Anda di halaman 1dari 19

Waspada Penyakit Futur Setelah Ramadhan

Kenyataannya, kondisi ibadah umat Islam setelah Ramadhan


tidak berbanding lurus dengan semangat ibadah di bulan
Ramadhan. Semangat ibadah di bulan Ramadhan tidak berlanjut di
luar Ramadhan.

Kenapa ini terjadi? Karena mereka keliru dalam memahami


tujuan disyariatkannya puasa adalah agar dilatih menjadi pribadi
yang bertakwa.

Ramadhan telah berlalu. Artinya kita bersiap-siap


merealisasikan hasil pelatihan selama sebulan itu di sebelas bulan
yang akan datang.

Maka,jangan sampai Penyakit futur menjangkiti diri kita,


sebab sangat berbahaya dan merusak semangat ibadah kita.

Nah apa itu futur?

Futur secara bahasa bermakna pecah, lemas, dan lemah. (Al-


Mukhtasr As-Shihah, Bab fatara). Menurut Ar-Raghib dalam Al-
Mufradat fi Gharibil Qur’an (hlm. 731), Futur artinya putus setelah
tersambung, lembut setelah keras, dan lemah setelah kuat.

Maka hakikat futur adalah lemah setelah bersemangat,


terputus setelah kontiniu, dan malas setelah rajin dan bersungguh-
sungguh.
Penyakit futur ini muncul dari rasa malas, enggan, dan
lamban dalam melakukan kebaikan, yang mana sebelumnya
seseorang rajin dan bersemangat melakukannya. Futur adalah
penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i,
dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas,
bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan suatu
aktivitas kebaikan.

Sebetulnya pasang surut ibadah itu adalah fase yang amat sangat
wajar pada diri manusia. Hanya saja perbedaannya ialah seorang
mukmin akan merasa sedih dan gelisah mana kala semangat
ibadannya surut dan segera menyadari akan hal tersebut.

Allah swt berfirman:

ِ ‫ان تَ َذ َّكروا فَِإ َذا ُهم م ْب‬


‫ص ُرو َن‬ ُْ ُ َّ ‫ف ِم َن‬
ِ َ‫الش ْيط‬ ٌ ِ‫س ُه ْم طَائ‬ ِ
َ ‫إِ َّن الَّذ‬
َّ ‫ين اتَّ َق ْوا إِ َذا َم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepada Allah


apabila mereka diwas-wasi oleh setan sehingga melakukan
dosa kesalahan, mereka akan segera ingat akan Allah Ta’ala
dan segera tersadarkan.” [QS Al-A’raf: 201]
Dan biasanya surutnya semangat ibadah bisa disebabkan
karena dosa. Sebagaimana kisah Imam Hasan Al Bashri dibawah
ini.

‫ وأحب‬،‫ إين أبيت معاىف‬،‫ اي أاب سعيد‬:‫قائًل‬


‫جاء رجل إىل احلسن البصري رمحه هللا فسأله ا‬
‫ “ذنوبك قيدتك‬:‫ فقال‬،‫ فما ابيل ال أقوم؟‬،‫ وأعد طهوري‬،‫قيام الليل‬
Pernah suatu kesempatan ada orang yang mengadu kepada
Abu Sa’id Al-Hasan Al-Bashri, “Abu Sa’id, sesungguhnya
diriku ketika malam dalam kondisi sehat, aku suka kalau
mengerjakan shalat malam, dan wudhupun sudah
kupersiapkan, tapi kenapa aku tak juga bangun malam?”
“Dosamu lah yang mengikatmu,”jawabnya.
Begitupula Imam An-Nawawi pernah berkata:

‫حرمت قيام الليل مرة بذنب أذنبته‬


“Pernah suatu saat aku nggak mengerjakan shalat tahajud
karena dosa yang kulakukan.”

Apa saja dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit futur


itu?

1. Sifat futur menghalangi kecintaan kita dari Allah swt.


Karena hakikatnya amal shalih kita menjadi menurun
dan berkurang baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas,
padahal ketika semangat ibadahnya itu naik maka itu pertanda
kecintaan Allah swt akan ia raih. Dalam sebuah hadits qudsi
Nabi saw bersabda, yang beliau riwayatkan dari Allah swt,

‫ادى ِيل َولِيًّا‬ َ ‫ َم ْن َع‬:‫ال‬ َِّ ‫ال رسو ُل‬


َ َ‫ » إِ َّن هللاَ تَ َع َاىل ق‬: ‫اَّلل‬ ْ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬-ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫ ر‬-َ‫َعن أَِِب ُهريْرة‬
َ ََ ْ
‫ال َع ْب ِدي‬ ُ ‫ َوالَ يَ َز‬،‫ضتُهُ َعلَْي ِه‬ ِ ََّ ِ‫ب إ‬ ٍ َ ِ‫يل عب ِدي ب‬
ْ ‫َت‬ََ ْ‫يل ِمَّا اف‬ َّ ‫َح‬
َ ‫ش ْيء أ‬ ْ َ ََّ ِ‫ب إ‬َ ‫ َوَما تَ َق َّر‬،‫ب‬ ِ ‫فَ َق ْد آذَنْتُهُ ِاب ْحلَْر‬
،‫ص ُر بِ ِه‬
ِ ‫ وبصرهُ الَّ ِذي ي ْب‬،‫ت ََسْعهُ الَّ ِذي يسمع بِ ِه‬ ِ ِ ‫يل ِابلن‬
ُ ََ ََ ُ َ ْ َ ْ ‫ فَِإ َذا أ‬،ُ‫َّواف ِل َح ََّّت أُحبَّه‬
َ ُ ‫َحبَ ْب تُهُ ُك ْن‬ َ ََّ ِ‫ب إ‬ ُ ‫يَتَ َق َّر‬
« ‫استَ َعاذَِين ََل ُِع ْي َذنَه‬ ِ ِ
ْ ‫ َولَئِن‬،ُ‫ َولَئِ ْن َسأَل َِِن ََلُ ْعطيَ نَّه‬،‫ َوِر ْجلَهُ الَِِّت َيَْشي ِِبَا‬،‫ش ِِبَا‬
ِ
ُ ‫َويَ َدهُ الَِِّت يَ ْبط‬
‫رواه البخاري‬
“Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘
Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang
memusuhi wali-Ku, maka sungguh! Aku telah
mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang
hamba bertaqarrub (mendekatkan diri dengan beribadah)
kepada-Ku dengan sesuatu, yang lebih Aku cintai daripada
apa yang telah Ku-wajibkan kepadanya, dan senantiasalah
hamba-Ku (konsisten) bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan
sunnah hingga Aku mencintainya; bila Aku telah
mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang
digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang
digunakannya untuk melihat dan tangannya yang
digunakannya untuk memukul dan kakinya yang
digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku
niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta
perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya”.
(H.R.al-Bukhâriy)
Maka Kita akan terhalang dari kebaikan kebaikan yang nabi
saw sampaikan dalam hadits diatas jikalau kita terjangkiti penyakit
futur dalam beribadah.

2. Menghambat kita meraih derajat tinggi disurga.

Bila penghuni neraka memiliki rasa penyesalan karena


perbuatannya ketika didunia menyebabkan mereka dimasukkan
kedalam neraka. Ternyata penduduk surga pun memiliki rasa
penyelasan. Apa yang disesali oleh penduduk surga?

Dalam sebuah hadits Nabi saw bersabda


‫س ُر أَ ْه ُل ا ْْلَن َِّة إِال‬
َّ ‫س يَتَ َح‬ َّ ِ ِ ‫ول‬
َّ َ ‫هللا‬ َ َ‫اذ بْ ِن َجبَ ٍل ق‬ِ ‫َعن مع‬
َ ‫ ” لَْي‬:‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َُ ْ
‫ الطرباىن والبيهقى ىف شعب اإلَيان‬، ‫ رواه احلكيم‬.‫ت ِبِِ ْم ََلْ يَ ْذ ُك ُروا هللاَ فِ َيها‬ ْ ‫اع ٍة َم َّر‬
َ ‫َعلَى َس‬
.‫ إسناده جيد‬:‫ قال احلافظ الدمياطي‬.‫الديلمى‬

“Mu’adz bin Jabal berkata: “Rasulullah saw bersabda:


“Tidak pernah menyesal penduduk surga kecuali karena satu
waktu yang mereka lalui, sedangkan mereka tidak
mengisinya dengan dzikir kepada Allah.” (HR. al-Hakim al-
Tirmidzi (4/106), al-Thabarani [182], al-Baihaqi dalam
Syu’ab al-Iman [513], dan al-Dailami [5244]. Al-Hafizh al-
Dimyathi berkata: sanad hadits ini jayyid.
Dalam hadits diatas membuktikan bahwa penduduk surga
sekalipun akan menyesali diri di dalam surga. Mereka menyesal,
mengapa tidak menyibukkan diri dengan ibadah.

Mereka menyesal tidak disibukkan dengan urusan-urusan


akhirat, kerja-kerja positif, ibadah, serta hal-hal kebaikan yang
menyebabkan mereka terhalang dari derajat surga yang lebih
tinggi. Mereka beranggapan, mereka telah meremehkan akhirat
yang saat itu mereka rasakan betapa besar nilainya.

Hadis ini juga menunjukkan, betapa besar nilai sebuah zikir


di hadapan Allah dan mendapat ganjaran yang besar. Dalam hadis
lain disebutkan, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda,

ِ
ِ‫اَّلل وِِبم ِده‬ ِ َ‫ حبِيب ت‬، ‫ان‬
َّ ‫ان إِ َىل‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ان َعلَى الل‬ ِ َ‫َكلِمت‬
ِ َ‫ان َخ ِفي َفت‬
ْ َ َ َّ ‫الر ْمحَ ِن ُس ْب َحا َن‬ َ َ ‫ ثَقيلَتَان ِىف الْم َيز‬، ‫سان‬
َ َ
َِّ ‫ سبحا َن‬،
‫اَّلل ال َْع ِظ ِيم‬ َ ُْ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan,
dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih,
subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-
Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no.
6682 dan Muslim no. 2694)
Begitupula Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun
alaihimas salam agar tidak lupa banyak berzikir, agar diberikan
kemenangan dalam berjuang di Jalan Allah swt, Pesan Allah itu
tertuang dalam Al-Qur’an,
ۡ
‫وك بَِايَٰتِی َوَال تَنِيَا فِی ِذك ِری‬
َ ‫َنت َوأَ ُخ‬
‫أ‬ ۡ ‫ۡٱذه‬
‫ب‬
َ َ

“Pergilah engkau Musa beserta saudaramu dengan membawa


tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan janganlah kamu berdua berzikir
untuk mengingat-Ku; [Surat Tha-Ha 42]

Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul


Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau
duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah
itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di
pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah
kekuatanku’.

Setelah kita paham tentang hakikat futur, apakah penyakit ini


sudah menjangkiti kita atau belum, yang terkadang tidak kita
sadari, maka kita harus mengetahui indikasi- indikasi seseorang
terjangkiti penyakit futur.
Ada beberapa indikasi yang nampak dalam diri kita ketika
kita terjangkiti futur, apa saja itu?

1. Malas dalam ibadah dan ketaatan.

Saking bahayanya sifat ini, sampai-sampai Nabi saw meminta


perlindungan dari sifat malas, dalam doa yang sering beliau baca,
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra berkata bahwa
Rasulullah saw biasa membaca do’a:

ِ ‫ك ِم ْن َع َذ‬ ِ ِ ‫اللَّه َّم إِِىن أَعوذُ بِك ِمن الْعج ِز والْ َكس ِل وا ْْل‬
‫اب الْ َق ِْرب‬ َ ِ‫ْب َوا ْْلََرم َوالْبُ ْخ ِل َوأَعُوذُ ب‬
ُْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ
ِ ‫وِمن فِْت نَ ِة الْم ْحيا والْمم‬
‫ات‬ ََ َ َ َ ْ َ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa


malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan
aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana
kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim
no. 2706)
Kenapa nabi saw sampai berdoa kepada Allah agar dijauhkan
dari sifat malas? Karena malas merupakan sifat yang sangat
berbahaya dalam kehidupan seorang muslim, segala aktivitas
ibadah dan pekerjaan akan terbengkalai jika disertai dengan sifat
malas, bahkan karakter malas merupakan salah satu tanda orang
munafik, sebagaimana Allah mengungkap kebusukan orang-orang
munafik dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,
ۤ ۟ ِ ۟ۤ ۡ ِ ِ ِ ِ ۡ
‫َّاس‬
َ ‫ن‬ ‫ٱل‬ َ ُ َ ُ ٰ َ َ ُ ُ َ ٰ َ َّ َ ُ َ َ َ ُ ُ ٰ َ َ ُ َ َ َ ُ َُٰ َ َٰ ُ ‫إِ َّن‬
‫ن‬‫و‬‫ء‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫اىل‬ ‫س‬ ‫ك‬ ‫وا‬‫ام‬ ‫ق‬ ‫ة‬‫و‬‫ل‬‫ٱلص‬ ‫ىل‬ِ
‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ام‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ِ
‫إ‬‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ع‬ ‫د‬ ‫خ‬ ‫و‬‫ه‬‫و‬ َّ
‫ٱَّلل‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ع‬ ‫د‬ ‫ُی‬ ‫نی‬‫ق‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ٱل‬
ࣰ ۡ
‫ٱَّللَ إَِّال قَلِيًل‬
َّ ‫َوَال يَذ ُك ُرو َن‬

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi


Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk
shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria
(ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak
mengingat Allah kecuali sedikit sekali.[Surat An-Nisa’ 142]
Maka jangan sampai kita mendapati kemalasan dalam diri
kita ketika beribadah, ketika membaca mushaf sebentar terasa
ngantuk tapi ketika nonton sinetron tv bisa betah berjam-jam, maka
ini adalah salah satu tanda futur yang menyebabkan seseorang
mendapatkan vonis sebagai munafik.

2. Meninggalkan sesuatu setelah kita terbiasa


merutinkannya.

Perlu diketahui bahwa ibadah tidak semestinya dilakukan


hanya sesaat di suatu waktu. Seperti ini bukanlah perilaku yang
baik. Para ulama pun sampai mengeluarkan kata-kata pedas
terhadap orang yang rajin shalat –misalnya- hanya pada bulan
Ramadhan saja. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya amalan
tersebut ditinggalkan. Para ulama kadang mengatakan, “Sejelek-
jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan
saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin
ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”. Ibadah bukan
hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, Rajab atau Sya’ban saja.
Sebaik-baik ibadah adalah yang dilakukan sepanjang tahun.

Terkadang ketika hanya di bulan Ramadhan kita rajin


membaca al quran, sering bersedekah, namun setelah Ramadhan
sudah tidak lagi. Maka kalau kita mengalami hal itu hati kita
terjangkiti futur.

Perlu diketahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah


apabila amalan tersebut membuahkan amalan ketaatan berikutnya.
Di antara bentuknya adalah apabila amalan tersebut dilakukan
secara kontinu (rutin). Sebaliknya tanda tidak diterimanya suatu
amalan, apabila amalan tersebut malah membuahkan kejelekan
setelah itu.

Kata para ulama,

‫سيِّئَةُ بَ ْعدَهَا‬
َّ ‫سيِّئَ ِة ال‬ ِ َ‫ َو ِم ْن َجز‬،‫سنَةُ بَ ْعدَهَا‬
َّ ‫اء ال‬ َ ‫سنَ ِة ال َح‬ ِ ‫إن ِم ْن ثَ َوا‬
َ ‫ب ال َح‬ ّ

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di


antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 8/417,)

3. Menganggap remeh maksiyat dan dosa.

Apakah maksiyat melalui mata, kaki, tangan, atau tulisannya.


Sebagian orang menganggap enteng hal tersebut dengan berkata
“Ah itukan hanya nonton aja, itukan hanya tulis status aja cuman
bercanda kok ga serius, yang pentingkan dapat banyak like”
padahal disisi Allah dosa tersebut sangat berat, betapa beratnya
dosa seseorang mengolok ngolok ayat Allah walaupun niatnya
hanya sekedar bercanda. Sebagaimana ini yang dilakukan oleh
orang-orang munafik ketika mengomentari keadaan Nabi dan para
Sahabatnya, mereka berkata;

!‫ وال أجْب عند اللقاء‬، ‫أكذب ألسناا‬


َ ‫ وال‬، ‫بطوًن‬
‫أرغب ا‬
َ ، ‫ما رأينا مثل قرائنا هؤالء‬

“Aku belum pernah melihat orang yang seperti para qari


[pembaca Al Qur’an] kami, mereka paling suka makan, suka
berdusta dan pengecut ketika berhadapan dengan musuh.”
Lalu ketika mereka diinterogasi atas perbuatannya oleh
Rasulullah saw mereka menjawab,

!‫ إمنا كنا خنوض ونلعب‬، ‫اي رسول هللا‬

Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bersenda gurau


dan bermain-main saja.

Maka setelah kejadian itu turunlah firman Allah mengenai


ancaman mereka, Allah swt berfirman,
ۡ ۡ ۡ ِِ ِ ِ ِ ۡ ُۚ ۡ ۡ ۡ
ِ
‫ٱَّلل َو َءايَٰتهۦ َوَر ُسولهۦ ُكنتُم تَستَ هزءُو َن ۝‬ ِ
َّ ‫ب قُل أَب‬ َّ ِ
ُ ‫وض َونَل َع‬ ُ ُ‫َولَ ِٕىن َسأَلتَ ُهم لَيَ ُقولُ َّن إمنَا ُكنَّا َخن‬
‫نی‬ ِ‫ف َعن طَ ۤا ِٕى َف ࣲة ِمن ُك ۡم نُع ِذ ۡب طَ ۤا ِٕى َف َۢةَ ِِبَ ََّّنُ ۡم َكانُ ۟وا ُ ُۡم ِر‬
‫م‬ ُ ‫ع‬ ۡ َّ‫ال ت ۡعت ِذر ۟وا ق ۡد كف ۡرُت ب ۡعد إَِي نِك ُۡۚم إِن ن‬
ُ َٰ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ
َ َ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan
menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan
bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan
ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?
Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir
setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu
(karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan
(yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang (selalu) berbuat dosa.” [Surat At-Taubah 65 – 66]
Menghina Islam sebagai agama teroris, menghina Rasulullah saw
serta melecehkan kehormatan beliau, kemudian ketika diciduk
aparat mereka berkata kami hanya bercanda. Mereka menganggap
perkara itu adalah dosa ringan Mengolok agama allah termasuk
dosa besar, maka para ulama sepakat orang yang mengolok-olok
agama Allah itu hukumnya murtad alias keluar dari islam dan
konsekwensinya adalah dihukum mati.

Para Salafus shalih sangat khawatir dengan sekecil apapun


terhadap dosa mereka, Makanya sampai-sampai Ibnu Mas’ud ra
mengatakan,

ِ ‫ وإِ َّن الْ َف‬، ‫اف أَ ْن ي َقع َعلَْي ِه‬ ِ َ‫إِ َّن الْم ْؤِمن ي رى ذُنُوبه َكأَنَّه ق‬
ُ‫اج َر يَ َرى ذُنُوبَه‬ َ َ َ ُ َ‫ت َجبَ ٍل َُی‬
َ ْ‫اع ٌد ََت‬ ُ َُ ََ َ ُ
‫ب َم َّر َعلَى أَنْ ِف ِه‬
ٍ ‫َك ُذ َاب‬

“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan


ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut
longsor dan akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir
(yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor
lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.
Kenapa perumpamaan nya adalah gunung yg longsor?,
karena musibah-musibah lain masih ada kesempatan untuk
menyelematkan diri, tapi kalau musibah itu gunung longsor
kemana ia hendak melarikan diri, seperti itulah kekhawatiran
seorang mukmin dalam melihat dosanya sekecil apapun dosa
tersebut.

4. Tidak marah ketika larangan Allah di langgar.

Maka Nabi menyebut para lelaki yang menjadi pemimpin


untuk keluarganya dan ia tidak punya rasa cemburu dan tidak
punya rasa malu disebut sebagai dayyuts, Yang dimaksud tidak
punya rasa cemburu dari suami adalah membiarkan keluarganya
bermaksiat tanpa mau mengingatkan. Bentuknya pada masa
sekarang adalah:

• Merelakan anggota keluarga perempuan ber-khalwat –


berdua-duaan- dengan laki-laki bukan mahram.
• Ketika anaknya sibuk bermain sementara sudah tiba
waktunya shalat, dan ia tidak menegurnya sehingga anaknya
lalai dari shalatnya.

Orang yang membiarkan kemungkaran disekitar nya disebut


dayyus atau nama lainnya adalah setan akhras (bisu). Nabi
mewanti-wanti hal demikian dalam sebuah hadits,

‫ث‬ ْ ‫وث الَّ ِذى يُِق ُّر ِىف أَ ْهلِ ِه‬


َ ‫اْلُْب‬ ُ ُّ‫ْدي‬ ْ ‫اَّللُ َعلَْي ِه ُم ا ْْلَنَّةَ ُم ْد ِم ُن‬
ُّ ‫اْلَ ْم ِر َوال َْع‬
َّ ‫اق َوال‬ َّ ‫ثًَلَثَةٌ قَ ْد َح َّرَم‬

“Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga yaitu:


pecandu khamar, orang yang durhaka pada orang tua, dan
orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang menyetujui
perkara keji pada keluarganya.” (HR. Ahmad 2: 69. Hadits ini
shahih dilihat dari jalur lain)
Jamaah yang dirahmati oleh Allah, Apa saja sebab
seseorang terjangkiti penyakit futur dalam kehidupan,
diantaranya adalah,

1. Cinta dunia.

Cinta kepada dunia adalah inti dari segala dunia, makanya


dalam sebuah hadits dikatakan,

‫حب الدنيا رأس كل خطيئة‬


“Cinta dunia adalah pangkal dari segala kejahatan”
Maka dari segala penyimpangan dari segala aspek kehidupan
penyebabnya utamanya adalah cinta dunia, dalam dunia ekonomi
orang rela menipu dalam transaksi jual beli karena motifnya cinta
dunia. Ada orang korupsi padahal ia sudah kaya, kenapa ia masih
korupsi? motifnya adalah cinta dunia, dalam dunia militer ada
negara dituduh menyimpan senjata pemusnah masal lalu dibikin
huru-hara permusuhan sesama warga negara supaya mereka mudah
dibinasakan, lagi-lagi motifnya karena cinta dunia.

Dalam kitab al Bidayah wan Nihayah, karya Ibnu Katsir


disebutkan tentang kisah yang terjadi pada zaman sahabat yaitu
kisah Rajjal bin Unfuwah, dia (Rajjal bin Unfuwah) telah berhijrah
kepada Nabi saw membaca Al-Quran dan memahami dien. Maka,
Nabi saw mengutusnya sebagai pengajar penduduk Yamamah,
supaya mereka menentang Musailamah dan bersikap keras
terhadap urusan umat Islam.”

Jadi pada awalnya, Rajjal bin Unfuwah mendapat tugas untuk


mengajar penduduk Yamamah khawatir terpengaruh sesatnya
Musailamah, untuk menentang Musailamah dan menggagalkan
usaha Musailamah untuk diakui menjadi nabi disamping Nabi
Muhammad saw.

Akan tetapi, di tengah jalan, Ar-Rajjal bin Unfuwah terpengaruh


dan lalai dari tugasnya. Karena tamak, tergiur dengan banyak nya
harta Musailamah dan cintanya kepada dunia malah ia bertindak
sebaliknya, dia menjadi pembela eksitensi Musailamah Al Kadzab
sebagai nabi palsu, sehingga mati dalam keadaan murtad.

Maka benar apa yang dikatakan Imam Ghazali bahwa, Sifat


tamak terhadap dunia merupakan pintu gerbang setan masuk
kedalam hati manusia.

Begitu pula peristiwa seperti ini terjadi pada generasi Tabi’in


yaitu kisah Abdah bin Abdurrahman, seorang pemuda hafidz Al
Qur’an yang murtad gara-gara wanita Romawi, bagaimana
kisahnya? Para sahabat Abdah berkisah tentangnya,

“Kami memasuki negeri Romawi. Bersama rombongan kami


ada seorang pemuda (Abdah) yang selalu melewati siang dalam
kehidupannya dengan membaca al-Quran dan berpuasa.
Sedangkan waktu malam ia lewati dengan melakukan qiyaamul
lail. Pemuda ini termasuk orang yang paling berilmu tentang
hukum warisan dan fiqh.

Suatu saat kami melewati suatu benteng yang sebenarnya


kami tidak diperintah untuk berhenti di sana. Pemuda itu kemudian
menuju sudut benteng, turun dari kudanya dan kencing. Ia
kemudian melihat ke atas ada seorang wanita cantik yang menawan
hatinya.

Pemuda itu pun berkata kepada wanita itu dalam bahasa


Romawi: Bagaimana caranya untuk bisa mendapatkanmu.

Wanita itu berkata: Mudah. Jadilah seorang Nashrani. Aku


akan bukakan pintu untukmu dan aku menjadi milikmu.

Pemuda itu pun melaksanakan perintah wanita tersebut. Ia


pun masuk ke dalam benteng. Kami pun sangat bersedih dengan
kesedihan yang sangat.

Jika dibandingkan seandainya itu terjadi pada anak kandung


kami sendiri, kesedihan akibat sikap (murtad) pemuda itu akan
lebih besar. Kami pun menyelesaikan pertempuran kami kemudian
kami pulang.

Tidak berapa lama kami pun keluar untuk pertempuran yang


lain. Kami melewati benteng itu. Kami melihat pemuda itu sedang
melihat keluar bersama kaum Nashara. Kami berkata kepadanya:
Wahai fulan, apa yang terjadi dengan bacaan Quranmu?! Apa yang
terjadi dengan puasa dan sholatmu?! Pemuda itu berkata: Aku telah
lupa dengan seluruh ayat alQuran kecuali hanya (2) ayat, yaitu:

ِ ِ
‫ف‬ َ ‫ين َك َف ُروا لَ ْو َكانُوا ُم ْسل ِم‬
َ َ‫) ذَ ْرُه ْم ََيْ ُكلُوا َويَتَ َمتَّعُوا َويُلْ ِه ِه ُم ْاَل ََم ُل ف‬2( ‫نی‬
َ ‫س ْو‬ َ ‫ُرََبَا يَ َو ُّد الَّذ‬
(3)‫يَ ْعلَ ُمو َن‬
Orang-orang kafir akan berharap duhai seandainya dulu
mereka adalah muslim. Biarkanlah mereka makan dan
bersenang-senang serta dilalaikan oleh angan mereka, sungguh
nantinya mereka akan mengetahuinya (Q.S al-Hijr ayat 2-3)
Maka saking khawatir nya Nabi terjerumus dalam penyakit
cinta dunia beliau sampai berdoa, sebuah doa yg diajarkan untuk
diri nabi dan sahabatnya,

…‫رب َِهنَا‬ ُّ ‫ِف ِديْنِنَا َوالَ ََتْ َع ِل‬


ََ ‫الدنْ يَا أَ ْك‬
ِ
ْ ِ ‫َوالَ ََتْ َع ْل ُمص ْي بَ تَ نَا‬
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah dalam agama kami,
dan jangan Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita kami
terbesar..(Hadist hasan, diriwayatkan oleh Tarmizi. no hadist
3502.)
2. Menyibukkan diri perkara yang mubah.
Perkara Mubah itu dikerjakan atau ditinggalkan itu boleh boleh
saja, nonton tivi, browsing Internet dan lain sebagainya tapi terlalu
lama sibuk dengan perkara mubah khawatir terjerumus kedalam
perkara yang haram. Umar bin Khattab ra pernah berkata,

“‫”كن ا قوما ندع تسعة أعشار احلًلل خمافة أن نقع ِف احلرام‬


“ Kami adalah masyarakat yang meninggalkan sembilan
persepuluh yang halal (mubah) karena kami khawatir terjatuh
ke dalam yang haram”
Dari sini terlihat jelas bahwa generasi terbaik sepanjang masa
selalu produktif dalam mencetak kebajikan-kebajikan dan
waktunya tidak terbunuh oleh cengkraman perbuatan yang mubah
apalagi yang syubhat dan haram.

3. Taswif wat tamanni artinya menunda-nunda.

Allah mengingatkan kepada Rasulullah saw

ِ ࣱ ِ ِ ِ ٍ ۡ ۟ ِ
‫ك غَ ادا‬ ‫ل‬
َ َ َ
  ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ‫ی‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ء‬ ‫ی‬ ‫ا‬‫ش‬َ ‫َوَال تَ ُقولَ َّن ل‬

“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu,


“Aku pasti melakukan itu besok pagi,” [Surat Al-Kahfi 23]
Khawatir kalau suka menunda-nunda amal shalih
menyebabkan ia tidak jadi melakukannya, karena ia tidak bisa
menjamin apakah dia besok masih menghirup nafas kehidupan
atau tidak, karena yang hanya mengetahui batasan umur manusia
adalah Allah, maka orang itu akan menyesal ketika berjumpa
kepada Allah, sedangkan ia tidak sempat melakukan kebaikan
semacam sedekah di dalam hidup nya.

Allah swt berfirman,


ۤ ِ ِۤۡ ۤ ۡ ِ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ِ ۟ ِ
‫َج ࣲل‬‫أ‬ ‫ىل‬
ٰ َ ‫إ‬ ‫ی‬‫ن‬َ‫ت‬‫ر‬ َّ
‫َخ‬ ‫أ‬ ‫ال‬
َ‫و‬‫ل‬
َ ‫ب‬‫ر‬ ‫ول‬
َ ‫ق‬ُ ‫ي‬ ‫ف‬
َ ‫ت‬
ُ ‫و‬ ‫م‬ ‫ٱل‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫د‬
َ ‫َح‬
‫أ‬ ‫ی‬ِ‫ت‬ ‫َي‬ ‫َن‬
‫أ‬ ِ
‫ل‬ ‫ب‬ ‫ق‬
َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ٰ‫ن‬ ‫ق‬
َ ََ‫ز‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫م‬
َّ ‫ن‬ ‫م‬ ‫وا‬ ‫َوأَنف ُق‬
َ َ َ َ ُ َ َ َ
‫نی‬ ِ ِ َّ ‫َص َّد َق وأَ ُكن ِمن‬ ࣲ ‫قَ ِر‬
َ ‫ٱلصٰلح‬ َ َ َّ ‫يب فَأ‬
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di
antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku,
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit
waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan
termasuk orang-orang yang shalih.”[Surat Al-Munafiqun 10]

4. Lingkungan yang buruk.

Maksudnya adalah kawan, tetangga, orang-orang sekitar yang


jahat, betapa banyak orang yang awalnya baik tapi karena
berkumpul dengan komunitas yang jahat maka sedikit banyak akan
mewarnai kehidupan nya sehingga dia menjadi pribadi yang jahat,
karena sedikit banyak lingkungan akan merubah watak dan sikap
seseorang. Dalam Al-Qur’an siti Asiyah istrinya Fira’un berdoa
kepada Allah swt,
ۡ ‫ا‬ ۡ ‫وضرب ٱَّلل مث اࣰل لِّله ِّذین ءامنو۟ا ۡٱمرأَت فِّ ۡرع ۡون إِّ ۡذ قال‬
‫ند َك بَ ۡی تا فِّی ٱۡلَنه ِّة َوَِّننِّی ِّمن‬
َ ِّ
‫ع‬ ‫ی‬ِّ
‫ل‬ ِّ
‫ن‬ ۡ ‫ب‬
‫ٱب‬ ِّ ‫ر‬ ‫ت‬
َ َ َ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ ُ‫َ َ َ َ ه‬
‫ی‬ ِّ ِّ‫فِّ ۡرع ۡو َن وعملِّ ِّهۦ وَِّننِّی ِّمن ۡٱل َق ۡوِّم ٱلظهٰل‬
‫م‬
َ َ َ ََ َ َ
“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku,
bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga
dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,” [Surat At-Tahrim
11]
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan,
bahwa redaksi seperti ini adalah redaksi susunan kalimat dalam doa
tersebut bentuknya tak lazim, dalam ayat tersebut Allah swt
mendahulukan kata ‫ عندك‬yang dalam bahasa Arab berbentuk ‫ظرف‬
‫ مكان‬atau keterangan tempat baru setelah itu disebut ‫ مفعول به‬atau
obyek, yaitu kata ‫الجنة‬, padahal urutan susunan kata yang familiar
dalam bahasa arab adalah (kata kerja, Subyek, Obyek dan
keterangan waktu atau tempat) kenapa didahulukan kata
keterangan diatas obyek?Apa rahasianya? Ayat tersebut
menunjukkan pentingnya lingkungan sebelum rumah, ( ‫الجار قبل‬
‫ )الدار‬maka penting sebelum kita pindah rumah melihat lingkungan
yang akan tinggali terlebih dahulu. Karena lingkungan dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, sampai-sampai dalam pepatah
Arab disebutkan ‫( المرء ابن بيئته‬manusia itu anak lingkungannya).

Maka Nabi dalam hal ini memerintahkan kita untuk selektif


dalam mencari lingkungan, terutama kawan orang yang tinggal
dekat dengan kita, Nabi saw bersabda,
‫املرء على دين خليله فلينظر احدكم من ُیالل‬
“Seseorang itu berada pada agama teman karibnya, maka
hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah
yang dia jadikan teman karibnya.” (HR. Abu Dawud, At-
Tirmidzi, dan Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai