Anda di halaman 1dari 4

1.

Dari pernyataan yang terdapat pada point 1, berikut uraian dan penjelasan dari saya :
A. PENGERTIAN IMAN : Secara etimologi, pengertian iman diambil dari kata kerja aamana' dan
yukminu' yang artinya ialah 'percaya' atau 'membenarkan'. Dalam Alquran surat At Taubah ayat
62 menyebutkan bahwa pengertian iman ialah membenarkan, sementara dalam hadis disebutkan
bahwa pengertian iman ialah "Ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati
dan perbuatan dengan anggota (tubuh)."

B. RUKUN IMAN ADA 6 (ENAM), YAITU :

1. Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4
hal:
 Mengimani adanya Allah.
 Mengimani Rububiyyah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan
mengatur alam semesta kecuali Allah.
 Mengimani Uluhiyyah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain
Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
 Mengimani semua asma dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan
untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakanNya.
2. Iman kepada para malaikat Allah:
 Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan
tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat.
 Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya
 Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
 Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu:
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikail
3. Malaikat Raqib
4. Malaikat Atid
5. Malaikat Munkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Izrail
8. Malaikat Israfil
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan
3. Iman kepada kitab-kitab Allah:
 Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat Allah.
 Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT termasuk 4 (empat) yaitu:
1. Kitab Suci Taurat
2. Kitab Suci Zabur
3. Kitab Suci Injil
4. Kitab Suci Al-Qur'an
5. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci
terdahulu.

4. Iman kepada para rasul Allah: Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan
manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya.
Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul
itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul
yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.
5. Iman kepada hari akhir: Mengimani tanda-tanda hari kiamat[7]. Mengimani hari
kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
6. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk: Mengimani kejadian
yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa
terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.

2. Pengertian iman tidak hanya dibatasi pada qalbu (keyakinan hati), akan tetapi juga meliputi ikrar
dengan ucapan, dan perilaku. Qalbu (hati) merupakan entitas metafisika yang eksistensinya hanya
Allah yang dapat mengetahui. Namun demikian, keimanan yang baik akan memancarkan perilaku
yang menjadi ciri keimanan seorang mukmin, sehingga dapat diidentifikasi secara dhahir, antara
lain; Tawakal, Mawas diri dan bersikap ilmiah, Optimis dalam menghadapi masa depan, Konsisten
dan menepati janji, dan Tidak sombong.

Berdasarkan pernyataan diatas, identifikasi keimanan secara dharir penjelasannya sebagai berikut :
a. Tawakal
Tawakkal, yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan oleh Allah.
Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai
aktivitasnya atas perintah Allah. Seorang mukmin, makan bukan didorong oleh perutnya yang
lapar akan tetapi karena sadar akan perintah Allah. QS. Al-Baqarah (2): 172.

Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-baik yang Kami
rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika hanya kepada-Nya kamu
menyembah. Surat Al-Baqarah (2) ayat 187 menjelaskan bahwa seseorang yang makan dan
minum karena didorong oleh perasaan lapar atau haus, maka mukminnya adalah mukmin batil,
karena perasaanlah yang menjadi penggeraknya. Dalam konteks Islam bila makan pada
hakikatnya melaksanakan perintah Allah supaya fisik kuat untuk beribadah (dalam arti luas)
kepada-Nya.

b. Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah


Pengertian mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai
kasus dari mana pun datangnya, baik dari kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga
datang dari dirinya-sendiri. QS. An-Naas (114): 1-3.

Artinya: Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia (1). Yang
menguasai manusia (2). Tuhan bagi manusia (3). Mawas diri yang berhubungan dengan alam
pikiran, yaitu bersikap kritis dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai
dasar keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali Imran (3): 7.

c. Optimis dalam menghadapi masa depan


Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita,
pastinya kita akan selalu menghadapi rintangan dan tantangan. Untuk menjalani kehidupan,
manusia harus memiliki pribadi yang pantang menyerah, kuat, dan penuh dengan rasa optimis.
Sikap optimis merupakan salah satu sikap baik yang diajarkan dalam islam. Ketika kita
menjalani kehidupan dengan optimis maka kita pasti akan merasa bersemangat dalam
menjalani hidup,
baik itu hidup di dunia ataupun di akhirat nantinya.
Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada kita umat manusia untuk selalu bersikap Optimis
terhadap setiap rintangan dan tantangan yang ada.
Hal tersebut dinyatakan dalam QS. Al-Insyirah (94): 5-6.

Artinya "Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al-Insyirah: 5-6).

d. Konsisten Dan Menepati Janji


Janji diartikan sebagai utang, maka menepati janji sama halnya kita membayar utang. Namun
ketika kita ingkar janji itu sama halnya kita melakukan penghianatan. Al - Qur'an memberikan
petunjuk kepada kita umat manusia bahwa kita harus menepati janji kita. Hal tersebut
dinyatakan
dalam QS. An-Nahl : 91.

Artinya : "Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
melanggar sumpah setelah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah itu). Sesungguhnya, Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS. An-
Nahl : 91)

e. Tidak Sombong
Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap yang tercela yang membahayakan diri maupun
orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang yang telah merasa dirinya pandai, karena
kesombongannya akan berbalik menjadi bodoh lantaran malas belajar, tidak mau bertanya
kepada orang lain yang dianggapnya bodoh. Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan
berkembang terus, maka orang yang merasa telah pandai, jelas akan menjadi bodoh. Al-quran
Surat Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu larangan terhadap sifat dan sikap yang
sombong. Firman Allah QS. Luqman (31): 18.

Artinya: Dan janganlah engkau palingkan pipimu kepada manusia, dan janganlah berjalan
dengan sombong di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi congkak.

3. Pemikiran manusia dalam berbagai masalah, hasilnya akan bervariasi. Hal ini disebabkan pandangan
manusia yang memungkinkan berubah dan mengubah. Sifat utama pemikiran manusia adalah
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pemikiran manusia tentang Tuhan dan
ketuhanan berubah sejalan dengan perubahan daya nalarnya. Sebab itu kesimpulan yang dihasilkan
antara satu masyarakat pada situasi dan kondisi tertentu tentang Tuhan dan ketuhanan, mungkin
berbeda dengan kesimpulan masyarakat yang hidup pada situasi dan kondisi lainnya. Cepat atau
lambat perubahan pemikiran manusia sangat tergantung pada situasi dan kondisi manusia.
Dalam hal ini saya akan menjelaskan tentang a). Animisme/Dinamisme, Politeisme dan
Henoteisme, dan b). Monoteisme, yang terbagi pada; Deisme, Panteisme dan
Eklektisme. Berikut penjelasan dari saya :
a. Animisme/Dinamisme, Politeisme dan Henoteisme
 Animisme/Dinamisme.
Animisme berasal dari kata (anima yang artinya "Roh"). Masyarakat animisme berkeyakinan,
bahwa suatu benda memiliki roh (Makhkuk ghaib) di dalamnya. Sesajen yang di korbankan
bertujuan agar roh tidak marah. sesajen yang di korbankan biasanya dibawa ke tempat
yang dipandang mempunyai keanehan. Contohnya seperti pohon besar yang lagi rimbun
sedangkan disekitarnya tidak ada pohon sama sekali. Biasanya pohon tersebut diyakini
masyarakat dikuasai oleh yang menjaganya.
 Politeisme berasal dari kata poly dan theoi yang artinya banyak tuhan. Politeisme adalah
bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu tuhan.
 Henoteisme biasa diartikan dengan (satu bangsa = satu tuhan). Dasar pemikiran paham
ini, bahwa setiap satu kesatuan tidak mungkin diatur oleh lebih dari satu pengatur.

b. Monoteisme, yang terbagi pada; Deisme, Panteisme dan Eklektisme.


Setelah hubungan satu bangsa dengan bangsa lain terjalin, maka sekian paham yang hanya ada
satu Tuhan di dunia ini, menjadi penguasa dunia agaknya menjadi keyakinan bagi masyarakat
modern. Paham ini disebut monoteisme dan Tuhan Yang Maha Esa menurut paham monoteis
terbagi menjadi tiga yaitu: deisme, panteisme, dan eklektisme.
a. Deisme
Deisme (berasal dari bahasa Latin "deus" yang berarti "Tuhan") adalah kepercayaan filosofis
yang menyatakan bahwa Tuhan ada sebagai suatu Sebab Pertama yang tidak bersebab,
yang bertanggung jawab atas penciptaan alam semesta, tetapi kemudian tidak ikut campur
dengan dunia yang diciptakan-Nya. Secara ekuivalen, deisme juga dapat didefinisikan
sebagai pandangan yang menempatkan keberadaan Tuhan sebagai penyebab segala
sesuatu, dan mengakui kesempurnaannya akan tetapi menolak wahyu ilahi atau campur
tangan langsung Tuhan di alam semesta oleh mukjizat .
b. Panteisme
Panteisme adalah sebuah paham yang meyakini bahwa Tuhan yang telah menciptakan alam
akan selalu ada bersama dengan alam dan tidak dapat dipisahkan antara alam dan Tuhan.
c. Eklektisme
Ekletisme yang disebut juga dengan Teisme merupakan pemahaman yang menyatakan
bahwa Tuhan telah menciptakan alam dengan sangat sempurna. Sedikit berlawanan dengan
pantaisme, ekletisme meyakini Tuhan tidak bersama dengan alam, akan tetapi Tuhan
senantiasa dekat dengan alam. Ekletisme memercayai bahwa alam berjalan sesuai dengan
hukum alam yang telah ada, akan tetapi gerak yang terjadi pada alam tetaplah barada
dalam aturan Tuhan yang merupakan pencipta alam.  

Demikian penjelasan dari saya, dari pemaparan diskusi 1.


Terimakasih
Salam
Astika Damayanti

Anda mungkin juga menyukai