PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengu dan disebarkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan
cenderung menimbulkan shock (Misnadiarly, 2009:10)
Demam dangue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disertai leucopenia, ruam, limfa denopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh serotipe
virus dengue, dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian
(Depkes, RI 2010)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechie),
lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak
darah, muntah darah,kesadaran menurun atau renjatan (shock) (Kemenkes
RI, 2011:133).
2. Klasifikasi Derajat DBD
WHO 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya:
Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur
3. Epidemiologi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spectrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD),
DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock
syndrome (DSS) ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus
yang terinfeksi. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus
dengue yang termasuk ke dalam family Flaviridae dan genus Flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4.1 Dalam 50
tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan
ekspansi geografis ke negara-negara baru. Penderitanya bnayak ditemukan
disebagian besar wilayah tropis dan subtropics terutama di Asia Tenggara,
Amerika Tengah dan Karibia (Chandra,Aryu.2010)
Kejadian luar biasa pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di
Asia ditemukan di manila pada tahun 1954 dan dilaporkan oleh Quintas.
Tahun 1958 terjadi kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue
“Thai” yang ditemukan di Bangkok-Thonburi sekitarnya. Tahun 1960 di
singapura ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dewasa muda dalam
jumlah yang lebih banyak dengan hasil isolasi virus dengue menunjukan
tipe 1 dan 2 (Soegjianto, 2016 : 24)
Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga
di wilayah asia lainnya. Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari
penderita di kamboja pada tahun 1961 . di Penang Malaysia Barat penyakit
Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan pada tahun 1962
(Soegjianto, 2016 : 25)
Negara lain di Asia Barat yang meliputi Bangladesh, India,
Srilangka dan Maldive dikenal sebagai daerah yang tenang dari ancaman
serangan penyakit Demam Berdarah Dengue. Walaupun demikian epidemi
dengan pucak dua klai telah dilaporkan juga dari Calcuta sekitar bulan Juli
1963 dan Maret 1964 dan tahun 1966 kejadian luar biasa penyakit ini
dalam jumlah sedikit dilaporkan di Srilangka (Soegjianto, 2016 : 25)
Untuk di Indonesia sendiri kasus ini telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis
DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 32 (97%) dan 382 (77%)
kabupaten/kota pada tahun 2009 . selain itu terjadi juga peningkatan
jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun1968 hanya 58 kasus berubah
menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 (Mariana, Sofia.2016)
4. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam
group B Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang
ditularkan melalui serangga. Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak
Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe lain yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3 atau bahkan 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah diindonesia (Sudoyo Aru,dkk : 2009).
9. Penetalaksanaan
Berdasarkan panduan WHO (2009), pasien dengan infeksi dengue
dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu grup A, B, dan C. pasien yang
termasuk grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien yang
termasuk grup B atau C harus menjalani perawatan dirumah sakit. Sampai
saat ini belum tersedia terapi antiviral untuk infeksi dengue. Prinsip terapi
bersifat simptomatis dan suportif.
1. Grup A
Yang termasuk grup Adalah pasien yang tanpa disertai warning
signs dan mampu mempertahankan asupan oral cairan yang ade kuat
dan memproduksi urin minimal sekali dalam 6 jam. Sebelum
diputuskan rawat jalan, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan.
Pasien dengan hematocrit yang stabil dapat dipulangkan. Terapi
dirumah untuk pasien grup A meliputi edukasi mengenai istirahat atau
tirah baring dan asupan cairan oral yang cukup, serta pemberian
paracetamol. Pasien beserta keluarganya harus diberikan KIE tentang
warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar secepatnya
kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs itu selama perawatan
dirumah.
2. Grup B
Yang termasuk grup B meliputi pasien dengan warning signs dan
pasien dengan kondisi penyerta khusus (co-existing condition) pasien
dengan kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua,
diabetes mellitus, gagal ginjal, atau dengan indikasi social seperti
tempat tinggal yang jauh dari RS atau tinggal sendiri harus dirawat di
rumah sakit. Jika pasien tidak mampu mentoleransi asupan cairan
secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan intravena dapat
dimulai dengan memberikan larutan NACL 0,9% atau Ringer’s Lactate
dengan kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu,
balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksiurin, dan
warning signs.
Tata laksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah
sebagai berikut :
a. Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7
ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemuadian kurangi kecepatan tetes
menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi
lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai respon klinis
b. Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika
hematocrit stabil atau hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi
cairan dengan kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam.
c. Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai
HCT, tingkatkan kecepatan tetes menjadi 5-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam.
d. Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematocrit dan
evaluasi kecepatan tetes infus. Kurangi kecepatan tetes secara
gradual ketika mendekati akhir fase kritis yang diindikasikan
oleh adanya produksi urin dan asupan cairan yang adekuat dan
nilai hematocrit dibawah nilai baseline.
e. Monitor tanda vital dan perkusi perifer (setiap 1-4 jam sampai
pasien melewati fase kritis), produksi urine hematocrit
(sebelum dan sesudah terapi pengganti cairan, kemudian setiap
6-12 jam), gula darah, dan fungsi organ lainnya (profil ginjal,
hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).
3. Grup C
Yang termasuk grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma
(plasma leakage) berat yang menimbulkan shok dan/atau akumulasi
cairan apnormal dengan distress nafas, pendarahan berat, atau
gangguan fungsi organ berat. Terapi terbagi menjadi terapi shokter
kompensasi (compensated shock) dan terapi syok dan terapi syok
hipotensif (hypotensive shock). Terapi cairan pada pasien dengan syok
terkompensasi meliputi:
a. Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10
ml/kg/jam selama 1 jam. Nilai kembali kondisi pasien, jika
terdapat perbaikan, turunkan kecepatan tetes secara gradual
menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5
ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama 2-4
jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik pasien. Terapi
cairan intravena dipertahankan selama 24-48 jam.
B. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan. Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, defuse pleura
dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto toraks
sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitas kanan (pasien tidur
disis kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG (Hadinegoro.2010).
C. Diagnosis Serologis
Menurut Hadinegoro 2010 Dikenal 5 uji serologis yang dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue, misalnya:
1). Uji Hemaglutinasi Inhibisi (Haemagglutination Inhibistion
Tes = HI Tes )
2). Uji Komplemen Fiksasi (Complemen Fixation Tes = CF tes)
3). Uji Netralisasi (Neutralization Tes = NT Tes)
4). Igm Elisa (Mac. Elisa)
5). IgG Elisa
D. Isolasi Virus
Kepastian diagnosis paling baik adalah apabila dapat menemukan virus
(Hadinegoro.2010).
B. Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Primer
a. Anamnesa
I. Identitas klien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Tanggal masuk :
Tanggal Keluar :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue
II. Identitas Penganggung Jawab
Nama :
Umur :
Hubungan dengan Pasien :
Pekerjaan :
Alamat :
III. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhankan apa yang klien rasakan saat
itu
IV. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang diderita klien saat ini
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Jika pasien memiliki riwayat kesehatan sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF/DBD pada anggota keluarga yang
lain juga sangat menentukan, karena penyakit DHF/DBD adalah
penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty.
d. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan di sekitar klien kurang bersih, bak mandi
yang jarang di bersihkan sehingga dapat menimbulkan jentik jentik
nyamuk yang menyebabkan demam berdarah dengue, tempat
sampah, terdapat genangan air di tempat tempat tertentu.
V. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : tidak terkaji
b. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
c. Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
BAK
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
d. Pola Eliminasi dan Latihan
1). Aktivitas : Tidak Terkaji
2). Latihan : Tidak Terkaji
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
VI. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
b. Tanda Tanda Vital
Suhu badan : 36,5℃ - 39℃
Nadi : 80 X/M
RR : 20 X/M
TD :
SPO2 :
c. Keadaan Fisik
1). Kepala dan Leher :
2). Dada :
3). Paru :
4). Jantung :
5). Payudara dan Ketiak :
6). Abdomen :
7). Genetika :
8). Integument :
9). Genetalia :
10). Ekstremitas :
11). Status Mental :
12). Pengkajian Saraf Cranial :
13). Pemeriksaan Refleks :
d. Pola Kognitif dan Persepsi :
e. Pola Persepsi dan Konsep Diri:
f. Pola Tidur dan istirahat
Sebelum Sakit :
Sesudah sakit :
g. Pengkajian Psikososial
1) Anak : Perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi
dengan penyakit, mekanisme koping yang digunakan
2) Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stres
2. Diagnosa Keperawatan
a). Hipertemia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
b). Resiko Perdarahan (D.0012)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Sirkulasi