HATI
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai daripadanya....” (QS. Al-Baqarah:74)
Maka, kata Ibnul Qayyim, :
ِّ صلِّح
ابن القيم-- ان إَِّال النَار ِّ ِّشجرةِّ الياب ِّ ٌ ال َقلْب املَي
َ ْ َ الَ ي،سةَ َ َ َ َ ت ال َقاس مي كاَل ْ م
Hati seseorang yang telah kering dan membatu, ia bagaikan pohon yang
meranggas dan mati. Keduanya hanya pantas dilalap api. Naudzubillah.
Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran dari nasehat-
nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat maupun
peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan,
tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti. Inilah salah satu bentuk hukuman
terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada petunjuk
dan kebaikan yang disampaikan kepadanya kecuali justru memperburuk
keadaannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225).
أنا وهو كهاتينه،كافل اليتيم له أو لغيره: قال رسوله هللا ﷺ:قال حديث أبي هريرة
وأشار الراويه وهو مالك بن أنس بالسبابة والوسطىه،في الجنة
“Aku dan orang-orang yang mengurus anak yatim kelak akan
berdampingan seperti dua jari di surga.”
Dengan demikian, cara terbaik menasehati orang yang memiliki hati yang
keras adalah dengan mendekatkannya dengan Al Qur’an, mengajaknya untuk
selalu membacanya, menghayati (tadabbur) kandungan makna-maknya,
khususnya yang berkaitan dengan nasehat nasehatAl Qur’an, targib dan
tarhibnya, ajak dia untuk menghadiri majelis majelis yang mengkaji Al Qur’an.
۟ ِّ ٱْل ُِّْث وَب ِّطنَهم إِّ َّن ٱلَّ ِّذين يك َٰ وذَر ۟وا
ٱْل ُْثَ َسيم ْج َزْو َن ِِّبَا َكانموا يَ ْق ََِّتفمو َن
ِّْ ْسبمو َن ََ ََ ِّ ْ ر
َ ِّ
ه ظ
َ َ م
“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.
Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi
pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan.“ (QS. Al An’aam: 120)
Ayat Allah yang mulia ini mengingatkan manusia tentang dua macam dosa
yang menimpa manusia. Keduanya sama-sama berbahaya dan wajib
ditinggalkan. Dosa itu adalah dosa zahir (terlihat dan terdengar) dan dosa batin
(kemaksiatan hati). Sebagaimana istilah itu sendiri, dosa zahir merupakan bentuk
dosa yang jelas tampak di depan kasat mata kita, atau terdengar oleh telinga kita.
Contohnya seperti minum khamr, zina, judi, membunuh, ghibah, mengadu domba
dan lain-lain. Sedangkan dosa batin adalah dosa yang sifatnya tersembunyi,
menyangkut dengan hati kita masing-masing, contohnya; sombong, hasad,
congkak, riya’ dan lan sebagainya.
Umumnya, banyak di antara kita yang sadar dan mampu menghindarkan diri
dari setiap perbuatan dosa lahiriyah, namun sedikit sekali yang mampu selamat
dari dosa batin. Banyak di antara kita yang mampu menjaga diri dari larangan
berbuat zina, judi, minum khamer dan sebagainya, namun terkadang tidak sedikit
di antara kita yang sulit menjaga hati ini dari maksiat-maksiat batin; sombong,
merasa paling hebat sendiri lalu meremehkan yang lain, tidak ikhlas dalam
beramal atau ketika memberi, suka pamer, hasad, dengki dan sebagainya.
Padahal bila kita telusuri lebih dalam tentang wejangan para ulama dalam
hal ini, maka kita akan menyimpulkan bahwa dosa batin yang sulit kita hindari
itu justru lebih berbahaya daripada dosa zahir. Mengapa demikian? Mari kita
mulai dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nu’aim bin Basyir,
Nabi SAW bersabda:
ِّ ْ س ِّد مم
أَالَ َوه َي الْ َقل م،س مد مكلُّهم
ْب َ َس َد ا ْْل
َ َت ف
ْ س َد ِّ ُّ َصلَ َح ا ْْل
َ َ َوإذَا ف،س مد مكلهم
َ َ ت َ إِّذَا،ًضغَة
ْ صلَ َح ِّ
َ َأَالَ َوإ َّن ِِّف ا ْْل
“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging,
apabila ia baik, baiklah seluruh jasadnya dan apabila ia rusak, maka
rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah
hati,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maknanya, sumber kerusakan yang terjadi pada manusia justru bermula dari
rusaknya hati karena maksiat-maksiat yang menutupinya. Efeknya, ketika hati
rusak maka jasad manusia pun ikut terbawa kepada kerusakan. Karena itu, dalam
makna yang lebih luas, hadis ini ada kaitannya dengan sabda Nabi SAW:
ص َوِّرمك ْم َوالَ إِّ ََل أ َْم َوالِّ مك ْم َولَكِّ ْن يَ ْنظممر إِّ ََل قم لموبِّ مك ْم َوأَ ْع َمالِّ مك ْم
إِّ َّن هللا الَ يَ ْنظممر إِّ ََل م
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk-bentuk tubuh dan
harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal
kalian,” (HR. Muslim)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dosa zahir umunya terjadi karena adanya dosa batin, ketika hatinya rusak
dengan maksiat-maksiat batin maka hal itu akan membawa pengaruh kepada
raganya untuk bertindak dengan maksiat yang zahir. Dosa pertama kali yang
dilakukan oleh anak adam di muka bumi menjadi contoh yang cukup nyata. Yaitu
ketika hati Qabil memiliki hasad kepada Habil yang kemudian berujung kepada
pembunuhan.
Karena itu, dalam kitab Zaadul Masiir (9/276), Imam Ibnul Jauzi berkata,
“Hasad adalah (termasuk) tabiat yang terjelek. Ia menjadi penyebab adanya
maksiat pertama kali di langit, yaitu hasad iblis kepada Nabi Adam ‘alahis salam
dan penyebab adanya maksiat pertama kali di muka bumi, yaitu hasad Qabil
kepada Habil,”
Sama halnya dengan Fir’aun yang menolak risalah yang disampaikan oleh
Nabi Musa ‘Alaihissalam, juga karena rasa sombong yang mengotori hatinya.
Allah ta’ala berfirman:
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِّ ۡ
س مه ۡم ظمل ًما َّو معلم ًّوا
َو َج َح مدوا ِبَا َواستَ ي َقنَ ت َها اَ م
ف
م ن
Dua contoh di berikut ini akan menggambarkan hal itu, pertama: kisah
taubatnya Nabi Adam ‘alaihissalam, beliau melakukan perbuatan dosa zahir
dengan memakan buah dari pohon yang terlarang, kemudian setelah itu beliau
tersadarkan dan dengan mudah kembali kepada Allah, Allah ta’ala berfirman
tentang penyesalan dan pertaubatan beliau dan istrinya:
ِّ ْ قَ َاال ربَّنَا ظَلَمنَا أَنْ مفسنَا وإِّ ْن ََل تَغْ ِّفر لَنَا وتَر َْحْنَا لَنَ مكونَ َّن ِّمن
َ اْلَاس ِّر
ين َ َْ ْ ْ َ َ ْ َ
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat
kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang
merugi,” (QS. Al-A’raf: 23).
Berbeda halnya dengan iblis, dosanya jenis dosa batin, yaitu sombong, maka
terasa berat baginya untuk bertaubat. Bahkan dia menganggap dirinya lah berada
di atas kebenaran. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala abadikan beberapa kali kisah
iblis ini. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman:
ِّ ِّ ِّ ِّ َِّّ ِّ ِّ ِّ
َ َْب َوَكا َن م َن الْ َكاف ِّر
ين ََ استَك
ْ ََب َو
َٰ َ يس أ
َ س َج مدوا إال إبْل ْ ْم ََلئِّ َكة
َ َاس مج مدوا ِل َد َم ف َ َوإِّ ْذ قملْنَا لل
Dua kisah di atas mengabarkan kepada kita bahwa dosa batin bukanlah
perkara yang ringan. Walaupun tidak terlihat namun pengaruhnya dahsyat.
Mampu menjerumuskan kira kepada dosa-dosa zahir tanpa disadari oleh jiwa itu
sendiri. Dari sini kemudian Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyimpulkan
bahwa,” “Dosa-dosa besar, seperti riya, ujub (bangga terhadap amal), kibr
(sombong), fakhr (membanggakan amal), khuyala` (angkuh), putus asa, tidak
mengharap rahmat Allah, merasa aman dari makar Allah, riang gembira atas
penderitaan kaum Muslimin, senang atas musibah yang menimpa mereka, senang
dengan tersebarnya fahisyah (maksiat) di tengah-tengah mereka, dengki terhadap
anugerah Allah kepada mereka, berangan-angan anugerah tersebut hilang dari
mereka, dan hal-hal yang mengikuti dosa-dosa ini yang statusnya lebih haram
dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar yang zahir selain
keduanya” (Madarijus-Salikin, 1/133)