Anda di halaman 1dari 3

ْ ‫ َو َخ َذ َل َم ْن َشا َء ِم ْن‬،‫خَلقِ ِه بِفَضْ لِ ِه َو َك َر ِم ِه‬

.‫خَلقِ ِه بِ َم ِشيَْئتِ ِه َو َع ْدلِ ِه‬ ْ ‫ق َم ْن َشا َء ِم ْن‬ َ َّ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َوف‬
‫ َواَل َح َّد َواَل ُجثَّةَ َواَل‬،ُ‫ َواَل َشبِ ْيهَ َواَل ِم ْث َل َواَل نِ َّد لَه‬،ُ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬
ُ‫صفِيُّه‬ َ ‫ َو‬،ُ‫َظ ْي َمنَا َوقَاِئ َدنَا َوقُ َّرةَ َأ ْعيُنِنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ ِ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َو َحبِ ْيبَنَا َوع‬.ُ‫ضا َء لَه‬ َ ‫َأ ْع‬
‫ َو َم ْن‬،ُ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َّوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،‫هللا‬ ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْب ِد‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬ َ ‫ اَللهم‬.ُ‫َو َحبِ ْيبُه‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى‬ ِ ْ‫ فَِإنِّي ُأو‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.ِ‫ َواَل َحوْ َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهلل‬،‫ان ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬ٍ ‫تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
‫ْث اَل‬ ُ ‫ َّويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬،‫ق هللاَ يَجْ َعلْ لَّه َم ْخ َرجًا‬ ِ َّ‫ َو َم ْن يَّت‬:‫هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم ْالقَاِئ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬
‫ اِ َّن هللاَ بَالِ ُغ اَ ْم ِره قَ ْد َج َع َل هللاُ لِ ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ْدرًا (سورة‬،‫يَحْ تَ ِسبُ َو َم ْن يَّت ََو َّكلْ َعلَى هللاِ فَه َُو َح ْسبُه‬
.)٣-٢ :‫الطالق‬
Hadirin rahimakumulloh
Ayat yang kami baca dalam mukadimah, maknanya adalah “Barangsiapa bertakwa
kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah
menciptakan (mewujudkan) apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS ath-Thalaq: 2-3).

Hadirin rohimakumulloh
Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan
dari sahabat Abu Dzarr radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Rasulullah SAW suatu
ketika mulai membacakan kepadaku ayat ‫ َو َمنْ َّي َّت ِق هللاَ َيجْ َع;; ْل لَّه َم ْخ َرجً ا‬yang maknanya:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan
keluar” (QS ath-Thalaq: 2), hingga beliau selesai membacanya, kemudian bersabda:

‫اس ُكلَّهُ ْم َأخَ ُذوْ ا بِهَا لَ َكفَ ْتهُ ْم‬


َ َّ‫ لَوْ َأ َّن الن‬، ٍّ‫يَا َأبَا َذر‬
“Wahai Abu Dzarr, seandainya semua orang mengambil ayat ini (sebagai pedoman),
niscaya ia cukup bagi mereka. ” Abu Dzarr berkata: Maka Rasulullah mulai
membacanya dan mengulang-ulangnya.
Hadirin rohimakumulloh Sebagaimana kita tahu bahwa taqwa adalah menjalankan
seluruh kewajiban dan menjauhi semua perkara yang diharamkan. Telah
diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa ia berkata:

‫ق هللاَ يُ ْن ِج ِه فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬


ِ َّ‫َو َم ْن يَت‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia
dan akhirat. ”
Taqwa adalah sebab munculnya jalan keluar dari berbagai macam kesulitan di dunia
dan akhirat, sebab diperolehnya rezeki dan sebab diraihnya derajat yang tinggi.
Sebaliknya perbuatan-perbuatan maksiat adalah sebab terhalangnya seseorang
memperoleh jalan keluar, rezeki, dan derajat tinggi di dunia dan akhirat.
Al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau
bersabda:

ُ‫ُص ْيبُه‬
ِ ‫بي‬ َّ ِ‫ق ب‬
ِ ‫الذ ْن‬ ْ ‫ِإ َّن ال َّرج َُل لَيُحْ َر ُم‬
َ ‫الرِّز‬
“Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yang
dilakukannya. ” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya).
Sebagian ulama mengatakan: “Perbuatan dosa akan menyebabkan seseorang
terhalang dari berbagai macam nikmat di dunia, seperti kesehatan dan harta, atau
hilangnya berkah dari hartanya, atau menyebabkan seseorang dikalahkan dan
dikuasai oleh musuh-musuhnya. Dan terkadang seseorang melakukan sebuah dosa,
maka jatuhlah kedudukan dan martabatnya dari hati banyak orang atau
menyebabkan ia lupa terhadap ilmunya. Oleh karena itu, sebagian orang berkata:
Sungguh aku mengetahui siksa dan balasan atas dosaku dari perubahan keadaanku
dan kawan-kawan yang menjauhiku.
Hadirin rohimakumulloh Dalam lanjutan ayat di atas, Allah menegaskan:

ٗ‫َو َم ْن يَّتَ َو َّكلْ َعلَى هللاِ فَه َُو َح ْسبُه‬


“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. ”
Tawakal adalah bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-Nya dalam
segala urusan, karena Allah Swt adalah pencipta segala sesuatu, pencipta manfaat
dan mudarat. Tidak ada yang mengenakan bahaya dan memberikan manfaat secara
hakiki kecuali hanya Allah. Apabila seorang hamba telah meyakini hal itu dan
memantapkan hatinya terhadapnya serta selalu mengingatnya, maka dia akan
mengandalkan Allah dan berserah diri kepada-Nya dalam urusan rezeki dan segala
urusan yang lain serta akan menjauhi kecenderungan berbuat maksiat, terutama
ketika berada dalam kesulitan.
Imam Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim meriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Umar
bin al-Khaththab radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Aku mendengar Nabi SAW
bersabda:

‫ َوتَرُو ُح بِطَانًا‬،‫ تَ ْغ ُدو ِخ َماصًا‬،‫ق الطَّ ْي َر‬ َّ ‫لَوْ َأنَّ ُك ْم تَ َو َّك ْلتُ ْم َعلَى هللاِ َح‬
ُ ‫ لَ َرزَ قَ ُك ْم َك َما يَرْ ُز‬،‫ق ت ََو ُّكلِ ِه‬
“Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya
Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada
burung. Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan
kembali ke sarang-sarangnya dalam keadaan perut yang terisi penuh. ” (HR Ahmad,
Ibnu Majah dan al-Hakim).
Ma‘aasyiral muslimîn rohimakumulloh,
Tawakal tidaklah bertentangan dengan melakukan sebab, ikhtiar dan usaha. Dalam
Shahih Ibnu Hibban diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah aku melepas (tidak mengikat) untaku dan
bertawakal kepada Allah?. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya:
ْ‫اِ ْعقِ ْلهَا َوت ََو َّكل‬
“Ikatlah dan bertawakkal-lah kepada Allah. ” (HR Ibnu Hibban).
Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman meriwayatkan dari pimpinan para shufi, al-Junaid
al-Baghdadi ra bahwa ia berkata:

ِ ‫ التَّ َو ُّك ُل َش ْي ٌء فِي ْالقُلُو‬،‫ب‬


‫ب‬ ِ ‫ َواَل تَ َركَ ْال َك ْس‬،‫ْب‬
َ ‫ْس التَّ َو ُّك ُل ْال َكس‬
َ ‫لَي‬
“Tawakal bukanlah bekerja atau tidak bekerja, tawakal adalah sesuatu yang adanya
di hati. ” Jadi inti dari tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan
percaya penuh kepada-Nya disertai melakukan sebab, usaha dan ikhtiar.
Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman mengutip perkataan seorang ulama yang
menyatakan:

ُ ‫ فَ ْال َع ْب ُد َم َع تَ َك ُّسبِ ِه اَل يَ ُك‬،‫اطنًا‬


ُ ‫ون ُم ْعتَ ِمدًا َعلَى تَ َك ُّسبِ ِه َوِإنَّ َما يَ ُك‬
ُ‫ون ا ْعتِ َما ُده‬ ِ َ‫ا ْكتَ ِسبْ ظَا ِهرًا َوت ََو َّكلْ ب‬
  ‫فِي ِكفَايَ ِة َأ ْم ِر ِه َعلَى هللاِ َع َّز َو َج َّل‬
“Bekerjalah secara lahiriah dan bertawakal-lah kepada Allah secara batin. Seorang
hamba meskipun bekerja, ia tidaklah mengandalkan pekerjaannya, akan tetapi
dalam hal tercukupinya segala urusan, ia hanya bergantung kepada Allah.
Hadirin Rohimaknulloh
Di bagian akhir dari ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menjadikan ajal bagi
tiap-tiap sesuatu. Allah telah menakdirkan akhir dan ajal setiap sesuatu secara pasti
sehingga tidak bisa dipercepat atau diundur. Seseorang yang mati karena dibunuh,
orang yang mati sebab ditabrak mobil dan orang yang mati di atas kasurnya,
masing-masing mati sesuai ajalnya, masing-masing meninggal dengan qadla` dan
qadar Allah. Tidak ada seorang pun yang mati sebelum waktu yang telah Allah
takdirkan baginya. Allah Swt berfirman:

َ‫فَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬
“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
sesaat pun” (QS. al A’raf: 34).
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
Wallahu a'lam.

Anda mungkin juga menyukai