Anda di halaman 1dari 3

REFERENSI

Modul MKWU221 modul 1 dan 2


Rujukan artikel web
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6900/3/BAB%20II.pdf
https://text-id.123dok.com/document/myjddn26y
Assalamuallaikum teman teman, dan para tutor. Izin menjawab pertanyaan diatas
1. Pengertian iman
Iman secara umum yaitu keyakinan/ kepercayaan. Menurut para ulama mengatakan
bahwa Iman merupakan keyakinan dalam hati yang dituturkan dengan lisan dan
diamalkan dalam perbuatan. Al Quran menyebutkan tentang iman dengan
menggunakan lafal yaqin (meyakini) yang didukung oleh bukti-bukti dalam firman
Allah SWT yaitu : " Orang-orang arab Baduwi itu berkata : " Kami telah beriman ",
Katakanlah ( Kepada mereka ) : " kalian belum beriman, tetapi katakanlah : " kami
telah Islam ( tunduk ) ", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu ( QS. Al-
Hujurat : 14 )
Sedangkan menurut hadist shahih yaitu menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al
Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan
dengan lisan, dan aman dengan anggota badan. Para ulama salaf menjadikan amal
termasuk unsur keimanan.

2. Ciri Ciri Keimanan


A. Tawakal
Sebagaimana dalam alQur’an telah banyak perintah Allah untuk bertawakal
kepadaNya, Allah berfirman “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali „Imron, 3:159). Dari ayat tersebut
menunjukkan bahwa tidak boleh bagi seseorang untuk meninggalkan tawakal
padaNya, meskipun dalam kondisi yang amat mudah seperti contoh menitipkan
sesuatu kepada orang yang dia harapkan dapat memenuhi kemaslahatannya
dan menjauhkan kerusakannya, dengan ucapan “aku bertawakal kepada Allah
kemudian kepada orang ini”. Sehingga untuk penerapan tawakal pada prinsipnya
meliputi segala urusan dan pekerjaan, baik itu dalam keadaan yang mudah
maupun yang sulit.

B. Mawas diri dan bersikap ilmiah


Pentingnya mawas diri dan berhati-hati dalam menjalani hidup, yaitu bersikap
kritis dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nlai dasar
keislaman, hal tersebut dibutuhkan agar terhindar dari berbagai fitnah,  dijelaskan
dalam firman Allah yang artinya : “ Dialah yang menurunkan kitab ( AL-Qur’an )
kepadamu; diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat ( terang maknanya )
itulah ibu ( Pokok ) Kitab dan yang lain Mutasaihat ( tidak terang maknanya ).
Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung pada kesesatan, maka
mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasabihat untuk menimbulkan fitnah dan
mencari-cari takwilnya ( menurut kemauwannya ), padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata : “ kami beriman dengannya ( kepada ayat-ayat yang mutasabihat )
semuanya itu dari sisi tuhan kami “ dan tidak dapat mengambil pelajaran
melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran “. ( QS Ali-Imran 3 : 7). Atas
dasar pemikiran tersebut, hendaknya seseorang tidak dibenarkan menyatakan
suatu sikap, sebelum  mengetahui terlebih dahulu permasalahannya.
C. Optimis dalam menghadapi masa depan
Optimis adalah suatu keadaan saat seseorang atau individu yang memiliki
motivasi diri. Dengan memiliki pola pikir seperti ini, kebanyakan orang akan tetap
menjalani hidupnya dengan penuh semangat, walaupun sedang dihadapkan
dengan berbagai macam masalah. Allah pun berfirman dalam al quran,
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.”(Q.S Ali-‘Imran: 139) . Dalam ayat tersebut menjelaskan
bahwa mencapai kesuksesan dan menghadapi cobaan yang berat, islam tidak
mengajarkan putus asa dan bunuh diri, tetapi mengajarkan bersabar. Islam
mengajarkan manusia yang terkena musibah agar kembali kepada Allah SWT
serta memperkokoh iman, karena Dia lah zat yang memiliki sifat Maha.
Sesungguhnya iman yang kokoh adalah dasar untuk meraih ketenangan jiwa dan
jauh dari Allah akan menyebabkan kecemasan. Manusia akan merasakan
ketenangan dalam menjalani kehidupan sehingga tumbuhlah sikap optimis.

D. Konsisten dan menepati janji


Menepati janji berarti berusaha untuk memenuhi semua yang telah dijanjikan
kepada orang lain di masa yang akan datang. Orang yang menepati janji orang
yang dapat memenuhi semua yang dijanjikannya. Lawan dari menepati janji
adalah ingkar janji. Rasulullah Saw. tidak pernah mengingkari janji dalam
hidupnya, sebaliknya beliau selalu menepati janji-janji yang pernah dilontarkan.
Kita pun sebagai umat Nabi sudah selayaknya meneladani beliau dalam hal
menepati janji ini sehingga kita selalu dipercaya oleh orang-orang yang
berhubungan dengan kita. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman “... dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”
(QS. al-Isra’ (17): 34). Dari ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa menepati janji
merupakan kunci sukses dalam komunikasi. Orang yang selalu menepati janji
akan mudah menjalin komunikasi dengan orang lain. Sekali saja orang
mengingkari janjinya, maka orang lain akan sulit memberikan kepercayaan
kepadanya.

E. Tidak sombong.
Salah satu sifat yang paling dibenci Allah SWT adalah sifat sombong,
sebagaimana Allah SWT telah berfirman “Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman Ayat 18). Tiada yang pantas
kita sombongkan di dunia ini, karena semua manusia adalah sama di mata Allah
SWT, yang membedakan adalah iman dan amal perbuatannya. “Tidak akan
masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
biji sawi.”Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka
memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab,“Sesungguhnya Allah
itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)

3. Jelaskan pemikiran manusia tentang


a). Animisme/Dinamisme,
Kepercayaan (dari bahasa Latin anima atau “roh”) yakni kepercayaan kepada
makhluk halus dan roh adalah asas kepercayaan agama yang awalnya muncul di
sekitar manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda
di Bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar). Untuk
memperoleh pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara
pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
- Politeisme
Politeisme merupakan kepercayaan pada dewa-dewa. Tujuan beragama dalam
politeisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu,
tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya
dari masyarakat yang bersangkutan.
- Henoteisme,
Sebuah pemahaman bahwa hanya ada satu dewa yang berkuasa di dalam dunia
tanpa memungkiri akan keberadaan dewa-dewa lainnya.

b). Monoteisme, yang terbagi pada; Deisme, Panteisme dan Eklektisme.


Monoteisme berasal dari bahasaYunani (monos) yang berarti tunggal dan (theos)
yang berarti Tuhan. Konsep monoteisme secara filosofis terkait kebaikan dan
kejahatan absolut juga muncul di Yunani klasik, terutama dengan Platon dan Neo-
Platonis diidentifikasikan dengan yang ilahi , baik sebagai impersonal atau Tuhan
yang personal.
- Deisme,
Meyakini bahwa satu Tuhan itu ada, tetapi Tuhan ini tidak campur tangan di
dunia, atau mengganggu kehidupan manusia dan hukum alam semesta. Ini
mengemukakan pencipta non-intervensionis yang mengizinkan alam semesta
berjalan sendiri sesuai dengan hukum alam.
- Panteisme
keyakinan pada satu Tuhan yang setara dengan Alam atau alam semesta fisik ,
atau bahwa segala sesuatu adalah Tuhan abstrak imanen yang mencakup
segalanya.
- Eklektisme
paham eklektisisme ini diterapkan dalam keberagamaan agama dapat
menimbulkan kesalahan dalam penerapan ajaran agama. Ciri khas dari agama
tersebut akan kabur dan menimbulkan pendangkalan keberagamaan agama.

Anda mungkin juga menyukai