Anda di halaman 1dari 17

LARINGITIS

DISUSUN OLEH:

NUR AINUL MARDHYAH

(2014070)
PLETON 7

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

FINA FARAHMA YANTI MUTIARA SUCI

D-III AKADEMIK KEPERAWATAN


MAPPAODANG MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah S.A.W karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Salawat serta salam marilah selalu kita hadiahkan kepada baginda rasul
Muhammad S.A.W yang telah mengajari kita nikmatnyaislam dan ilmu
pengetahuan. Makalah ini di buat untuk memenuhi tuntutan tugas LDK
dengan judul dari makalah ini adalah “Laringitis” Dalam pembuatan
makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam menggapai tujuan materi ataupun konsepnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan dari
pembaca. Terima kasih

Makassar, 09 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................


DAFTAR ISI........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................
B. TUJUAN ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI PENYAKIT..................................................................
B. ANATOMI LARING.....................................................................
C. FISIOLOGI LARING...................................................................
D. ETIOLOGI...................................................................................
E. PATOFISIOLOGI........................................................................
F. MANIFESTASI KLINIS................................................................
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................
H. PROGNOSIS..............................................................................
I. PENATALAKSANAAN MEDIS...................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................ ...............................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring.
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut
maupun kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam
kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan
laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam
bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun
infeksi virus.

Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran
mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan
membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila
terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara
tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan
terdengar lebih serak. Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada
usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada
usia diatas 3 tahun.

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan teoritis laringitis
2. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan laringitis
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu
banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah
suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang
membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara
terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus
otot dan tulang rawan (http://www.sehatgroup.web.id/).
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk
suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita
suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan
membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara
yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak.
Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak
terdengar.
(http://www.sehatgroup.web.id/)
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama
(kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena
terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat
menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

B. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.
Berikut ini akan ditampilkan laring secara anatomi.Bentuk laring menyerupai limas
segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih
besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan
batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os
hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen
utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan
kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan
dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral.
Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua
sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah
kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk
bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid
yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini
mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus
muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang
dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa
atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior
korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis
tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong
makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua
pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis.

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi
menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid,
m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring
sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari
dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian
akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
(Cohen JL 1997,369-76)

C. Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur
besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka
didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan
laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring
mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh,
menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
(Cohen JL 1997,369-76)

D. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan
suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya,
atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga
disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau
regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan
tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar
kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca
dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai
bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
1. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi
bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang
terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu
penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma,
flu atau radang paru-paru (pneumonia).
(http://www.klinikindonesia.com/)
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi

2. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang
terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan,
banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam
kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut
gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang
berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu
dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut
berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak
tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema
dan eritema laring.
(Abdurrahman MH, 2006,13-20)
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis
dan laringitis luetika.
3. Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca
pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis
menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat
pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga
bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat
berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium
yaitu :
1. Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat
mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak
bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel
berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu
saat akan pecah dan terbentuk ulkus
2. Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar.
Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3. Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring
terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang
rawan.
4. Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding
posterior, pita suara dan subglotik.
4. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana
terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan
laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus
sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat
kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik


laringitis akut Laringitis kronis
1. Rhinovirus 12. Infeksi bakteri

2. Parainfluenza virus 13. Infeksi tuberkulosis

3. Adenovirus 14. Sifilis


4. Virus mumps 15. Leprae

5. Varisella zooster virus 16. Virus

6. Penggunaan asma inhaler 17. Jamur

7. Penggunaan suara berlebih 18. Actinomycosis


dalam pekerjaan : Menyanyi,
19. Penggunaan suara berlebih
Berbicara dimuka umum
Mengajar 20. Alergi

8. Alergi 21. Faktor lingkungan seperti asap,


debu
9. Streptococcus grup A
22. Penyakit sistemik : wegener
10. Moraxella catarrhalis
granulomatosis, amiloidosis
11. Gastroesophageal refJluks
23. Alkohol

24. Gatroesophageal refluks

E. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada
musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya
didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi
ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika
berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah dari suara yang biasa / normal dimana tOerjadi gangguan getaran
serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan
sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat
celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu
yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa
lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa
anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,
pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang
dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa
anak.
(http://www.news-medical.net/)

1. Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri
ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering
yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai
sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak,
terutama di atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring,
juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.
2. Laringitis Kronik
Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering
mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring
hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.
(www.blogsehat.com)
3. Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa
kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-
minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis,
nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru.
Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau
paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
1. Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan
pucar. Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai
bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa
di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.
2. Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.
3. Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid,
dan epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk
sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat
fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.

Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus
yang lama atau sering residif.

Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan
lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi
langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA.
(Mansjoer, Arif.1999, 125)
H. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3
tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan
pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
(www.blogsehat.com)

I. Penatalaksanaan Medis
Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik,
menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping
yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang
mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda
sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang
berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul
korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan
penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan
menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat
mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat
membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2
antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan
kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan
trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan
antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti
eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema.
Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring,
serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat
tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan
pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling
sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap
kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari
faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian
obat anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer
dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi
bila timbul sumbatan jalan napas.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)
BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada
laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold.
Penyakit ini pada orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak
bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat
menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat
berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi
total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim /
cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan
minum-minum alkohol dan alergi. Adapun gejala klinis yang sering kita temukan
pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau
afoni, sesak nafas bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara,
gejala common cold dan inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan
mukasa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita
suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau
paru. Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak
berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat
menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. Untuk
penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian antibiotik yang adekuat dan
kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu dirawat dirumah sakit
namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur kurang dari
setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, diagnosis penderita
masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai. Prognosis untuk
penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2,


Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath
Desease, New york, Thieme medical publisher:1994:414-15
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190 - 200
Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and
Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease
And Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media
Aesculapius. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai