Anda di halaman 1dari 15

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫شرُوْ ِر َأ ْنف ُِسنَا‬‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ستَ ْغ ِف ُر ُه وَ نَعُوْ ُذ ِبا ِ‬ ‫ِإنّ ا ْل َحمْ َد ِ ِ‬


‫هلل نَ ْح َم ُد ُه وَ نَسْ تَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ي لَ ُه‬
‫ُض ّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِللْ َفالَ َها ِد َ‬ ‫هللا َفالَ م ِ‬ ‫ات َأعْ مَا ِلنَا مَنْ يَ ْه ِد ِه ُ‬ ‫سيَّئ ِ‬ ‫وَ َ‬

‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه‬ ‫ش ِريْكَ َلهُ‪ ،‬وَ َأ ْ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه الَ َ‬
‫ُ‬ ‫ش َه ُد َأنْ اَل ۧ ِإ ٰل َه ِإاَّل‬
‫َأ ْ‬

‫وَ رَ سُوْ لُ ُه ‪.‬‬


‫َح َّم ِد ِنا ْلم ُْجتَبٰ ى‪ ،‬وَ عَ ٰلى آ ِل ِه وَ صَ ْح ِب ِه َأ ْه ِل التُّ ٰقى‬ ‫َال ٰلّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫سلِّ ْم عَ ٰلى م َ‬
‫هللا وَ طَاعَ ِت ِه‬ ‫وَ ا ْلوَ ٰفى‪َ .‬أمَّا بَعْ ُد َفيَاَأيُّ َها ا ْلمُسْ ِلمُوْ نَ ! ُأوْ ِ‬
‫ص ْي ُك ْم وَ نَ ْف ِسيْ ِبتَ ْقوَ ى ِ‬

‫َف َق ْد َفازَ م ِ‬
‫َن اتَّ َقى‬
‫هللا تَع َٰالى ِفيْ ِكتَ ِاب ِه ا ْل َك ِري ِْم‪:‬‬
‫َف َقا َل ُ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها‬ ‫َأ‬


‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجااًل َك ِثيرً ا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا اللَّ َه الَّ ِذي تَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَأْلرْ َحا َم‬
‫وَ ب َّ‬

‫ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيبًا‬


‫‪Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan‬‬
‫‪para jamaah sekalian agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan‬‬
‫‪dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan‬‬
‫‪menjauhi larangan-Nya.‬‬
‫‪Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita‬‬
‫‪Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.‬‬
Hadirin jamaah Jumat, rahimanii wa rahimakumullah …
Kita diperintahkan untuk istiqamah. Allah Ta’ala berfirman,

‫ستَ َقامُوا تَتَنَزَّ ُل عَ لَي ِْه ُم ا ْلمَالِئ َك ُة َأال تَخَ ا ُفوا وَ ال‬
ْ ‫ِإنَّ الَّ ِذينَ َقالُوا رَ بُّنَا اللَّ ُه ثُ َّم ا‬

ِ ‫تَ ْحزَ نُوا وَ َأب‬


َ‫ْشرُ وا ِبا ْل َجنَّ ِة الَّ ِتي ُك ْنتُ ْم تُوعَ دُون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”
kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat:
30)
Berkata imam ibnul jauziy rahimahullah, yang dimaksud dengan istiqamah
di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir: (1) istiqamah di atas
tauhid, (2) istiqamah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, (3)
istiqamah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput.
Lihat Zaad Al-Masiir karya Imam Ibnul Jauziy, 5:304, Mawqi’ At-Tafasir.
Orang yang istiqamah ini mendapatkan keutamaan:
 Malaikat menghampirinya ketika menghadapi kematian.
 Malaikat berkata: jangan khawatir dengan perkara akhirat.
 Malaikat berkata: jangan bersedih dengan perkara dunia yang
ditinggalkan, yaitu anak, keluarga, dan harta, serta utang, Allah akan
menggantinya.
 Malaikat mengabarkan: ia akan mendapatkan kebaikan, yaitu surga.
Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:526.
Ingatlah, istiqamah itu dituntut sampai mati. Mengenai firman Allah,

ْ ‫ِإنَّ الَّ ِذينَ َقالُوا رَ بُّنَا اللَّ ُه ثُ َّم ا‬


‫ستَ َقامُوا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”
kemudian mereka terus istiqamah.” (QS. Fushshilat: 30), kata Mujahid,

‫َفلَ ْم ي ُْش ِر ُكوْ ا َحتَّى مَاتُوْ ا‬


“Mereka tidaklah berbuat syirik sampai mati.” (Hilyah Al-Auliya’, 3: 300)
Hadirin jamaah Jumat, rahimanii wa rahimakumullah …
Bisa terus istiqamah, itulah karamah seorang wali Allah (kekasih
Allah) yang begitu luar biasa,

‫وَ َأنَّ ا ْل َكرَ ا َم َة لُزُو ُم ااِل سْ ِت َقا َم ِة‬


“Sesungguhnya karamah (seorang wali Allah, pen.) adalah bisa terus
istiqamah.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:29)
 
Hadirin jamaah Jumat, rahimanii wa rahimakumullah …

Bagaimana Kiat Menjaga Keistiqamahan


Ba’da Ramadhan?
1. Istiqamah dengan memperbanyak doa karena
Allah yang kuatkan hati kita.
Kita butuh doa agar bisa istiqamah karena hati kita bisa saja berbolak-balik.
Oleh karenanya, doa yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
panjatkan adalah,

َ‫ت َق ْل ِبى عَ لَى ِدي ِنك‬ ِ ‫يَا ُم َقلِّبَ ا ْل ُقلُو‬


ْ ِّ‫ب َثب‬
“YA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBI ‘ALAA DIINIK (Wahai Dzat yang
Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

َ‫ت َق ْل ِبى عَ لَى ِدي ِنك‬ ِ ‫يَا رَ سُو َل اللَّ ِه مَا َأل ْكثَ ِر دُعَ اِئكَ يَا ُم َقلِّبَ ا ْل ُقلُو‬
ْ ِّ‫ب ثَب‬
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdoa dengan doa, ’Ya
muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,

ْ‫ْن ِمنْ َأصَ ِاب ِع اللَّ ِه َفمَن‬ ‫ُأ‬


ِ ‫ى ِإالَّ وَ َق ْلبُ ُه َبيْنَ صْ بُ َعي‬ َ ‫يَا ُأ َّم‬
ٌّ ‫سلَ َم َة ِإنَّ ُه لَيْسَ آ َد ِم‬
َ َ‫شا َء َأز‬
‫اغ‬ َ ْ‫شا َء َأ َقا َم وَ مَن‬
َ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara
jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan
keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa
menyesatkannya.”
Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) membacakan
ayat,

‫رَ بَّنَا اَل ت ُِز ْغ ُقلُوبَنَا بَعْ َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا‬


“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8)
(HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits
ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Doa lengkapnya terdapat dalam ayat:

َ ‫رَ بَّنَا اَل ت ُِز ْغ ُقلُو َبنَا بَعْ َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا وَ َهبْ لَنَا ِمنْ لَ ُد ْنكَ رَ ْح َم ًة ِإنَّكَ َأ ْن‬
‫ت‬

ُ‫ا ْلوَ َّهاب‬


“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah
Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)
 

2. Beramal dengan ikhlas, agar amal itu langgeng.


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

‫وَ مَا الَ يَ ُكوْ نُ لَ ُه الَ يَ ْن َفعُ وَ الَ يَدُوْ ُم‬


“Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak
bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar’ At-Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql,
2:188).
Para ulama juga menyatakan,

ِ َ‫مَا َكان‬
‫هلل َي ْب َقى‬
“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
 

3. Beramal itu yang penting ajeg, walaupun sedikit


dan beramal melihat kemampuan.
Dari ’Aisyah  radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
‫َأ َحبُّ اَألعْ مَا ِل ِإلَى اللَّ ِه تَعَالَى َأدْوَ ُم َها وَ ِإنْ َق َّل‬
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu
walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no. 783).
 
Salman pernah menasihati Abu Darda’ dan perkataan Salman ini disetujui
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ َفَأعْ ِط ُك َّل‬، ‫ وَ َأل ْه ِلكَ عَ لَيْكَ َح ًّقا‬، ‫ وَ ِلنَ ْف ِسكَ عَ لَيْكَ َح ًّقا‬، ‫ِإنَّ ِلرَ بِّكَ عَ لَيْكَ َح ًّقا‬
‫ِذى َح ٍّق َح َّق ُه‬
“Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi
keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“
(HR. Bukhari, no. 1968).
 

4. Rajin muhasabah (koreksi diri)


Allah Ta’ala memerintahkan kita supaya rajin muhasabah diri,

ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ مَا َق َّدم‬
َّ‫َت ِل َغ ٍد وَ اتَّقُوا اللَّ َه ِإن‬
َ‫اللَّ َه خَ ِبي ٌر ِبمَا تَ ْع َملُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Cara mengoreksi diri:
1. Mengoreksi diri apakah lalai dari amalan wajib.
2. Mengoreksi diri apakah masih melakukan perkara haram.
3. Mengoreksi diri dari kelalaian.
4. Mengoreksi yang diperbuat setiap anggota tubuh.
5. Mengoreksi niat.
 

5. Memilih teman yang saleh dan lingkungan yang


baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ين خَ ِلي ِل ِه َف ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم مَنْ يُخَ ا ِل ُل‬


ِ ‫ا ْلمَرْ ُء عَ لَى ِد‬
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya,
perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud,
no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
 
Hadirin jamaah Jumat, rahimanii wa rahimakumullah …

6. Mulai latihan puasa sunnah bakda Ramadhan,


mulai dari puasa enam hari di bulan Syawal.
Dari Abu Ayyub Al-Anshori radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ ْ‫مَنْ صَ ا َم رَ مَضَ انَ ثُ َّم َأ ْتبَ َع ُه ِستًّا ِمن‬


ِ ‫شوَّ ا ٍل َكانَ َك‬
‫صي َِام ال َّد ْه ِر‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di
bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no.
1164)
 

Semoga kita semua bisa istiqamah bakda Ramadhan, melanjutkan ibadah


terus hingga maut menjemput.

َ ُ‫َأ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ ٰه َذا وَ َأسْ تَ ْغفِر‬


ُ‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفوْ ر‬،‫ َفاسْ تَ ْغ ِفرُوْ ُه‬،‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم‬
‫الرَّ ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua
‫شرُوْ ِر َأ ْنف ُِسنَا‬ُ ْ‫هلل ِمن‬ ِ ‫ستَ ْغ ِف ُر ُه وَ نَعُوْ ُذ ِبا‬ ِ ِ ‫ِإنّ ا ْل َحمْ َد‬
ْ َ‫هلل نَ ْح َم ُد ُه وَ نَسْ تَ ِع ْينُ ُه وَ ن‬
‫ي لَ ُه‬
َ ‫ُض ّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِللْ َفالَ َها ِد‬ ِ ‫هللا َفالَ م‬ ُ ‫ات َأعْ مَا ِلنَا مَنْ يَ ْه ِد ِه‬ ِ ‫سيَّئ‬ َ َ‫و‬

َ ‫ش َه ُد َأنَّ م‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه‬ ْ ‫ وَ َأ‬،ُ‫ش ِريْكَ َله‬
َ َ‫هللا وَ ْح َد ُه ال‬
ُ ‫ش َه ُد َأنْ اَل ۧ ِإ ٰل َه ِإاَّل‬
ْ ‫َأ‬

. ‫وَ رَ سُوْ لُ ُه‬


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kali ini kita berada di bulan Syawal. Bulan kesepuluh dari bulan hijriyah.
Mudah-mudahan di bulan ini, kita meneruskan lagi ibadah kita di bulan
Ramadhan.
Mudah-mudahan shalat berjamaah ke masjid semakin dijaga.
Mudah-mudahan kesibukan dunia tidak melalaikan kita dari shalat sunnah
dan puasa sunnah.
Mudah-mudahan tilawah Al-Qur’an dengan membaca surah Al-Kahfi di hari
Jumat dan khatam Al-Qur’an tetap jadi target di luar Ramadhan.
Kali ini pun khatib mengingatkan pada suatu amalan yang bisa dikerjakan
untuk semakin menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan yaitu puasa
enam hari di bulan Syawal.
Dari Abu Ayyub Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َ ْ‫مَنْ صَ ا َم رَ مَضَ انَ ثُ َّم َأ ْتبَ َع ُه ِستًّا ِمن‬


ِ ‫شوَّ ا ٍل َكانَ َك‬
‫صي َِام ال َّد ْه ِر‬
“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikutkan dengan puasa
enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun penuh.” (HR.
Muslim, no. 1164).
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa dalil ini adalah dalil yang
sahih dan tegas (sharih).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada dua hal yang ingin disampaikan terkait puasa Syawal yang pertama
mengenai fikih ringkas puasa syawal, lalu mengenai pelajaran penting dari
puasa Syawal.
 

Fikih ringkas puasa Syawal


1. Hukum puasa Syawal itu sunnah, bukan wajib.
2. Lebih afdhal melakukan puasa Syawal langsung setelah Idulfitri agar
lebih cepat tertunaikan dan tidak ada penghalang yang akan
menghalangi belakangan.
3. Lebih afdhal melakukan puasa Syawal berturut-turut.
4. Puasa Syawal boleh dilakukan secara terpisah (tidak berturut-turut)
dan boleh tidak di awal Syawal.
5. Puasa Ramadhan diikutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal
sama dengan puasa setahun penuh.
6. Boleh melaksanakan puasa Syawal di akhirnya, (dikarenakan di awal
awal bulan syawal masih banyak yang saling bertamu), dan
dianjurkan untuk menghormati tamu, kita dibolehkan tidak berpuasa
sunnah dikala mendapati tamu / dibolehkan juga membatalkan
puasa sunnah apabila ada menghormati tamu.
7. Terkhusus yang luput dari puasa Ramadhan dan ia melakukan puasa
Syawal, maka ia tidak mendapatkan pahala puasa setahun seperti
yang disebut dalam hadits. Untuk keadaan seperti ini disarankan
untuk menyempurnakan puasa Ramadhan dahulu dengan membayar
qadha’ puasa lalu melaksanakan puasa Syawal.
 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pelajaran dari puasa Syawal


1.  Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran
berpuasa setahun penuh
Dalam hadits yang sudah disebutkan sebelumya,

َ ْ‫مَنْ صَ ا َم رَ مَضَ انَ ثُ َّم َأ ْتبَ َع ُه ِستًّا ِمن‬


ِ ‫شوَّ ا ٍل َكانَ َك‬
‫صي َِام ال َّد ْه ِر‬
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di
bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no.
1164).
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya
karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan. Bulan Ramadhan
(puasa sebulan penuh) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x
10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama
dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan).  (Lihat Al-
Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8:56).

2. Puasa Syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib


yang dapat menutup kekurangan dan
menyempurnakan ibadah wajib
3. Melakukan puasa Syawal merupakan tanda
diterimanya amalan puasa Ramadhan
Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka
Dia akan menunjuki pada amalan saleh selanjutnya. Jika Allah menerima
amalan puasa Ramadhan, maka Allah akan tunjuki untuk melakukan amalan
saleh lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. Lihat Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 388.

4. Melaksanakan puasa Syawal adalah sebagai


bentuk syukur pada Allah
Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu
banyak di bulan Ramadhan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui
amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab
datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan
malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan?!
Ingatlah bahwa rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan
hanya sekali saja ketika mendapatkan nikmat. Namun, setelah mendapatkan
satu nikmat kita butuh pada bentuk syukur yang selanjutnya. Ada bait sya’ir
yang cukup bagus:

ِ ‫ش ْك ِري ِن ْع َم َة‬
‫هللا ِن ْع َم ًة‬ ُ َ‫ِإ َذا َكان‬
ُّ ‫ي لَ ُه ِفي ِم ْث ِل َها يَ ِجبُ ال‬
‫ش ْك ُر‬ َّ َ‫عَ ل‬
ُّ ‫َف َكيْفَ بُلُوْ ُغ ال‬
‫ش ْك ِر ِإالَّ ِب َفضْ ِل ِه‬

ُ‫ت اَأليَّا ُم وَ اتَّصَ َل العُمْ ر‬


ْ َ‫وَ ِإنْ طَال‬
Jika syukurku atas nikmat Allah adalah suatu nikmat,
wajib atasku untuk bersyukur pula atasnya.
Bagaimana mungkin kita dapat bersyukur kecuali dengan karunia-Nya?
Meskipun hari semakin panjang dan umur terus bertambah.

5. Melaksanakan puasa Syawal menandakan bahwa


ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja
Ada yang bertanya kepada Bisyr, “Ada kaum yang rajin ibadah dan
bersemangat sekali di bulan Ramadhan.” Bisyr menjawab,

‫صا ِلحَ الَّ ِذي‬ َ َ‫َعْر ُفوْ ن‬


َ ‫هللا َح ًّقا ِإالَّ ِفي‬
َّ ‫ش ْه ِر رَ مَضَ انَ ِإنَّ ال‬ ِ ‫ِبْئ سَ ال َقوْ ُم الَ ي‬
‫سنَ َة ُكلَّ َها‬
َّ ‫يَتَ َعبَّ ُد وَ ي َْجتَ ِه ُد ال‬
“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja.
Ingat, orang yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan
sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)
Asy-Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab,
ataukah Syakban?” Beliau pun menjawab, “Jadilah rabbaniyyin dan
janganlah menjadi Syakbaniyyin.” Maksudnya adalah jadilah
hamba rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan sepanjang tahun dan
bukan hanya di bulan Syakban saja. Kami (penulis) juga dapat mengatakan,
“Jadilah rabbaniyyin dan janganlah menjadi Ramadhaniyyin.” (Lihat Lathaif
Al-Ma’arif, 390).
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata bahwa Allah tidak menjadikan
batasan waktu untuk beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian.
Lantas beliau membaca firman Allah Ta’ala,

ُ‫وَ اعْ بُ ْد رَ بَّكَ َحتَّى يَْأ ِتيَكَ ا ْليَقِين‬


“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr:
99). Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 392.
Perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, “Yang sangat bagus adalah
mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan
yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya
melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan
setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum
bertaubat.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 393).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
‫‪Hadirin yang semoga dirahmati Allah, dengan berhasilnya kita melalui‬‬
‫‪tempaan diri di bulan Ramadhan, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik‬‬
‫‪dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih‬‬
‫‪baik dalam kehidupan kita.‬‬

‫ي‪ ،‬يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا صَ لُّوا عَ لَ ْي ِه‬


‫هللا وَ َماَل ِئ َكتَ ُه يُصَ لُّونَ عَ لَى النَّ ِب ِّ‬
‫ِإنَّ َ‬

‫سلِّمُوا تَسْ ِليمًا‪،‬‬


‫وَ َ‬
‫ْت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى‬ ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل م َ‬
‫ُح َّم ٍد َكمَا صَ لَّي َ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى م َ‬
‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل م َ‬
‫ُح َّم ٍد َكمَا‬ ‫َاركْ عَ لَى م َ‬
‫آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪ .‬وَ ب ِ‬
‫ت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ َلى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫بَارَ ْك َ‬

‫ات اَأْل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم‬ ‫َات وا ْل ُمْؤ ِم ِنيْنَ وَ ا ْل ُمْؤ ِمنَ ِ‬ ‫َال ٰلّ ُه َّم ْ‬
‫اغ ِفرْ ِل ْلمُسْ ِل ِميْنَ وَ ا ْلمُسْ ِلم ِ‬
‫وَ اَأْلمْ وَ ِ‬
‫ات‪،‬‬
‫رَ بَّنَا اَل ت ُِز ْغ ُقلُوبَنَا بَعْ َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا وَ َهبْ لَنَا ِمنْ لَ ُد ْنكَ رَ ْح َم ًة ِإنَّكَ َأ ْن َ‬
‫ت‬

‫ا ْلوَ َّهابُ‬
‫ت ُقلُوْ بَنَا عَ لَى ِدي ِنكَ‬ ‫يَا ُم َقلِّبَ ا ْل ُقلُو ِ‬
‫ب ثَبِّ ْ‬

‫اللَّ ُه َّم إنَّا َنسْ َألُكَ ال ُهدَى ‪ ،‬والتُّ َقى ‪ ،‬وال َع َفافَ ‪ ،‬وال ِغنَى‬
‫ُور ُكلِّ َها‪ ،‬وَ أ ِجرْ نَا ِمنْ ِخزْ ِ‬
‫ي ال ُّد ْنيَا وَ عَ َذا ِ‬ ‫ُأل‬
‫ب‬ ‫أح ِسنْ عَ ا ِقبَتَنَا ِفي ا م ِ‬
‫الله ّم ْ‬
‫اآل ِخرَ ِة‬
‫ار‪.‬‬ ‫سنَ ًة وَ ِفي ْاَأل ِخرَ ِة َح َ‬
‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ النّ ِ‬ ‫رَ بَنَا ءَا ِتنَا ِفي ال ّد ْنيَا َح َ‬
‫ب العَالَ ِميْنَ‬ ‫وَ ا ْل َحمْ ُد ِ‬
‫هلل رَ ِّ‬
‫َان وَ ِإ ْيتَا ِء ِذي ا ْل ُقرْ بَى ويَ ْن َهى عَ ِن‬ ‫هللا‪ ،‬إنَّ َ ْأ‬
‫هللا يَ مُرُ ِبا ْل َع ْد ِل وَ اإْل ْحس ِ‬ ‫ِعبَا َد ِ‬
‫هللا ا ْلع ِ‬
‫َظ ْي َم‬ ‫ي‪ ،‬يَ ِعظ ُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪َ .‬فاذ ُك ُروا َ‬
‫شا ِء وَ ا ْل ُم ْن َك ِر وَ البَ ْغ ِ‬
‫ال َف ْح َ‬

‫هللا َأ ْكبَ ُر‬


‫يَ ْذ ُكرْ ُك ْم وَ لَ ِذ ْكرُ ِ‬

Anda mungkin juga menyukai