Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat Jumadil Akhir dengan Tema Introspeksi Diri di Tahun yang

Baru, Yuk Dipahami Dads!

Salah satu syarat sah salat Jumat adalah khutbah. Memasuki bulan  Jumadil Akhir , terdapat beberapa
inspirasi khutbah Jumat Rabiul Akhir yang bisa Dads pahami.

Mengetahui materi khutbah Jumat, membuat Dads bisa mendapatkan ilmu dan wawasan baru
mengenai agama Islam.

Dalam tata cara salat, khutbah Jumat  biasanya dilakukan sebelum salat Jumat dan dibacakan oleh
Khatib.

Secara garis besar, khutbah Jumat umumnya berisikan pesan-pesan untuk umat Muslim.

Seperti halnya di bulan Jumadil Akhir, biasanya terdapat pesan-pesan penting tentang kemuliaan
Allah SWT dan memahami kehidupan makhluk hidup di Bumi.

Menjadi salah satu bulan yang istimewa di deretan bulan Hijriah , berikut Orami rangkum khutbah
Jumat Jumadil Akhir dari NU. Disimak yuk, Dads!

Khutbah Jumat Jumadil Akhir

Berikut ini beberapa contoh khutbah Jumat Jumadil Akhir yang dikutip dari NU Online . Yuk, pahami
Dads!

Khutbah Jumat Jumadil Akhir Pertama

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita harus menyempatkan diri untuk berhenti, istirahat,
mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan.

Begitu juga dalam kehidupan di dunia, kita harus menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi,
evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang juga disebut dengan muhasabah.

Muhasabah ini sangat penting, seperti yang pernah dituturkan Sayyidina  Umar bin Khattab :

Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk
menghadapi penyingkapan yang besar (hisab).

Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab
dirinya saat hidup di dunia.”
Sementara dalam Al-Qur’an, Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi diri
dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk mengahadapi masa depan.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah , sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dari perintah Allah dan Rasul, serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan
penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini.

Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan ‘ charging’ (mengisi ulang)
semangat hidup melalui introspeksi diri ini.

Pertama adalah sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat
kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan
selama ini.

Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau mudarat, atau apakah semakin mendekat atau
malah menjauh dari Allah SWT.

Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus dipertanggungjawabkan di sisi
Allah.

Kedua adalah upaya memperbaiki diri. Dengan introspeksi diri , kita akan mampu melihat kelebihan
dan kekurangan diri yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang.

Dengan memperbaiki diri, kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan
senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.

Ketiga adalah momentum mawas diri. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati
jalan yang penuh lika-liku, kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi.

Keempat adalah memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki kesalahan.

Oleh karenanya, introspeksi diri menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk
tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu.
Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang. Rasulullah
bersabda:

Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
merugi.

Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR
Al-Hakim).

Kelima sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita harus sadar se-sadar-sadarnya
bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-nikmat yang
telah dikaruniakan Allah.

Oleh karenanya, introspeksi diri akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu
persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada
nikmat Allah.

Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita
berada pada ujung tahun dan akan memasuki tahun baru yang menjadi waktu ideal untuk melakukan
introspeksi diri.

Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari Allah dan mampu melihat
perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang. Amin.

Jemaah salat Jumat yang dimuliakan Allah

Dalam Islam, dikenal rukun iman yang ada enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada
para malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada
hari kiamat, dan iman kepada qada dan qadar.

Pengertian iman adalah meyakini ajaran-ajaran Islam dengan hati dan mengamalkannya.

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim, berangkat dari definisi ini, ulama
ahsulusunnah menjelaskan bahwa keimanan seseorang bisa bertambah dan berkurang,
dilihat dari intensitas kegiatan amal ibadahnya.

Mengutip Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf bin Baththal al-Maliki, Imam Nawawi mendasari
potensi turun-naiknya iman dengan sejumlah ayat Al-Qur’an
Di antaranya adalah firman Allah swt berikut: 

Artinya, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).

Milik Allah lah bala tentara Langit dan Bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.” (QS. Al-Fath [48]: 4)

Juga ayat berikut:

Artinya, “(Yang demikian itu) agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, orang yang
beriman bertambah imannya, orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu
tidak ragu-ragu.” (QS. Al-Fath [74]: 31).

Kedua ayat ini menjadi dasar bahwa kualitas iman seorang Muslim bisa bertambah dan
berkurang. Cara mengindentifikasinya adalah dengan melihat intensitas ibadah yang
dilakukannya.

Jika ibadahnya rajin, menujukkan kualitas imannya sedang bagus, sebaliknya jika
intensitasnya rendah, kualitasnya sedang turun. (Imam Nawawi, Al-Minhaj Syarah Sahih
Muslim, 1929:  juz I, hlm. 146).

Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan dan merawat kualitas iman
adalah dengan tafakur, yaitu melakukan perenungan mendalam terhadap kekuasaan Allah
atau hal-hal bernilai ukhrawi seperti mengingat banyaknya dosa yang sudah kita perbuat,
merenungi kematian dan hari pembalasan, dan sebagainya.

Jemaah salat Jumat yang dimuliakan Allah.

Salah satu tujuan Allah menciptakan alam semesta ini adalah agar kita senantiasa
merenungi tanda-tanda kekuasaan Sang Maha Pencipta.
Dengan merenungi secara mendalam ciptaan-ciptaan-Nya, insya Allah kualitas iman dalam
diri kita selalu bertambah. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

Artinya, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan Langit dan Bumi (seraya berkata),

“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau.
Lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 191)

Selain melalui ciptaan Allah, objek tafakkur yang bisa kita gunakan adalah nilai-
nilai ukhrawi seperti merenungi dosa-dosa yang sudah perbuat, mengingat kematian, hari
pembalasan di akhirat kelak, dan sebagainya.

Saat merenungi kematian, misalnya, kita akan berpikir bahwa setiap manusia memiliki ajal
yang bisa datang kapan saja.

Lalu, kita merenung lebih jauh, jika ajal sudah pasti, amal ibadah apa saja yang sudah kita
perbuat selama dunia untuk bekal di akhirat kelak. Allah swt berfirman:

Artinya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan
menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib
dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.’” (QS.
Al-Jumu’ah [62]: 8)

Kematian akan menjemput kita di mana pun kita berada.  Jamaah salat Jumat yang
dimuliakan Allah. Tafakur merupakan salah satu aktivitas yang bernilai ibadah.

Dengan bertafakur, berarti kita mensyukuri nikmat Allah berupa anugerah kedua mata dan
akal dengan mennggunakannya untuk melihat kekuasaan Allah dan merenungi nilai-nilai
luhur di baliknya.

Semoga kita semua bisa selalu menggunakan nikmat kedua mata dan akal untuk
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan tafakur, kita telah bersyukur kepada Allah karena memanfaatkan dua nikmat agung
ini untuk meningkatkan dan menjaga kualitas iman. 

Anda mungkin juga menyukai