Anda di halaman 1dari 12

BUAH PUASA DAN HALAL BI HALAL

Oleh: Joko Purwanto

Pada kajian kali ini materi yang akan dibicarakan adalah: 1)


Difinisi taqwa dan mewujudkan target puasa Ramadhan
memperoleh derajat mutaqin , 2) Ciri orang yang bertaqwa , 3)
Cara menjaga taqwa, 4) Halal bi halal ,5) Dampak Taqwa
sebagai puncak prestasi sebagai orang muslim dengan
predikat derajat mutaqin.

I. Difinisi taqwa dan mewujudkan target puasa


Ramadhan memperoleh derajat mutaqin
Difinisi taqwa menurut Yusuf Qordowi adalah Merasa diawasi
sehingga selalu berhati-hati dalam berbicara dan bertindak.
Oleh karena itu orang yang bertaqwa selalu: 1. Menjaga hati
agar selalu berbuat baik, 2. Munajat kepada Allah agar hatinya
selalu dibimbing ke jalan yang diridhai Allah, 3. Melakukan
kebaikan tanpa memandang wajib ataupun sunah dan
diamalkan secara istiqamah, 4. Bergaul sesama orang shalih,
5. menjaga lisanya agar tidak menyakiti hati orang lain,6.
menjaga sikapnya agar selalu bersikap positip.

II. Ciri orang yang bertaqwa

Menurut Al- Baqarah:2-3: yaitu mereka yang beriman kepada


yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian
rezki yang kami berikan ;
1. Beriman kepada yang ghaib.
Seseorang untuk bisa berbicara masalah ghaib perlu
meninggalkan logika berpikir( Ukuran Dunia ), karena berita
ghaib harus menggunakan ukuran akhirat. contoh masalah
ghaib At-Talaq: 2-3 barang siapa bertaqwa kepada Allah, dia
akan memberikan jalan keluar dan Allah akan memberi
rezki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Untuk menambah pemahaman berita ghaib, mari perhatikan
ilustrasi berikut: Perhatikan kisah raja Iskandar Zulkarnain
yang menasihati pasukan yang akan berangkat perang
ketika nanti malam akan melewati sungai dimohon
mengambil barang apa yang terinjak kaki. Ternyata mereka
terbelah menjadi tiga kelompok yaitu: ada yang tidak
mengambil, ada yang mengambil ala kadarnya dan ada yang
mengambil sebanyak-banyaknya. Ternyata setelah pagi
pada dibuka tasnya, ternyata isinya berlian, maka perasaan
mereka juga timbul 3 kelompok yaitu: kelompok kecewa,
mending dan senang ( muncul penyesalan karena terlambat
berfikir dan itu fitrah manusia). Selanjutnya perhatikan
hadis berikut jelas sulit untuk bisa dinerima dengan logika :

“Dua rakaat Shalat fajar (shalat sunah qabliyah shubuh)


lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).
(ukuran Dunia tidak bisa digunakan untuk mengukur ukurah
akhirat), sehingga perlu latihan, istiqamah, sabar, ikhlas,
Ridha, dan lisan, pikiran dan hati menyatu menuju satu titik
taqwa.
Oleh karena itu mari kita luruskan niat kita, apapun yang
kita lakukan kita niatkan ibadah untuk kampung akhirat dan
insya Allah Dunia juga kita dapatkan, akan tetapi jika
semua kegiatan kita niatkan Dunia yang muncul kecewa,
penyesalan dan tidak pernah puas.

Agar kita bisa memahami berita ghaib hanya dengan


menggunakan iman, Jika kita menggunakan akal, hanya
sebatas membantu agar pemahaman berita ghaib lebih baik
seperti ilustrasi berikut: dengan menggunakan modal akal,
kita bisa melakukan analogi sebagai berikut: organ tubuh
manusia tangan, kaki, mulut dan mata ketika di dalam
rahim Ibu tidak bermanfaat tapi setelah kita lahir didunia
menjadi hal sangat bermanfaat dan sangat penting
sedangkan ari-ari yang ketika di dalam rahim ibu memegang
peranan penting dan sangat fital justru dipotong duluan
ketika lahir di muka bumi. Begitu juga barangkali tahlil,
tahmid dan takbir seolah-olah tidak bermanfaat nanti Insya
Allah di akhirat akan menjadi sangat bermanfaat dan
membantu kita sebagai amal kita yang akan menentukan
nasib kita masuk neraka atau masuk surga? oleh karena itu
mari kita perbanyak tahlil, tahmid dan tasbih sebagai bekal
kita menghadap Allah kelak.

2. Mendirikan Shalat
Orang benar dalam shalatnya akan berdampak pada: 1.
Shalat bisa mencegah keji dan mungkar(Al-‘ankabut :4). Keji
hubunganya dengan lisan( yang keluar dari muludt kita
selalu kalimat thayibah) , nahi mungkar berhubungan
dengan aktifitas ( setiap aktifitas yang kita lakukan selalu
bermanfaat). 2. Sabar : sampai sejauh mana kita bisa
memahami ayat berikut wahai orang-orang yang beriman,
mitalah pertolongan kepada Allah dengan shalat dan sabar ,
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Al-
baqarah:153), 3. Integritas: Integritas adalah kata yang
berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang artinya utuh
dan lengkap. Oleh karena itu, integritas memerlukan
perasaan batin yang menunjukkan keutuhan dan
konsistensi karakter. Dalam pengertian singkat, integritas
artinya konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran,
prinsip, harapan dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap
sebagai kejujuran dan kebenaran atau ketepatan tindakan
pada diri seseorang. Pengertian integritas menurut para ahli
juga tidak jauh-jauh dari definisi yang kami kemukakan
sebelumnya. Salah satu ahli memberikan definisi integritas
sebagai tiga hal yang selalu dapat kita amati yaitu,
memenuhi komitmen, menunjukkan kejujuran, dan
mengerjakan sesuatu dengan penuh konsisten. 4. memiliki
4 kecerdasan yaitu : cerdas spiritual ditandai dengan
berpikir,berbicara, berbuat dengan suara hati, cerdas
Emosional dan sosial ditandai dengan keberadaan mereka
yang selalu bermanfaat, cerdas Intelektual ditandai dengan
kemampuan memecahkan semua persoalan, cerdas
kinestetik ditandai dengan keberadaan mereka yang selalu
menyenangkan.

3. menginfakkan sebagian rezki yang kami berikan


Menurut Al-Baqarah:261 perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebitir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkainya ada
serratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang dia
kehendaki, dan Allah maha luas, maha mengetahui. ( ukuran
akhirat/ berita ghaib). Ilustrasinya Jika kita punya uang 100
diinfakkan sebanyak 10 maka uang kita menjadi 10 x 7 x 100
=7.000, sehingga total uang kita menjadi : 90 + 7.000 = 7.090,
ini tidak mungkin dijangkau oleh logika (ukuran dunia), karena
jika kita menggunakan ukuran dunia, uang kita dari 100
menjadi berkurang 10 sehingga sisanya tinggal 90. Puncaknya
dengan sering menginfakan harta maka akan muncul
keshalihan social.

III. Cara menjaga taqwa


Tidak jarang Muslim merasakan ketaatannya memudar saat
Ramadhan berakhir. Berikut adalah beberapa tips untuk tetap
meneguhkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, bahkan di
bulan-bulan selain Ramadhan. Ada lima poin yang menjadi tips
agar tetap berada dalam ketaqwaan, dilansir di About Islam.
1. Perkuat keimanan terhadap yang gaib

Allah berfirman dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 3 yang


artinya: "(Orang yang bertaqwa) mereka yang beriman kepada
yang gaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."

Salah satu ciri orang yang bertaqwa yang disebutkan dalam


surat Al Baqarah adalah beriman pada yang gaib, yakni Allah
SWT, malaikat, jin, akhirat. Keimanan akan yang gaibini bisa
ditingkatkan dengan berbagai cara seperti yang dijelaskan
dalam sunnah Nabi SAW.

Salah satu contohnya adalah membaca dua ayat terakhir dari


Surah Al Baqarah sebelum tidur dengan penuh keyakinan
(Quran 2:285-286). Tindakan ini akan menegaskan keyakinan
kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Nya,
takdir dan akhirat, mendapatkan perlindungan (dari bahaya
yang terlihat dan tidak terlihat) dan menghidupkan kembali
sunnah pada saat yang sama!

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jika seseorang membaca


dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah di malam hari, itu
sudah cukup baginya." (Al-Bukhari)

Ada juga sunnah berwudhu sebelum tidur, yng menurut hadist


seorang malaikat akan tidur dengan Anda dan berdoa untuk
Anda. Membaca Alquran di subuh hari juga akan membuat
seseorang ditemani malaikat, begitu juga saat mengunjungi
orang sakit, atau berdoa untuk kebaikan orang lain.

2. Mendirikan sholat

Ciri lain dari orang yang bertaqwa adalah berupaya untuk


mendirikan sholat. Jika ingin ketaqwaan kita berada di
tingakatan lebih lanjut, bisa dengan memulai berdoa
memohon kepada Allah SWT agar diberi istiqamah untuk
terus mendirikan sholat.
Anda dapat menggunakan doa Nabi Ibrahim untuk diri sendiri
dan keturunan Anda, "Ya Tuhanku, jadikanlah aku
mendirikan sholat dan dari keturunanku (juga), ya Tuhan
kami, dan terimalah sholatku)," (QS. Ibrahim: 40).

Kemudian kita bisa fokus pada sholat lima waktu wajib, jika
telah melakukannya secara konsisten, maka bisa
ditingkatkan dengan sholat tepat waktu. Dari sana fokuslah
untuk sholat pada waktu terbaik (paling awal), kemudian,
tambahkan tingkat konsentrasi yang berbeda, seperti
menambah dengan sholat sunnah.

3. Bersedekah setiap hari

Ciri selanjutnya orang yang bertaqwa adalah yang gemar


berbagi kepada sesama. Sedekah disebut adalah penguat
taqwa dan karena apa pun yang kita punya adalah pemberian
dari Allah SWT.

Kita bisa menetapkan sendiri target sedekah (amal) harian,


misalnya setiap hari melakukan setidaknya satu tindakan
sedekah dengan uang Anda, satu dengan tubuh Anda, dan
satu tindakan amal rahasia.

Sebagai contoh adalah dengan berupaya memberikan


sebagian harta untuk diberikan kepada anak yatim atau
janda. Bisa juga dengan cara setiap hari dengan sadar
tersenyum pada seseorang, memberikan pujian, membantu
seseorang dengan tugas sederhana, mengajari seseorang
satu sunnah atau perbuatan baik, memilih untuk berbicara
lembut, melarang kejahatan, berbagi makanan dengan
tetangga, memberikan nasihat yang baik, betapa pun
kecilnya, niat itu adalah sedekah.
Jaga juga sholat dhuha karena dengannya kita bisa
bersedekah atas nama setiap tulang di tubuh kita. Nabi
Muhammad SAW bersabda:

"Di pagi hari, setiap sendi Anda harus membayar sedekah


(amal). Setiap Subhanallah adalah sedekah, setiap
Alhamdulillah adalah sedekah, setiap La Ilaha Illa Allah
adalah sedekah, setiap Allahu Akbar adalah sedekah, setiap
perintah yang baik adalah sedekah, dan setiap mencegah
keburukan adalah sedekah, dan semua ini dicapai melalui
dua rakaat seseorang dapat berdoa di Duha [sholat]." ( HR.
Muslim)

4. Membiasakan membaca Alquran

Keyakinan pada Alquran perlu ditunjukkan dengan


memberikan Alquran peran aktif dalam hari kita. Semakin
banyak Alquran dibaca di hari-hari kita, semakin kuat
ketaqwaan kita.

Ingat, konsistensi dan langkah kecil adalah kuncinya. Pilih


setidaknya satu ayat sehari, bacalah dalam bahasa Arab
jika Anda bisa, baca terjemahannya dan pikirkan cara untuk
menerapkan ayat itu dalam hidup Anda.

5. Jadikan Akhirat sebagai kenyataan sehari-hari

Ciri lain orang yang bertaqwa adalah yang beriman kepada


akhirat. Akhirat adalah bagian dari yang gaib, namun Allah
SWT menekankan betapa pentingnya untuk benar-benar
yakin ada dunia yang menunggu kita setelah tubuh kita mati
di dunia ini.
Ada hari di mana kita akan dihakimi, surga abadi yang
menakjubkan, api yang mengamuk, api yang tidak pernah
berakhir dan kesempatan untuk melihat Pencipta
semuanya. Dan keyakinan ini dapat menjadi motivator
utama untuk memfokuskan kembali setiap hari pada apa
yang paling penting: perbuatan yang kita lakukan ke depan!

Cara meningkatkan keimanan ini bisa dengan meminta


taufiq Allah SWT untuk melakukan perbuatan baik dan agar
Allah Yang Maha Tinggi menerimanya. Gunakan doa yang
indah ini, yang merupakan sunnah untuk diucapkan sebelum
salam di akhir doa dan membagikannya:

Allahumma a'innii 'alaa dhikrika wa shukrika wa husni'


ibadatika. (Ya Allah! Bantulah aku mengingat-Mu, bersyukur
kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-
baiknya.) (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i)

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa meminta surga


kepada Allah tiga kali, maka surga akan berkata: 'Ya Allah!
Masukkan dia ke dalam surga!’ Dan barang siapa yang
meminta perlindungan kepada Allah dari api neraka tiga
kali, maka neraka akan berkata: 'Ya Allah! Lindungi dia dari
Api! (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Anda dapat mengatakan: "Allahumma innii as'aluka al


Jannah". (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-
Mu surga dan “Allahumma ajirnii min an Naar” (Ya Allah,
lindungilah aku dari neraka).

IV. Halal bi halal


Halal bi halal merupakan penyempurna setelah kita sebulan
melakukan puasa, kita diminta untuk saling meminta maaf.
Konon, tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA
Mangku Negara I (lahir 8 April 1725), yang terkenal dengan
sebutan ‘Pangeran Sambernyawa’. Untuk menghemat waktu,
tenaga, dan biaya, maka setelah shalat Idul Fitri diadakan
pertemuan antara raja, para punggawa, dan prajurit dengan
tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri untuk
saling memaafkan. Apa yang dilakukan Pangeran
Sambernyawa kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi
Islam dengan istilah halal bihalal.
Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-
bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah
Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu.
Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap
persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.
Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti
‘diperkenankan’. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah
lawan dari kata haram. Kedua, berarti baik. Dalam pengertian
kedua, kata halal terkait dengan status kelayakan sebuah makanan.

Namun secara umum, kedua kata tersebut mempunyai arti


menyelesaikan masalah atau kesulitan, meluruskan benang
kusut, mencairkan yang membeku, dan membebaskan ikatan
yang membelenggu. Sehingga Halal bi Halal dapat dipahami:
bahwa halal bihalal merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk menyambung kembali yang sebelumnya terputus, ini
berarti ketika kita melakukan halal bi halal yang utama
kepada orang-orang pernah kita musuhi/ sakiti. Dengan
melaksanakan halal bihalal, masyarakat dapat menyambung
silaturahim untuk saling memaafkan dan terbebas dari
kesalahan dan dosa yang diperbuat sebelumnya.

V. Dampak Taqwa sebagai puncak prestasi sebagai


orang muslim dengan predikat derajat mutaqin.
Setelah kita selesai melakukan ibadah puasa selama satu
bulan sudah seharusnya memberikan dampak dalam
kehidupan kita, karena semuanya sudah dirancang oleh Allah
yang maha sempurna, tidak ada yang setara dengannya.
Adapun dampak yang harus terwujut setelah puasa Ramadhan
adalah:
1. Etos kerja meningkat karena kita harus punya prinsip: maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka
apabila engkau telah selesai dari suatu urusan tetaplah
bekerja keras ( Al-Insyirah 5-7)
2. Banyak bersyukur: barang siapa yang bersyukur, maka akan
aku tambah nikmatnya, akan tetapi bila kita kufur, sungguh
adzapku sangat pedih.
3. Menghargai waktu ( suarah Al-‘Asr 1-3) bentuk menghargai
waktu adalah kita tidak termasuk orang yang rugi, diawali
dengan mengimani, mengilmui, mengamalkan dan
mendahwahkan dengan sabar.
4. Kualitas shalat meningkat: bentuk peningkatan secara
lahiriah adalah kita melaksanakan shalat wajib secara
berjamaah dan tepat waktu
5. Menjadi disiplin: dalam aplikasinya kita selalu menghargai
waktu, kerja keras, kerja cerdas, kerta tuntas
6. Menjadi sabar: dalam aplikasinya kita lebih dewasa, tidak
cepat marah, semua masalah dapat terselesaikan
puncaknya kesabaran kita tawakal.
7. Menjadi manusia yang tertip ditandai dengan semua
aktifitas diawali dengan perencanaan yang matang,
dikerjakan dengan tuntas, hasilnya dapat diukur dengan
baik dan dapat dilakukan tindak lanjut untuk melakukan
pengembangan.
8. Menjalankan amalan-amalan setelah ramadhan
Amalan-amalan setelah bulan Ramadhan yang perlu
dilakukan adalah: 1)tetap menjaga shalat lima wantu dan
berjamaah, 2)memper banyak shalat sunah Dhuha, 3) sunah
rawatif dll), 4)memperbanyak puasa sunah (puasa syawal,
senin-kamis, dawud, puasa bidh (13,14,15 setiap bulan), 5)
menjaga shalat malam, 6)amalan-amalan secara kontinyu
yang pernah dilakukan missal: shadaqah, baca quran
dengan maknanya dll, menghadiri kajian-kajian yang
menambah pemahaman
9. Membangkitkan kepekaan sosial
Setelah selesai menjalankan puasa seharusnya kita bisa
meningkatkan kepekaan sosial, apalagi ketika kita sedang
menjadi pimpinan dalam rumah tangga,sosial maupun
instansi. Oleh karena itu mari kita pahami dan amalkan
kisah umar ketika sedang menjadi pimpinan berikut:

Untuk menambah keyakinan kita, ada baiknya kita


membaca kisah khalifah Umar. Dikisahkan, pada suatu
malam di bulan Ramadan, Umar mengajak pembantunya
berkeliling kota. Semua rumah gelap menandakan
penghuninya sudah tidur. Ada satu rumah yang pintunya
masih terbuka sedikit, karena tertarik Umar
mendatanginya. Ternyata ada tangisan seorang anak yang
suaranya hampir habis karena kelelahan.

Mengapa anak itu menangis terus, sakitkah? Tanya Umar


bin Khattab. Ibu anak itu menjawab, Tidak, dia menangis
karena kelaparan.

Umar melihat di dalam ada tungku yang menyala di atasnya


ada kuali yang menandakan si ibu sedang memasak. Apa
yang sedang ibu masak? Tanya Umar kembali. Si ibu
mempersilahkan tamu yang tak dikenalnya itu untuk
melihat sendiri isinya.

Betapa terpananya Umar ketika melihat isi kuali itu batu.


Mengapa ibu merebus batu? Tanya Umar.

Ibu itu menjawab, Supaya anak saya melihat ibunya sedang


memasak dan berhenti menangis. Itu yang dapat saya
lakukan sampai tuan datang.

Terharu Umar mendengarnya. Matanya tertunduk dan


menggeleng sedih.

Kisah itu menggambarkan betapa kokohnya spiritual


seorang pemimpin (Umar) dan seorang rakyat jelata (ibu)
yang miskin tetapi memelihara prinsip tawaru atau menjaga
diri dari sikap meminta-minta. Di sisi lain, ada kekuatan
spiritual seorang pemimpin yang menyadari dan menyesali
kelalaiannya melayani rakyat
Sebagai umat Islam yang hidup di zaman modern, kita
berharap agar nilai-nilai yang dijalankan Khalifah Umar bin
Khattab masih dapat dijalankan oleh para pemimpin di
negeri ini yang mayoritas berpenduduk Islam

10. Terwujudnya islam kaffah


Istilah Islam kaffah sendiri atau berislam dengan cara
kaffah bermula dari surat Al-Baqarah ayat 208 yang
menyebutkan orang-orang yang beriman untuk masuk Islam
dan tidak mengikuti langkah setan karena setan adalah
musuh bagi manusia. Sehingga Islam kaffah adalah yang
menerapkan syariat Islam di segala sektor kehidupan. Mulai
sosial, budaya, hingga politik dan hukum formal. Penerapan
hukum Islam adalah dengan menerapkan syariat Islam.
Bila dampak tersebut tidak terwujud kita koreksi puasa kita
barang kali selama puasa kita hanya dapat lapar dan dahaga,
karena menurut tiori psikologi satu bulan dipaksa bulan kedua
sudah biasa dan bulan ketiga menjadi karakter dan teori ini
telah teruji kebenaranya.

Anda mungkin juga menyukai