B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan lokasi anatomi
a. Infeksi saluran pernafasan akut atas
Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi yag mnyerang saluran
pernafasan bagian atas (faring). Terdapat beberapa gejala yang ditemukan pada infeksi
ini yaitu demam,batuk, sakit tenggorokan, bengkak diwajah, nyeri telinga, ottorhea, dan
mastoiditis. Beberapa pemyaki yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut
atas yaitu sinusitis, faringitis, dan otitis media akut.
b. Infeksi saluran pernafasan akut bawah
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang menyerang saluran
pernafasan bagian bawah. Seseorang yang terkena infeksi pada saluran pernafasan
bawah biasanya akan ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan
wheezing. Beberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut
bawah yaitu bronchiolitis, bronchitis akut, san pneumonia.
2. Berdasarkan kelompok umur
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan
1) Pneumonia berat : selain batuk atau sukar bernafas, ditemukan nafas cepat
(>60x/menit) atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke atas.
2) Bukan pneumonia : hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas namun tidak
ditemukan nafas cepat (<60x/menit) dan tarikan dinding bagian bawah ke dalam.
b. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun
1) Pneumonia berat : selain batuk dan sukar bernafas juga ditemuakn tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing)
2) Pnemunia : tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah ke dalam, namun
ditemukan nafas cepat sesuai golongan umur (2 bulan-<1 tahun :50 kali atau
lebih/menit; i-<5 tahun :40 kali atau lebih/menit).
3) Bukan pneumonia : tidak ditemukan nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, hanya ditemukan batuk dan sukar bernafas.
C. ETIOLOGI
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasma, herpes virus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung
(Wijayaningsih, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan resiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi
terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsih, 2013).
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran pernafasan bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Colman, 1992). Iritasi virus pada kedua
lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering.
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernafasan, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah
batuk (Colman, 1992). Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang
rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk
yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi
virus pada saluran pernafasan dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus
yang menyerang saluran pernafasan atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga menyebar ke saluran pernafasan
bawah.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun menyerang saluran pernafasan bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya
infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Colman,
1992). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran pernafasan terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran pernafasan yang sebagian
besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri
khas sistem imun mukosa.Ciri khas berikutnya adalah bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang
peranan pada saluran pernafasan atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan
bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran pernafasan(Colman, 1992). Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA
ini dapat dibagi menjadi empat tahap,yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belummenunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi,virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan
batuk.
4. Tahap lanjut penyakit,dibagi menjadi empat,yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan
ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
E. MANIFESTASI KLINIS
Saluran pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada saluran
pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses
infeksi, dan usia sseorang serta status kesehatan secara umum.
Tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang yaitu :
1. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu pengeluaran
cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair,
kongjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering paada
bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali
terjadi, dan terkadang timbul demam.
2. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya didahului
oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilekdan sakit
ternggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai dengan
batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang
banyak, dapat bersifar mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik,
biasanya akan ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi
sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernafasan hanya
bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala tidak memerlukan pengobatan antibiotik (Prabu, 2009).
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Upaya pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA sedang pada anak
menurut Prabu (2009), antara lain :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai
penutup hidung dan mulut bila kontak langsung degan anggota keluarga atau orang
yang sedang menderita penyakit ISPA.
2. Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain menurut Purba (2003) antara lain :
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
3. Penatalaksanaan medis
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b. Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan aureus.
1
c. Pneuminia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3x /2 sendok teh,
ampisillin (500 mg) 3 tab puyer / x bungkus / 3x sehari /8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d. Pneumonia berat yaitu benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus / 3x bungkus / 3x sehari / 8 jam.
e. Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3x 1 /2 sendok teh, quinolon 5 mg, dll.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi merupakan akibat dari bakteri sinus paranasal dan bagian-bagian lain saluran
pernafasan. Limponodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang-kadang bernanah,
mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi
yang paling sering ditemukan pada bayi-bayi kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan,
infeksi virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran permafasan atas juga melibatkan
saluran pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala saluran
permafasan bawah tidak mencolok atau tidak ada (Prabu , 2009).
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan
alamat.
b. Penanggung jawab atau pengantar meliputi nama, alamat, hubungan dengan klien,
telepon.
2. Keluhan utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau makan, anak rewel dan
gelisah, sakit kepala.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan : penyakit infeksi yang pernah di derita ibu selama hamil.
b. Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir premature, penyakit
persalinan, apgar score.
4. Keadaan kesehatan saat ini
Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan dangkal gelisah, ronchi (+),
wheezing (+), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah diare.
5. Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, pneumonia, dan infeksi saliuran nafas lainnya.
6. Riwayat sosial
Siapa pengasuh klien, interaksi sosial, kawan bermain, dan peran ibu.
7. Kebutuhan dasar
a. Makan dan minum
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB dan muntah.
b. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, lesu, penurunan aktivitas, banyak berbaring.
c. Eliminasi Urine/BAK
Tidak begitu sering
d. Kenyamanan
Mialgia, sakit kepala
e. Hygiene
Penampilan kusut, kurang tenaga
C. DIAGNOSTIK TEST
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suriadi, Yuliani R, 2001).
III. PENYIMPANGAN KDM
Nyeri Akut
Asidosis
Pola nafas
tidak efektif
Defisit Nutrisi
IV. MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas (D.0149)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis keengganan untuk makan (D.0019)
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ( D.0130)
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (D.0077)
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Coleman. (1992). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I. Serageldin
(Ed). Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39. Washington, DC : The World
Bank.
Dinas Kesehatan Indonesia. (2011). Profile kesehatan Indonesia. Jakarta : Dinas Kesehatan
Pemerintahan Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi I ,
Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Ke perawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi I , Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria HasiL Keperawatan,
Edisi I , Jakarta: DPP PPNI
Wijayaningsih, K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info Media