Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FLU BURUNG

KELOMPOK VI

GREGORIUS KEVIN

ASRAWATI

RIRIN SULASTRI. T

YUSNALIAH

KHAERUL. M

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Askep ini
dengan baik.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai suatu penyakit yaitu FLU BURUNG.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga MAKALAH sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kita
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan

MAKASSAR , April 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian...........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................3
C. Patofisiologi........................................................................................3
D. Manifestasi Klinis...............................................................................4
E. Penatalaksanaan..................................................................................4
F. Pencegahan.........................................................................................5
G. Pengobatan..........................................................................................6
H. Komplikasi..........................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................9
B. SARAN................................................................................................9

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas baik berupa burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi.
Data lain menunjukkan penyakit ini dapat juga mengena pada puyuh dan burung unta.
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada
unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal
dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek,


Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya
kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan
oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati
akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu
3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi
Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia
juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan
lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah
enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun
dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta
Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan
remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO
menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang
sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit
flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang
meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari
8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

1
B. Rumusan Maalah
C. Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau
avian influenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza
A sub tipe H5N1 yang biasanya menyerang unggas tetapi juga dapat
menyerang manusia. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dan
memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini menyerang
alat pernapasan, pencernaan dan system saraf pada unggas.
Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam,
kalkun dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies hewan
tertentu selain unggas misalnya baabi, kuda, haarimau, macan tutul dan
kucing. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus yang
terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang lebih rentan adalah jenis
unggas yang diternakkan secara massal.

B. ETIOLOGI

Etiologi flu burung, atau disebut juga avian influenza, adalah virus
influenza tipe A, yang merupakan virus RNA famili Orthomyxoviridae. Asam
nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode
11 jenis protein. Berdasarkan protein hemagglutinin (H) dan neuraminidase
(N), telah teridentifikasi subtipe 16 H dan 9 N. Subtipe H5N1 sangat patogen
dengan mortalitas infeksi pada manusia mencapai 60%. Beberapa sifat virus
H5N1, antara lain bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan >30
hari pada suhu 0 C. Tidak dapat bertahan hidup pada suhu 60 C selama 30
menit, 56 C selama 3 jam, dan 80 C selama 1 menit, serta mati dengan
deterjen, desinfektan, dan cairan yang mengandung iodin atau alkohol 70%.

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi flu burung (avian influenza) berbeda dengan penyakit


influenza pada umumnya, terjadi mutasi genetik baik secara antigenic
drift ataupun antigenic shift guna mempertahankan diri dan meningkatkan

3
sifat patogenitasnya dengan membentuk varian-varian baru. Terdapat 2
glikoprotein pada membran virus flu burung, yakni hemagglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA).
Pada fase awal, infeksi virus melibatkan banyak glikoprotein HA yang
berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) pada rantai
samping karbohidrat dari permukaan glikoprotein dan glikolipid. Setelah
terjadi replikasi virus, enzim penghancur reseptor yakni neuraminidase (NA)
akan menghilangkan sialic acid (SA) dari permukaan sel yang terinfeksi
sehingga terbentuk virus baru untuk menginfeksi sel lebih banyak.
Virus flu burung lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah
karena adanya perbedaan pada protein hemaglutinin dan jenis residu
dari sialic acid (SA) yang mengikat protein dibandingkan dengan virus
influenza pada umumnya. Pada virus flu burung, terdapat sialic acid alpha(2-
3) galactose yang ditemukan di terminal bronkus dan alveoli. Sedangkan,
pada virus influenza terdapat sialic acid alpha (2-6) galactose yang
ditemukan pada sel epitel di saluran pernapasan bagian atas.

D. MANISFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis flu burung tergantung pada subtipe virus yang


menginfeksi, mulai dari tanpa gejala hingga pneumonia dengan gagal organ
multipel. Manifestasi klinis awal dapat berupa Penyakit
Serupa Influenza (PSI) dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek,
nyeri otot, sakit kepala, dan lesu.

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan awal adalah penilaian keadaan umum secara cepat


agar keadaan yang mengancam jiwa dapat ditangani segera. Lalu, dilakukan
penatalaksanaan secara definitif dengan antivirus.Selain daripada itu,
survailans dan penanganan dini komplikasi (seperti pneumonia dan acute
respiratory distress syndrome) juga merupakan bagian penting dari
tatalaksana flu burung.

4
F. PENCENGAHAN

Kebiasaan pola hidup sehat tetap memegang peranan penting dalam


pencegahan. Untuk flu adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang
seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Kebiasaan mencuci tangan
secara teratur. Secara umum pasien influenza sebaiknya istirahat, banyak minum
dan makan bergizi.Sampai kini belum ada vaksin untuk menangkal flu burung
pada manusia walau ada berbagai jenis vaksin influenza, tetapi vaksin tersebut
dibuat untuk mencegah flu biasa bukan mencegah flu burung.
World Health Organization (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip
kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri
bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak
dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya kulit telur dan
telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan
memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu burung akan
mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau
800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di
dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman
mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah dimasak dengan baik.
Flu burung yang mana belum ada obat atau vaksinnya, maka upaya yang
dilakukan hanya bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan dalam tubuh.

1). Pencegahan Luar

Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan


dari lingkungan agar tidak masuk ke dalam tubuh.
Tindakannya adalah:
o   Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal
dari unggas harus menggunakan pelindung.
o   Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.
o   Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk
mengurangi resiko penularan.
o   Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang
terkena wabah flu burung.
o   Tetap terapkan pola hidup sehat.

5
2).Pencegahan Dalam

Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi


obat dan makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Obat
Obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu
burung adalah obat antiviral misalnya amantadine dan
rimantadine dan penghambat neurominidase misalnya
oseltamivir dan zanimivir.
Obat ini digunakan dalam pencegahan dan pengobatan
influenza di beberapa Negara dan diperkirakan dapat juga
mengatasi penyakit flu burung.

· Makanan
Mengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan
kandungan antioksidan tinggi seperti buah dan sayuran.
Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan
kita semua dapat terhindar dari penyakit flu burung ini.

G.PENGOBATAN

Pengobatan flu burung pada ternak


Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui
obat maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun
vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada
hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat
ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai
berikut:

1.      Biosekuriti
Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga
keamanan hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman
terhadap individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:
a.    Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas,
pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang.
b.   Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk
peternakan.

6
c.    Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai
pakaian pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.
d.   Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.

2.      Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan
yang tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi
virus flu burung adalah menyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat
dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara
disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan pakan yang
tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi.

3.      Vaksinasi
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui
ada virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed
vaccine) yang resmi dari pemerintah.

Pengobatan flu burung pada manusia


Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan
virus ini akan mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa
tindakan untuk mewaspadai flu burung:
·         Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.
·         Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk
pembentukan kekebalan tubuh yang optimal.
·         Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.
·         Hindari berkunjung ke peternakan.
·         Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan
mulut.
·         Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
·         Cukup istirahat.
Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat
diambil adalah:
·         Tidak panik, tapi tetap waspada.
·         Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

7
·         Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas
Kesehatan setempat supaya ditindaklanjuti.

·         Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum


tentu tertular. Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar
manusia.
Penanggulangan di rumah sakit :
·         Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).
·         Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %
·         Hidrasi
·         Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator
·         Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika,
mukolitik, dekongestan.

H. KOMPLIKASI

Pneumonia. Sepsis. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)


Kegagalan multiorgan, misalnya gagal jantung dan gagal ginja

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Flu burung  (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa
terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influensa tipe
A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
Influensa A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung di Hongkong,
Vietnam, Thailand, dan Jepang. Di Vietnam dan Thailand juga menyerang
pada manusia dengan delapan kasus diantaranya meninggal.

B. Saran
Kami sadar atas keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu besar
harapan bagi kami atas kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan makalah
ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, Budi Tri. 2006. Waspada Flu Burung. Penerbit Kanisius : Yogyakarta

Irianto, K., 2007. Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I, Yrama


Widya. Jakarta.
Soejoedono, D. Retno. 2006. Flu Burung. Penerbit Swadaya : Depok.
Pustaka Internet

10

Anda mungkin juga menyukai