Ada empat hal penghambat rezeki yang bisa dipahami dari Khutbah Jumat berikut ini.
Khutbah Pertama
ٍ ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس
.ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ّديْن َ اَللهُ ّم
Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah
anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur
panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Apa pun nikmat yang Allah berikan patut kita syukuri walau itu sedikit.
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri
sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat
yang ada dalam ketaatan dan ketakwaan pada Allah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi
besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para
tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.
ADA EMPAT HAL PENGHAMBAT REZEKI: (1) TIDUR PAGI, (2) SEDIKIT SHALAT, (3) BERMALAS-
Pertama
ُأل
ِ َاللَّهُ َّم ب
ِ ار ْك َّمتِى فِى بُ ُك
ورهَا
Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini,
pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi
hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa
dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR. Abu Daud, no. 2606. Hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani)
ار َجهَنَّ َم ْ َصلَّى الصُّ ْب َح فَهُ َو فِى ِذ َّم ِة هَّللا ِ فَالَ ي
ِ َطلُبَنَّ ُك ُم هَّللا ُ ِم ْن ِذ َّمتِ ِه بِ َش ْى ٍء فَيُ ْد ِر َكهُ فَيَ ُكبَّهُ ِفى ن َ َم ْن
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu,
janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah
akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka
jahannam.” (HR. Muslim, no. 657)
Kedua
Sedikit shalat berarti kurang ketakwaan, padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki.
Allah berfirman dalam ayat,
َ ْث اَل يَحْ تَ ِسبُ َو َم ْن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَهُ َو َح ْسبُهُ ِإ َّن هَّللا
ُ ) َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي2( ق هَّللا َ يَجْ َعلْ لَهُ َم ْخ َرجًا ِ ََّو َم ْن يَت
)3( بَالِ ُغ َأ ْم ِر ِه قَ ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ْدرًا
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala
sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ketiga
Bermalas-malasan juga jadi sebab rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut kerja dan
tawakkal pada Allah. Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits berikut.
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di
rumahnya atau hanya berdiam di masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit
pun dan hanya mau menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata,
“Orang ini benar-benar bodoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda –
sebagaimana hadits burung di atas – bahwa burung saja bekerja dengan berangkat
pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang mulia pun berdagang dan bekerja dengan hasil
kurma mereka. Merekalah sebaik-baik teladan.” (Fath Al-Bari, 11:306)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena sibuk ibadah dan berdakwah, sampai malas
bekerja.
َويَقُو ُل اآل َخ ُر اللَّهُ َّم، ان يَ ْن ِزالَ ِن فَيَقُو ُل َأ َح ُدهُ َما اللَّهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْنفِقًا َخلَفًا
ِ َما ِم ْن يَ ْو ٍم يُصْ بِ ُح ْال ِعبَا ُد فِي ِه ِإالَّ َملَ َك
ًَأ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا تَلَف
“Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun,
salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.”
Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR.
Bukhari, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).
Keempat
Tidak amanah, ini juga jadi sebab orang sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya,
bagaimana ia mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga
mendapatkan rezeki dengan mudah?
Ketahuilah bahwa orang yang berkhianat terhadap amanat pun menyandang salah satu
sifat munafik. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan
ketika diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 59).
Termasuk di sini pula adalah tidak amanah dalam melunasi utang. Ingatlah bahwa utang
akan menyusahkan seseorang di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْس ثَ َّم ِدينَا ٌر َوالَ ِدرْ هَ ٌم ِ ُات َو َعلَ ْي ِه ِدينَا ٌر َأ ْو ِدرْ هَ ٌم ق
َ ض َى ِم ْن َح َسنَاتِ ِه لَي َ َم ْن َم
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu
dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti)
karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no. 2414.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
َأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا َ َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِمي َْن ِإنَّهُ هُ َو ال َس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم
Khutbah Kedua
َ اف اَأل ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِي َْن نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو
صحْ بِ ِه ِ صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َأ ْش َر ِ ال َح ْم ُد
َّ هلل َربِّ ال َعال ِمي َْن َوال
َأجْ َم ِعي َْن
Kami ingatkan lagi bagi yang malas bangun Shubuh, ingatlah hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berikut.
“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari
kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang,
tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika
dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah
ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak
melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari, no. 1142 dan
Muslim, no. 776)
Mari kita koreksi diri, untuk tidak biasa tidur pagi apalagi sampai ketinggalan shalat
Shubuh, juga memperhatikan shalat, tidak malas-malasan dan berusaha menjaga
amanah.
Di akhir khutbah ini … Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat.
ً صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما َ ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
َ ين آ َمنُوا َ ُّصل
َ ُِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي
.ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد َ َّ ِإن،آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِ ْت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى َ صلَّي
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّهُ َّم
ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد َ َّ ِإن،آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم
ِ ت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك
ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى
ِ ََوب
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang
penuh berkah ini.
ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ
ت اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ
ت َوالمْؤ ِمنِي َْن َوالمْؤ ِمنَا ِ
ت ِإلَى النُّ ِ
ور َو َجنِّ ْبنَا ات بَ ْينِنَا َوا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّسالَ ِم َونَجِّ نَا ِم َن ُّ
الظلُ َما ِ ف بَي َْن قُلُوبِنَا َوَأصْ لِحْ َذ َ اللَّهُ َّم َألِّ ْ
ارنَا َوقُلُوبِنَا َوَأ ْز َو ِ
اجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا َوتُبْ َعلَ ْينَا ص ِ ار ْك لَنَا فِى َأ ْس َما ِعنَا َوَأ ْب َ ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َوبَ ِ اح َ ْالفَ َو ِ
ين بِهَا قَابِلِيهَا َوَأتِ َّمهَا َعلَ ْينَا
ك ُم ْثنِ َ َّحي ُم َواجْ َع ْلنَا َشا ِك ِر َ
ين لِنِ ْع َمتِ َ ت التَّ َّوابُ الر ِك َأ ْن َ ِإنَّ َ
َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
اب النَّ ِ
ار
ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ّديْن صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ
صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ َو َ
Teks pembuka dan penutup khutbah Jum’at