Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ANISA MAHARANI PRATIWI (211510301050)


2. DIMAS NUR HERDIANTO (211910401071)
3. KARINA ARIANTI (211910601038)
4. SITI NURAINI (211510601055)

DOSEN PEMBIMIBING :

BAPAK SUWARDI, S.H.I., M.H.I.

UNIVERSITAS JEMBER

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik sesuai
waktu yang telah ditentukan.

Makalah dengan judul “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan” kami susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas
Jember.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak menerima bantuan baik berupa bimbingan
maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnnya kepada :

1. Bapak Suwardi selaku dosen pembimbing dan pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam (PAI)
2. Orang tua kami yang telah memberikan dorongan spiritual maupun materiil.
3. Dan seluruh teman-teman seperjuangan di Universitas Jember.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat Islam
di dunia, Khususnya mahasiswa muslim diUniversitas Jember. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Seperti peribahasa Tak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Cilacap, 24 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 2
2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)………………………………………………………….. 2
2.2 Keimanan dan Ketakwaan……………….......................................................................3
2.2.1 Keimanan.............................................................................................................3
2.2.2 Ketakwaan………………………………………………………........................3
2.3 Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern………………………...
………………………………………………………. 4
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………5
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..........5
3.2 Saran …………………………………………………………………….......................5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia secara fitrah, disadari maupun tidak selalu memiliki naluri ketuhanan.
Manusia menganggap keberadaan diri mereka juga keberadaan  alam semesta yang
sudah ada ketika mereka terlahir ke dunia adalah sebagai suatu pertanda bahwa ada
kekuatan Maha dahsyat, di luar nalar dan kemampuan manusia,  yang sudah
menciptakan dunia beserta isinya. Pemilik kekuatan Maha dahsyat yang tidak pernah
manusia lihat bentuknya tetapi begitu nyata keberadaannya, seringkali membuat rasa
penasaran dalam diri manusia muncul untuk menguak misteri dan menemukan jawaban
siapa Pencipta mereka, yang juga menciptakan seluruh alam semesta, mengatur
peredaran planet-planet, bintang, bulan, matahari pada garis edarnya tanpa bertubrukan,
menguasai apa-apa yang ada di langit, di bumi, dan diantara keduanya (langit dan
bumi).
Dalam agama Islam, Fitrah bertuhan yang dibawa manusia sejak sebelum lahir
itu merupakan potensi dasar yang harus dijaga dan dikembangkan agar manusia tetap
berada dalam keislamannya. Konsep Ketuhanan menurut Islam perlu dipelajari lebih
lanjut karena banyaknya konsep Ketuhanan yang ada di dalam kehidupan manusia.
Pengalaman-pengalaman dan cara berpikir manusia yang semakin kompleks membuat
manusia mempunyai konsep masing-masing tentang ‘ketuhanan’ yang mereka yakini.
Padahal dalam Islam, konsep ketuhanan yang benar hanyalah yang berdasarkan Al-
Qur`an dan As-Sunnah, bukan konsep ketuhanan yang dibuat oleh keterbatasan akal
pikiran manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat ketuhanan (teologi)?
2. Apa yang dimaksud keimanan dan ketakwaan?
3. Bagaimana Implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern?
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang konsep ketuhanan dalam Islam sehingga tidak jatuh
pada kekufuran dan kemusyrikan
2. Memahami tentang keimanan dan ketakwaan
3. Dapat mengimplementasikan iman dan takwa dalam kehidupan modern.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Ketuhanan (Teologi)


Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan kekuatan
akal budi tentang tuhan. Tuhan memiliki banyak makna dari berbagai perspektif antar
umat manusia. Kajian tentang tuhan bukan hanya milik kaum agamawan saja, tetapi
juga banyak dilahirkan oleh kaum filsuf, baik percaya adanya tuhan maupun tidak.

Ilah dalam al-Qur’an ditafsirkan sebagai " Tuhan " kata tersebut digunakan untuk
menerangkan berbagai objek yang dimuliyakan atau dinomorsatukan manusia,
misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.

”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


Tuhannya ?”

Ayat di atas menunjukkan kata ilah bisa mengandung arti berbagai entitas, baik
abstrak. Kata illah pada al-Qur’an juga digunakan sebagai bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Jadi dapat
disimpulkan Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin tidak ber-Tuhan.

Tuhan (ilah) ialah entitas yang diprioritaskan (dianggap fundamental) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mengikhlaskan dirinya dikuasai olehnya,
makna diatas adalah pengertian Tuhan ( ilah ) menutut logika Al- Qur'an. Termuat di
dalamnya yang dijunjung, dicintai, disembah, dan didambakan dapat memberikan
kemaslahatan atau kebahagiaan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan kesusahan atau petaka.

Islam mengajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Struktur kalimat tersebut
diawali dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu bermakna bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam
hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
2.2 Keimanan dan Ketakwaan
2.2.1 Keimanan
Dalam penafsiran Al-Qur'an Surah At-Taubah ayat 62 yang artinya “Dia
(Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada
para orang yang beriman,” merupakan salah satu ayat yang membuktikan bahwa kata
Iman memiliki makna “Membenarkan.” Dimana iman itu ditunjukkan kepada Allah,
kitab-Nya dan Rasul-Nya. Dalam islam ada dua bentuk Iman, yaitu Iman Hak dan Iman
Batil
Ibnu Majah mengatakn bahwa iman itu adalah tambatan hati yang menggema ke
dalam seluruh ucapan dan menjelma ke dalam segenap laku perbuatan. Berdasarkan
hadist diatas Iman memegang prinsip dasar, yakni segala isi hati, ucapan dan perbuatan
sama dalam satu keyakinan. Maka orang – orang beriman adalah mereka yang di dalam
hati nuraninya, disetiap lisannya dan segala tingkah - lakunya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip.
Atau juga pandangan dan sikap hidup

2.2.2Ketakwaan
Dalam Islam istilah takwa merujuk pada keyakinan akan eksistensi Allah,
membenarkannya, dan takut akan Allah. Istilah ini sering didapati dalam Al-Quran.
Muttaqin : mengacu pada orang yang bertakwa, atau seperti ucapan Ibnu Abbas,
“orang-orang yang meyakini (Allah) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh
akan segala perintah-Nya."
Takwa menurut bahasa universal adalah Umat Islam yang beriman yang selalu
menjauhi SEGALA larangan Allah, dan melaksanakan SEGALA PERINTAH Allah. Nah, kenapa
saya mengatakan bahwa Orang beriman belum tentu bertakwa , sedangkan yang bertakwa
sudah jelas beriman?.
Karena masih banyak yang meng-imani Allah, Rasull dan lainnya itu masih enggan
melaksanakan perintah Allah, dan masih banyak pula orang yang dengan sengaja bertindak
melanggar larangan Allah. Sementara orang yang bertakwa sudah jelas ia mempercayai Allah
dengan melaksanakan perintah dan tidak melanggar larangannya.

2.3 Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern


Adaptasi modernisme, meskipun tidak secara total yang dilakukan bangsa
Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
pengkhayal. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing.Mayoritas
permasalahan masa kini adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern
yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap nafas kehidupan
umat islam selalu dihadapkan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi
sangat menarik insting kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang
mendukung.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan era umat islam terdahulu yang intim
dengan kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup
mendukung kualitas iman seseorang. Dari persoalan tersebut, umat muslim perlu
merealisasikan konsep khusus yang sederhana mengenai pelatihan muslim menuju
sikap takwa sebagai kompas penuntun arah kehidupan menuju jalan Allah yang sesuai
dengan al – Qur’an dan sunnah sehingga dapat digunakan (dipahami) dengan mudah
oleh muslim lainnya.
Oleh karenanya setiap pribadi seorang muslim harus paham pos – pos alternatif
yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling esensial adalah gadhul bashar
(memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah
awal dari segala tingkah laku, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh
panca indera kemudian diteruskan ke otak dan direfleksikan oleh anggota tubuh yang
pada akhirnya berimbas ke hati sebagai zona bermukimnya taqwa.
Bagaimana penerapan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari? Berikut ini
adalah bebrapa contoh penerapan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari:
 Perbanyaklah membaca Al-Quran.
 Menyempurnakan shalat.
 Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman.
 Perbanyak amal shalih.
 Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Semua manusia mempunyai fitrah ketuhanan sejak sebelum ia


dilahirkan, jadi seorang insan nampaknya tidak mungkin tidak bertuhan. Para
kelompok atheis yang tidak memiliki kepercayaan dan bahkan menyangkal konsepsi
tentang eksistensi tuhan, bagaimanapun juga mereka tetap memiliki Tuhannya sendiri,
tetapi Tuhan yang mereka yakini berbeda dengan Tuhan yang diyakini oleh penganut
agama, terutama agama islam.

Jika Tuhan yang diyakini pemeluk agama adalah Tuhan yang menciptakan
alam semesta beserta isinya dan mengatur seluruh aksi yang terjadi di jagat raya maka
Tuhan yang diyakini orang atheis adalah segala sesuatu yang ia puja seperti sains,
ideologi yang dianutnya , dan semua perihal keduniawian. Orang atheis dikategorikan
sebagai orang kafir karena penyangkalan mereka terhadap Tuhan Pencipta Alam
Semesta padahal mereka mengetahui bahwa alam semesta itu bukan semata-mata ada
begitu saja, tetapi diciptakan oleh tuhan.

Tuhan (ilah) ialah entitas yang diprioritaskan (dianggap fundamental) oleh


manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mengikhlaskan dirinya dikuasai olehnya,
Sesuai dengan tuntunan agama islam , hanya ada satu Tuhan di jagad raya ini, yaitu
Allah SWT. Kita sebagai penganutnya-Nya wajib meyakini bahwa tidak ada Tuhan
Penguasa yang lebih pantas daripada-Nya.

Bentuk konkret dari iman tidak boleh hanya berupa ikrar atau pernyataan
tanpa makna didalam hati , melainkan sudah sepatutnya dilakukan dengan aksi nyata
berupa menjalankan perintah-Nya dan tidak melanggar laranga-Nya secara ikhlas
setulus hati, jiwa, dan raga.

Saran
1. sebagai seorang yang beragama Islam kita tidak hanya wajib untuk mempercayai
Allah SWT tetapi kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu pada
kehidupan sehari-hari dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
2. Selain itu, kita juga harus beramal kepada sesama, memperhatikan orang lain,
berkasih sayang dan mencintai sesama makhluk ( Hablum Minanas)
3. Manusia yang diciptakan sempurna dan dibekali akal pikiran seharusnya banyak
melakukan observasi (pengamatan) pada kejadian-kejadian di alam sekitarnya.
Dengan begitu, manusia akan merasakan kasih sayang Allah AWT dan lebih
mempercayai adanya keberadaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta beserta
isinya serta memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Soepriatno, Agung Soedrajat (2008). Konsep Ketuhanan Dalam Islam. [Online].


Tersedia:http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam,
24 Agustus 2021, pukul 09.30 WIB.

Yandi, Nur(2012). Filsafat Ketuhanan Dalam Islam. [Online]. Tersedia: http://nuryandi-


cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/06/filsafat-ketuhanan-dalam-islam.html,
24 Agustus 2021, pukul 09.30 WIB.

Zulfianto (2018). Iman dan Takwa. [Online]. Tersedia: Iman dan Takwa : Artinya, dan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. (zulfianto.com), 25 Agustus 2021, pukul 16.00
WIB.

Anda mungkin juga menyukai