرج ٌل أع ََم‬
ُ َ َ ِّ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ
‫هللا – صل هللا عليه وسلم – أن يرخص له‬ ِ ‫ فسأل رسول‬، ‫المس ِج ِد‬
ُ‫ (( َه ْل َت ْس َمع‬: ‫ال َل ُه‬ َ ‫ َف َق‬، ‫ َف َّل َما َو ََّل َد َع ُاه‬، ‫ص َل ُه‬ َ ‫ َف َر َّخ‬، ‫َف ُي َص ِّل ِف َب ْيته‬
ِ ِ ‫ي ِي‬
ْ َ َ َ ْ ََ َ َ َ َّ َ ‫ال ِّن َد‬
)) ‫أجب‬ ِ ‫ف‬ (( : ‫ال‬ ‫ق‬ . ‫م‬ ‫ع‬ ‫ن‬ : ‫ال‬‫ق‬ )) ‫؟‬ ‫ة‬ِ ‫ال‬ ‫الص‬‫ب‬ِ ‫اء‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, “Nabi shallahu


alaihi wasallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang
penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia
meminta kepada Rasulullah shallahu alaihi wasallam
untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di
rumahnya. Lalu Rasulullah shallahu alaihi wasallam
memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang
13

itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata


kepadanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan
shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka
penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim, no.
503).
Yang aneh dalam fenomena keislaman masyarakat
kita banyak yang gak buta tapi tetap tidak shalat
berjamaah di masjid, maka agar mereka berubah menjadi
lebih baik maka harus diberikan pemahaman yang benar
mengenai pentingnya shalat berjamaah di masjid.

Maka tidak mungkin kita berubah menjadi lebih baik


secara sendirian. Yang ingin membangun peradaban ini
jumlah nya banyak dan yang ingin menghancurkan
peradaban itu juga jumlahnya banyak. Makanya kita
harus berjamaah, kalau kita ingin membangun rumah
sendirian sementara yang ingin merobohkan banyak,
maka rumah dipastikan tidak akan bisa berdiri, maka
seorang penyair mengatakan,
َ َ َ َ ُ َ ‫وما َت‬
ً َ ُ ُ ُ َ َ َ
‫هد ُم‬
ِ ‫ي‬ ‫ك‬‫ي‬ ‫غ‬
‫ِ ر‬‫و‬ ‫بنيه‬‫ت‬ ‫نت‬‫ك‬ ‫إذا‬ ** ‫ه‬ ‫مام‬ ‫من يبلغ البنيان ي‬
14

Kapan sebuah bangunan berdiri sempurna kalau


kamu sendirian membangunnya sementara orang lain
ingin merobohkan.
Makanya kalau ingin membangun tatanan
masyarakat dan bangsa lebih baik lagi maka kita harus
bekerja bersama sama. Kalau kita ingin memiliki anak
yang cerdas maka yang mendidik ayah dan ibu secara
bersama sama, tidak sepenuhnya diserahkan kepada
guru. Disaat hari-hari biasa maka yang mendidik adalah
guru, maka di saat hari libur tugas kedua orang tua yang
harus mendidiknya, bukannya lepas tanggung jawab
apalagi diajak liburan, sehingga hafalan Al-Qur’an
mereka banyak yang hilang dan pelajaran sekolah
banyak yang lupa. Boleh berlibur akan tetapi belajar
tidak boleh libur, belajar bisa dilakukan dimanapun
termasuk di rumah. Jadi hari libur itu digunakan untuk
menutup lubang-lubang dan kekurangan kekurangan di
sekolah. Kalau target hafalan tidak sampai dalam satu
semester mestinya diwaktu liburan diisi untuk
menyelesaikan target hafalannya. Maka kita beramal
shalih dan dilakukan secara berjamaah. Di negeri
15

manapun pasti terjadi kemungkaran, kalau yang merubah


kemungkaran satu orang atau satu ormas tertentu maka
kecil kemungkinan kemungkaran itu hilang, tapi kalau
banyak orang atau ormas yang dibangun berdasarkan
sistem maka kemungkaran tersebut pasti sirna. Oleh
karena itulah kita harus berjamaah, karena kalau umat
islam tidak berjamaah akan terjadi fitnah dan malapetaka
yang besar di dunia ini. Sebagaimana firman Allah,

ۡ َۡ ِ ࣱَۡ ُ َ ُ ُ َ ۡ َ َّ ۚ ۡ َ ُ ۤ َ ۡ َ ۡ ُ ُ ۡ َ ۟ ُ َ َ َ َّ َ
‫ض‬
ِ ‫ض ِإَل تفعلوه تكن ِفتنة ِف ٱۡلر‬ ٍ ‫وٱل ِذین كفروا بعضهم أو ِلیاء بع‬
ࣱ‫َو َف َس ࣱاد َكب ري‬
ِ

Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka


melindungi sebagian yang lain. (Wahai orang-orang
beriman) Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah
diperintahkan Allah (saling melindungi dan
mendukung), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan
kerusakan yang besar. [Surat Al-Anfal 73].
Jadi dalam ayat ini Allah mengingatkan seluruh
orang beriman di penjuru dunia termasuk di Indonesia
agar amal shalih dilakukan secara berjamaah, shalat
berjamaah, haji berjamaah, zakat berjamaah, amar
ma’ruf nahi munkar berjamaah, kalau tidak berjamaah,
16

maka orang-orang kafir akan bersama-sama akan


melakukan kerusakan dan kejahatan secara berjamaah.
Maka umat islam agar menjadi lebih baik maka bekerja
harus bersama-sama jangan sampai berpecah belah,
gara-gara beda ormas, partai atau golongannya.

Karena kita khawatir kalau umat islam asik dengan


ormas dan golongan nya, sementara orang-orang kafir
bersatu padu, maka umat islam akan kalah.
Jadi amal yang dikerjakan harus shalih, ikhlas, benar dan
dikerjakan secara bersama-sama maka umat islam akan
berubah menjadi lebih baik.

3. Memanfaatkan seluruh potensi yang ada, baik


potensi sumber daya alam maupun sumber daya
manusia.

Jangan sampai ada satupun potensi alam dan manusia


yang tidak dimanfaatkan. Semua digunakan untuk
merubah diri, masyarakat dan negaranya menjadi lebih
baik. Kita mulai dari sumber daya alam, kalau kita sebut
NKRI adalah negara yang luas daratannya dan dipenuhi
17

sumber daya alam yang melimpah, namun kekayaan


tersebut tidak merata karena disamping faktor
pemerintah kurang maksimal dalam memeratakan
kekayaan tapi yang paling utama karena faktor
kemalasan, malas untuk memanfaatkan potensi sumber
daya yang ada, padahal nabi shallahu alaihi wasallam
bersabda,
ٌ َ ْ َْ ٌْ َ ُ ْ ُ ََُْ ً ْ َ ُ ََْ َْ ً ْ َ ُ ْ َ ْ
‫ فيأ كل ِمنه ط ري أو ِإنسان‬،‫ أو يزرع زرعا‬،‫َما ِمن ُم ْس ِل ٍم يغ ِرس غرسا‬
ٌَ َ َ ُ َ َ َ َّ ٌ َ َ ْ َ
‫ ِإَل كان له ِب ِه صدقة‬،‫أو ب ِهيمة‬

“Tidaklah seorang Muslim yang menanam tanaman


atau bertani, lalu ia memakan hasilnya atau orang lain
dan binatang ternak yang memakan hasilnya, kecuali
semua itu dianggap sedekah baginya” (HR. Al Bukhari
2320).
Maka, menanam pohon kemudian berbuah, lalu
dikonsumsi khayalak umum bahkan termasuk burung itu
saja merupakan sedekah yang berpahala, maka jika itu
dilakukan akan terjadi perubahan, tidak ada yang
namanya kelaparan jikalau setiap manusia memiliki
18

kesadaran seperti itu, dalam hadits lain disebutkan, dari


Anas radhiyallahu anhu dari Rasulullah bersabda:

َ‫اع َأ ْن َال َت ُق ْوم‬


َ َ َ ْ َ ٌ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ِ َ ُ َ َّ
‫ِإن ق َام ِت الساعة و ِ يف ي ِد أح ِدكم ف ِسيلة ف ِإ ِن استط‬
َ ْ

َ ْ ْ َ َ ْ َ َّ َ
‫ح َن يغ ِر َسها فل َيغ ِر ْسها‬

“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di


tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma
maka apabila dia mampu menanamnya sebelum
terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.”
(HR. Imam Ahmad).
Artinya kita harus memanfaatkan potensi yang ada
dan kita tak boleh berorientasi bahwa kita yang
menikmatinya saja, mungkin kita yang bekerja namun
bisa jadi yang menikmati makhluk yang lain. Jadi ini
salah satu hal yang dapat merubah diri kita menjadi lebih
baik.

Ketika Rasulullah shallahu alaihi wasallam hijrah


dari Makkah ke Madinah, karena intimidasi orang-orang
musyrik, beliau melalui jalan yang tidak diketahui
banyak orang. Akhirnya bertemu dengan orang kafir
bernama Abdullah bin Uraiqiq, ia digunakan oleh nabi
19

untuk menunjukkan jalan ke Madinah yang tidak


diketahui banyak orang padahal ia seorang kafir. Artinya
orang kafir saja potensinya bisa digunakan untuk
membela islam apalagi umat islam, jangan malah
sebaliknya umat islam digunakan oleh orang kafir untuk
memusuhi umat islam sendiri. Umat islam digunakan
untuk memata-matai saudara mereka sendiri dalam
pergerakan dakwah dan majelis taklim mereka, maka ini
bukannya berubah menjadi lebih baik, justru sebaliknya.
Padahal sesama muslim itu bersaudara, Allah berfirman,

ۡ ُ َّ َ َ َ َّ ۟ ُ َّ َ ۚ ۡ ُ ۡ َ َ َ َِ ۡ َ ۟ ُ ۡ َ َ ࣱ َ ۡ َ ُ ۡ ُ ۡ َ َّ
( ‫ِإنما ٱلمؤ ِمنون ِإخوة فأص ِلحوا ب ری أخویكم وٱتقوا ٱَّلل لعلكم‬
َ َ ُ
‫)ت ۡرح ُمون‬

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,


karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang
berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat. [Surat Al-Hujurat 10].
4. Dakwah

Yaitu, mengajak manusia untuk beribadah kepada


Allah dan mengerjakan kebajikan. Allah mewajibkan
agar setiap muslim berdakwah, bahkan berdakwah
20

adalah profesi terbaik di sisi Allah ta’ala, sebagaimana


firman-Nya,
َ ِ َّ َ َ َ ࣰ َ َ َ َ َّ َ ۤ َ َ َّ ِّ ࣰ ۡ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ
( ‫ٱَّلل وع ِمل صـ ِلحا وقال ِإن ِن ِمن‬
ِ ‫ومن أحسن قوَل ممن دعا ِإَل‬
ۡ
َِ ‫)ٱل ُم ۡسلم‬
‫ی‬ ‫ِِر‬

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya


daripada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku
termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
[Surat Fushilat 33].
Sehingga setiap manusia yang beramal sebagai
aktivis dakwah apapun latar belakang pekerjaannya,
maka kita yakin dunia akan berubah menjadi lebih baik.
Al Qur’an turun pertama kali di makkah, sedangkan
belum ada yang beriman selain Rasulullah saja, maka
nabi mulai berdakwah sehingga ada beberapa orang yang
menerima dakwah beliau, diantaranya Khadijah, Abu
Bakar, Ali, dan Bilal yang mana mereka meneruskan
perjuangan nabi sehingga berkat perjuanganmereka
islam tersebar ke penjuru jazirah arab bahkan seluruh
pelosok dunia, maka umat manusia yang dulunya gelap
21

gulita merasakan cahaya islam yang terang-benderang,


karena mereka militan dalam berdakwah. Seandainya di
Indonesia ini tidak ada orang Arab Yaman yang datang
ke Indonesia membawa islam, maka barangkali kita
masih dalam zaman kegelapan, semua itu dapat terjadi
lantaran dakwah. Tentang perintah dakwah Allah swt
berfirman,

َ ِ َ َۡۡ َ ََ َ ۡ ََ
(‫نذر ع ِش ريتك ٱۡلقر ِب ری‬
ِ ‫)وأ‬

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu


(Muhammad) yang terdekat, [Surat Asy-Syu’ara 214].
Jadi masalah kejahilan dalam agama yang kita hadapi
bukan karena lembaga pendidikan dan keislaman, karena
lembaga tersebut jumlahnya banyak, tapi tidak setiap
umat islam mau berdakwah, tidak seperti nabi dan
sahabatnya yang militan dalam berdakwah. Abu Dzar
begitu masuk islam, akhirnya beliau mendakwahkan
ajaran islam kepada Qabilahnya, maka seluruh orang di
Qabilahnya masuk islam. Maka orang-orang yang gemar
berdakwah di akhirat nanti akan selamat di pengadilan
22

Allah swt padi hari kiamat, karena mereka telah lepas


tanggung jawab mereka, sedangkan di dunia mereka
menjadi orang-orang yang bertakwa. Dan orang yang
tidak berdakwah bahkan menghalang-halangi jalan
dakwah diazab oleh Allah, bahkan berubah menjadi kera,
terlepas wujudnya seperti kera atau tidak tapi wataknya
persis seperti kera, firman Allah,
ࣰ َ َ ۡ ُ ُ ِّ َ ُ ۡ َ ۡ ُ ُ ۡ ُ ُ َّ ً ۡ َ َ ُ َ َ ۡ ُ ۡ ِّ ࣱ َّ ُ ۡ َ َ ۡ َ
‫و ِإذ قالت أمة منهم ِلم ت ِعظون قوما ٱَّلل مه ِلكهم أو معذبهم عذابا‬
۟ ُ َ َّ َ َ
ۤ‫وا َما ُذ ِّك ُر ۟وا ب ِهۦ‬ َ ُ َّ َ ۡ ُ َّ َ َ َ ۡ ُ ِّ َ َ َ ۡ َ ۟ ُ َ َۖ ࣰ َ
ِ ‫ش ِدیدا قالوا مع ِذرة ِإَل ربكم ولعلهم یتقون ۝ فلما نس‬
َ‫وا ب َع َذاب َبـیس بما‬ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ۡ َ َ َ ۤ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َّ َ ۡ َ َ
ِ ِۭ ِ ِ ِۭ ِ ِ ‫أنجینا ٱل ِذین ینهون ع ِن ٱلسو ِء وأخذنا ٱل ِذین ظلم‬
َ َ ۟ ُ ُ ۡ ُ َ َ ۡ ُ ُ ۡ َ ۟ ُ ُ َّ َ ۟ ۡ َ َ َّ َ َ َ ُ ُ َۡ ۟ ُ َ
‫كانوا یفسقون ۝ فلما عتوا عن ما نهوا عنه قلنا لهم كونوا ِقردة‬
‫ی‬َِ ‫َخـسـ‬
‫ِ ِر‬

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka


berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan
dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat
keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai
alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan
agar mereka bertakwa.”
Maka setelah mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-
23

orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami


timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.

Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap


segala apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka,
“Jadilah kamu kera yang hina.” [Surat Al-A’raf 164 –
166].

5. Bersyukur

Allah menjanjikan dalam kehidupan ini, siapapun


yang bersyukur nikmatnya akan ditambah, sehingga
keadaan diri menjadi semakin lebih baik. Ini adalah janji
Allah dan janji Allah adalah pasti, firman Allah;
ࣱ َ َ َ َ َّ ۡ ُ ۡ َ َ ِ َ َ َۖ ۡ ُ َّ َ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ ِ َ ۡ ُ ُّ َ َ َّ َ َ ۡ َ
‫و ِإذ تأذن ربكم ل ِٕی شكرتم ۡل ِزیدنكم ول ِٕی كفرتم ِإن عذ ِان لش ِدید‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,


“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
24

mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat


berat.”[Surat Ibrahim 7].
Maka hakikat syukur bukan hanya dengan ucapan
seperti kita mengucapkan Alhamdulillah, tapi lebih dari
itu syukur yang sempurna adalah rasa berterima kasih
kita atas nikmat Allah melalui hati, lisan dan perbuatan.

Apa tandanya kalau kita menjadi pribadi yang


bersyukur?

1) Mengakui bahwa nikmat yang didapatkan


semata-mata datang dari Allah. Kita sehat itu
semata-mata datang dari Allah bukan karena
rajin berolahraga, meskipun olahraga itu
penting. Perlu diingat semua nikmat yang kita
rasakan semata-mata datang dari Allah, akan
tetapi manusia tetap wajib ikhtiyar, melakukan
usaha untuk meraih nikmat tersebut.

2) Menggunakan seluruh nikmat untuk taat kepada


Allah.
25

Ketika kita diberikan waktu luang, kesehatan,


kekayaan maka hendaklah digunakan untuk taat kepada
Allah, untuk beribadah, menuntut ilmu agama dan
bersedekah.

Seorang Khalifah yang bernama Umar bin Abdul


Aziz, sebelum beliau memimpin negara dalam masa
krisis, tetapi berkat keshalihan dan keadilannya, negara
yang dipimpinnya merasakan keamanan, jangankan
manusia bahkan binatangpun merasakan keadilannya.
Saking amannya, sampai tidak ada binatang ternak yang
dimakan oleh binatang buas, dalam kepemimpinannya
yang singkat yaitu masa 2,5 tahun, sulit untuk mencari
orang yang berhak menerima zakat. Kenapa demikian?
Karena beliau benar-benar mensyukuri nikmat Allah
berupa nikmat kepemimpinan, dan menggunakannya
dalam rangka semata-mata melakukan ketaatan kepada
Allah ta’ala.

Adapun kufur nikmat adalah menggunakan


kenikmatan yang telah Allah berikan pada hal-hal yang
26

tidak diridhai Alllah dan enggan mengucapkan


Alhamdulillah. Seseorang sudah diberikan kenikmatan
berupa jiwa dan raga yang sehat, waktu yang lapang,
rejeki yang banyak, akan tetapi kenikmatan yang
diberikan digunakan untuk bermaksiat kepada Allah
seperti minum miras, judi dan lain sebagainya.

Kufur nikmat berawal dari ketidaksadaran akan


nikmat yang ia dapat bahwa semua fasilitas dunia ini
merupakan anugerah Allah kepada hambanya.
Sedangkan bahaya kufur nikmat selanjutnya adalah
adanya adzab dari Allah. Hal ini seperti yang seperti
firman Allah dalam ayat di atas.

Anda mungkin juga menyukai