Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEBUTUHAN DASAR PROFESI (KDP)

KONSEP REKREASI DAN BERMAIN

DISUSUN OLEH :
Danik Kuswati P27220019193
Fatimah Emma Syahara P27220019207
Muhammad Khairul Huda P27220019220
Sarah Nur Maya P27220019234
Winda Ayu Fitaloka P27220019248

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN PROFESI KEPERAWATAN
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “KONSEP REKREASI DAN BERMAIN” ini dengan baik. Dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Sri Lestari Dwi Astuti, SKp.,Ns., M.Kes selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan masukan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yangmembangun demi perbaikan dimasa depan.

Surakarta, 9 September 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memiliki gaya hidup yang sihat, rekreasi adalah satu
keutamaan. Rekreasi juga adalah aspek penting di dalam kehidupan seharian
seseorang. Selain nutrisi, olahraga, rekreasi merupakan salah satu faktor
pendukung gaya hidup sehat. Salah satu terapi digunakan pada pasien
gangguan jiwa adalah terapi rekreasi. Dikarenakan terapi ini membuat pasien
menjadi bahagia, senang, dan dapat bersosialisasi antara pasien, perawat, dan
lingkungan sekitar. Tetapi terapi rekreasi ini di indonesia belum begitu
terkenal di bandingkan dengan terapi-terapi yang sudah ada saat ini. Terapi
rekreasi ini bisa di kombinasikan dengan terapi-terapi lain, seperti terpi
lingkungan, terapi musik, terapi seni dan terapi gerak (Handayani, 2012)
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan
kepada orang-orang yang menderita berbagai cacat dan penyakit. Terapi
rekreasi digunakan di beberapa daerah penyakit seperti Alzheimer, Parkinson,
gangguan kognitif dan neurologis. Terapi rekreasi sangat efektif bagi pasien
yang menarik diri, dikarenakan pada pasien yang menarik diri interaksi
sosialnya kurang. Diharapkan setelah mengikuti terapi rekreasi ini, pasien
yang awalnya menarik diri dapat merubah sikap dan prilakunya untuk
bersosialisasi dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar
(Harsono. Y, 2015)

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM) pada tahap anak yaitu rekreasi dan Bermain.
C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode diskriptif dan metode
studi pustaka yaitu menggunakan buku referensi untuk pembuatan makalah
dan referensi dari internet dan sumber buku yang telah tersedia.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Rekreasi berasal daripada bahasa Latin yaitu recretio yang berarti
penyegaran kesehatan (Torkildsen, 1992). Dengan kata lain, rekreasi
membawa maksud penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang.
Menurut Edington & Kraus et al. (1990), rekreasi merupakan satu aktiviti
yang dilakukan semasa waktu lapang, menyenangkan dan mempunyai kualiti
secara social (Agus Mahendra, 2012).
Jadi rekreasi secara keseluruhannya digambarkan sebagai perbuatan
seseorang individu menyertai sesuatu aktiviti dengan kerelaan serta
kesenangan pada masa lapang. Pengertian bermain sangatlah unik dan
deskriptif. Terdapat berbagai pandangan dan pengertian yang diberikan oleh
kaum akademik maupun non akademik secara luas dan beraragam, mulai teori
klasik yang dikaitkan dengan “surplus energy” dan hewan. Teori ini
menyatakan, semakin tinggi spesies makhluk hidup semakin banyak waktu
dihabiskan untuk bermain di mana pada kasus spesies yang lebih rendah
energi dikeluarkan hanya untuk memenuhi kebutuhan utama organisme
tersebut (Alifatin, 2014)

B. Tujuan Rekreasi
Menurut Krippendorf (1994), kegiatan rekreasi merupakan salah satu
kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang
diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat. Secara psikologi
banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan adanya beberapa
kesibukan dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja,
tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara
pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan
untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa
pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan,
diantaranya untuk kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang
dapat memulihkan kekuatan baik fisik maupun mental (Hawari D, 2014).
Banyak nilai yang dapat diperoleh dari rekreasi dengan menggunakan
dasar persekutuan. Ketegangan dapat dilepaskan dan energi yang ada dapat
digunakan dengan cara-cara yang berguna. Anak-anak dapat diajari bagaimana
berolah raga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan individu dapat
dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi. Anak-anak perlu belajar berelasi
dengan orang lain di arena bermain sebagaimana di dalam kelas atau rumah.
Kreativitas dapat ditingkatkan dan dibangun, dan cara-cara baru untuk
melakukannya dapat diperkenalkan. Salah satu manfaat penting dari rekreasi
adalah dalam pembentukan karakter/sifat. Telah dikatakan bahwa “anak-anak
belajar melalui bermain”. Melalui suatu program rekreasi yang telah disusun
dan direncanakan dengan baik, anak-anak dapat belajar untuk menikmati
penggunaan waktu sebaik-baiknya. Tantangan pada pengajaran yang efektif
dengan menggunakan latar alami amat tidak terbatas bagi para pemimpin dan
para guru. Tujuan rekreasi adalah sebagai berikut :
1. Pengisi waktu luang
2. Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan
3. Sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan pengganti/pelengkap),
contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja
4. Sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk kegiatan
berkelompok serta rekreasi aktif). Untuk memperoleh kesegaran jasmani
dengan olahraga yang menyenangkan dan memperoleh kesenangan.

C. Macam-Macam Rekreasi
Rekreasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Rekreasi aktif
Rekreasi aktif adalah jenis rekreasi yang memerlukan banyak aktivitas
fisik/ tenaga. Seperti: mendaki gunung, sepak bola, traveling.

2. Rekreasi Pasif
Rekreasi pasif adalah jenis rekreasi yang banyak melibatkan aktivitas
relaksasi dan tidak memerlukan banyak tenaga. Contoh: menonton TV,
mendengarkan music, kuliner.

D. Jenis-Jenis Rekreasi
1. Pariwisata
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk
aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang
melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata
Dunia. Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka
menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal,
makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi,
keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian,
petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini
sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa
kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini
adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah
untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada
orang non-lokal.
2. Olahraga
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak
hanya secara jasmani tetapi juga rohani (misalkan olahraga tradisional dan
modern).
3. Permainan
Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan
bersenang- senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan.
Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama.Permainan ada
tingkatannya berdasarkan umur, ada permainan anak dan ada permainan
dewasa.Ada juga permainan untuk umum yaitu permainan computer.
4. Hobi
Hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang
untuk menenangkan pikiran seseorang. kataHobi merupakan sebuah kata
serapan dari Bahasa Inggris "Hobby". Tujuan hobi adalah untuk memenuhi
keinginan dan mendapatakan kesenangan. Terdapat berbagai macam jenis
hobi seperti mengumpulkan sesuatu (Koleksi), membuat, memperbaiki,
bermain dan pendidikan dewasa.

E. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan
kepada orang-orang yang menderita dari berbagai cacat dan penyakit. Terapi
rekreasi digunakan di beberapa daerah penyakit seperti Alzheimer, Parkinson,
gangguan kognitif dan neurologis.
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media
reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan
sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan
memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah
dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Terapi rekreasi membantu
untuk menyembuhkan orang dengan cara yang positif dan juga sebagai per
umpan balik dari pasien dan penelitian, orang-orang yang menggunakan terapi
ini jarang depresi atau stres karena penyakit mereka.

F. Manfaat Terapi Rekreasi


Adapun manfaat dari terapi rekreasi khususnya untuk klien dengan gangguan
jiwa antara lain :
1. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, dan
koordinasi.
2. Mempraktekkan pengguna gerakan volunteer maupun refleks dalam
tugas/kagiatan terarah.
3. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill
yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja.
4. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi.
5. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi.
G. Jenis Terapi Rekreasi
Jenis alat bantu yang akan digunakan sepenuhnya tergantung pada
jenis terapi rekreasi orang telah memilih. Misalnya, orang dengan masalah
kognitif dianjurkan untuk mengambil pelajaran musik. Mereka diajarkan
musik dengan bantuan alat musik seperti gitar dan piano. Namun, beberapa
orang mungkin tidak sepenuhnya cocok untuk menggunakan hal-hal ini. Ada
beberapa jenis terapi rekreasi dan beberapa yang paling populer adalah:
1. Alat bantu musik seperti gitar dan piano,
2. Hewan yang membantu terapi,
3. Teknik relaksasi,
4. Mediasi,
5. Spiritualitas,
6. Yoga,
7. Terapi bioskop,
8. Berkebun

H. Penerapan Terapi Rekreasi


1. Contoh 1
Memodifikasi alat bantu instrumen (dan bukan hanya alat-alat
musik) agar sesuai kebutuhan orang. Penyandang cacat dan orang cacat
sekarang bisa belajar musik, instrumen untuk bermain, berkebun dan
hortikultura. Ada berbagai macam jenis alat bantu untuk berbagai
keperluan dalam terapi rekreasi. Bahkan pakaian pribadi seperti sepatu
dansa khusus dibuat atau orang-orang cacat. Sebagai contoh, seseorang
dengan gangguan pendengaran dapat menggunakan teknologi berbasis visi
untuk membaca dan memahami hal. Seseorang yang tuli adalah selalu juga
bodoh dalam banyak kasus dan itulah sebabnya perangkat berbasis visi
dapat lebih bermanfaat bagi mereka.
2. Contoh 2
Penerapan terapi yang lain bisa dengan terapi relaksasi. Salah satu
cara terapi relaksasi ialah mandi rempah-rempah. Mandi rempah-rempah
yaitu mandi dengan berbagai jenis rempah-rempah, susu, dan garam serta
coklat. Mandi merendam memakai bahan-bahan tertentu (Janny
Bodhipala).
a. Manfaat mandi rempah-rempah :
1) Rileksasi ( kenyamanan pikiran )
2) Merawat dan menyehatkan tubuh
3) Menyehatkan kulit dan sistem muskuloskeletal
b. Beragam jenis mandi rempah-rempah :
1) Mandi aroma terapi
2) Menggunakan bahan rempah-rempah secara tradisional
3) Diracik sesuai kebutuhan klien
4) Dikemas dalam liquid ( cairan minyak esensial ekstra tumbuh-
tumbuhan dan bunga-bungaan )
c. Tujuannya dilakukan terapi relaksasi mandi rempah yaitu :
1) Menstimulasi peredaran darah
2) Merileksasikan otot-otot tubuh yang tegang
3) Meredakan sters
d. Proses berendam dengan cara yaitu :
A. Siapkan air hangat ( sesuai suhu tubuh )
B. Pilih beberapa jenis bunga-bungaan (sesuaikan dengan kesenangan
aromaterapeutik klien) yang mengandung bahan anti inflamasi,
ekspektoran, bronhodilator.
C. Tuangkan bahan-bahan bunga tersebut ke dalam air hangat.
D. Biarkan dengan sesaat ± 15 menit.
E. Berendamlah selama ± 20-30 menit.
F. Pada saat berendam, pori-pori kulit terbuka dan mengeluarkan
kotoran
G. Bilas dengan air bersih,sebelum badan dikeringkan
H. Pori-pori kulit akan kembali bersih

I. Manfaat bermain untuk kesehatan:


1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri pada anak.
Ketika bermain, anak akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka
harus memilih apa yang akan dimainkan. Anak juga memilih di mana dan
dengan siapa mereka bermain. Semua pilihan itu akan membantu
terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa
mampu mengendalikan diri. Permainan memotong kertas, mengatur letak
atau mewarnai misalnya dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak
ada batasan yang harus diikuti. Identitas dan kepercayaan diri dapat
berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak
menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih
baik, mereka akan semakin mampu menghadapi tantangan permainan yang
terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi oleh aturan-aturan.
2. Standarmoral
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap
baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain
dalam kelompok.
3. Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan
kepercayaan diri
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial
dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat
dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi
serta bernegosiasi. Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan
suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan
dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar
harus bertanggung jawab.
4. Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia
miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Orangtua akan dapat
semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat
permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan
kesan-kesan dan harapan anak dan keluarganya.
5. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide
yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa
abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas
dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh
rutinitas harian yang membosankan.
6. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak
mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu
kelompok. Ketika anak memainkan peran 'baik' dan 'jahat', hal ini
membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami
perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia
hadapi.

7. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak


Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya
melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar.
Hal ini sangat memengaruhi perkembangan psikologisnya. Permainan
akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi
kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan
berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam
setiap permainan.
8. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara
lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu
mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan
memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara
saat bermain.
9. Mengembangkan kemampuan dan keseimbangan otak kanan pada anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka
kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman
sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan
begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan
otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah
maupun di rumah.
J. Kategori permainan
Mildred Parten mengemukakan bahwa, terdapat 6 jenis permainan
anak yang berusia 2 sampai 5 tahun. Penelitian Parten ini meninjau permainan
anak yang dilihat dari sisi tingkah laku sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Permainan bebas (unoccupied play). Anak hanya melihat-lihat segala
sesuatu yang menarik perhatiannya, dan melakukan gerakan-gerakan
bebas. Pada jenis ini anak mulai usia 0-1.5 tahun.
2. Permainan mengamati (onlooker play). Anak melihat dan memperhatikan
anak-anak lain bermain.
3. Bermain sendiri (solitary play). dalam kelompok, anak dibiarkan bermain
sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak
terjadi kontak antara satu sama lain.
4. Permainan paralel (parallel play). Anak bermain dengan permainan yang
sama, tetapi tidak terjadi kontak antara anak yang satu dengan yang lain.
5. Permainan asosiatif (assosiative play). Anak bermain bersama-sama dan
saling meminjam alat permainan.
6. Permainan berkelompok (cooperative play). Anak bermain dalam
kelompok yang terorganisir dan memiliki aturan.

K. Jenis-jenis permainan
Menurut Seifert & Hoffnung (1994), membagi permainan anak
menjadi 4 jenis, yang dibagi berdasarkan pada tahap-tahap perkembangan
kognitif, yaitu sebagai berikut:
1. Permainan fungsional (functional play). Permainan fungsional adalah
permainan selama periode sensorimotorik dengan bentuk permainan yang
bersifat fisik dan berulang.
2. Permainan konstruktif (constructive play). Permainan konstruktif adalah
bentuk permainan yang menggunakan benda untuk membangun atau
membuat sesuatu.
3. Permainan dramatik (dramatic play). Permainan dramatik adalah suatu
bentuk permainan yang dilakukan secara berpura-pura.
4. Permainan dengan aturan (formal play). Permainan dengan aturan adalah
suatu bentuk permainan yang dilakukan oleh anak dengan memiliki
aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh anak yang memainkannya.

Setelah kita mengetahui jenis atau kategori di atas, berikut klasifikasi


permainan-permainan anak berdasarkan jenis dan usia.
1. Functional Play.
Sejauh mana kau pergi? Dimainkan anak usia 4 tahun termasuk jenis
permainan solitary play.Berebut ekor kera dimainkan anak usia 5 tahun
termasuk jenis permainan cooperative play.
a. Berlari melompat dan berhenti untuk anak usia 2 tahun termasuk jenis
permainan onlooker play.
b. Mencari pasangan untuk anak usia 5 tahun termasuk jenis permainan
assosiative play.
c. Mengambil bola melalui rintangan untuk anak usia 5 tahun termasuk
jenis permainan parallel play.
2. Constructive Play
a. Tembok raksasa untuk anak usia 4 tahun termasuk jenis permainan
solitary play.
b. Bujur sangkar besar untuk anak usia 4 tahun termasuk jenis permainan
solitary play.
c. Mencocokkan balok untuk anak usia 2 tahun termasuk jenis permainan
onlooker play.
d. Lego untuk anak usia 3 tahun termasuk jenis permainan solitary play.
e. Puzzel untuk anak usia 3 tahun termasuk jenis permainan solitary play.
3. Dramatic Play
a. Saat minum teh untuk anak usia 3 tahun termasuk jenis permainan
solitary play.
b. Bermain pura-pura telepon untuk anak usia 4 tahun termasuk jenis
permainan assosiative play.
c. Bermain pura-pura tentang cita-cita untuk anak usia 4 tahun termasuk
jenis permainan assosiative play.
d. Bongkar pasang untuk anak usia 6 tahun termasuk jenis permainan
assosiative play.
e. Metamorfosis kupu-kupu untuk anak usia 6 tahun termasuk jenis
permainan assosiative play.
4. Formal Play
a. Sendok bola untuk anak usia 5 tahun termasuk jenis permainan
parallel play.
b. Balapan karung untuk anak usia 6 tahun termasuk jenis permainan
cooperative play.
c. Bowling untuk anak usia 6 tahun termasuk jenis permainan parallel
play.
d. Estafet bendera untuk anak usia 6 tahun termasuk jenis permainan
cooperative play.
e. Mana pasanganku? Untuk anak usia 5 tahun termasuk jenis permainan
assosiative play.
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Jurnal (Terlampir)
B. Analisa Jurnal (PICOT)
1. Nama peneliti
Noverita, Mulyadi, dan Mudatsir Magister Keperawatan, Fakultas
Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Bagian Pulmonologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain
terhadap tingkat kecemasan anak usia 3-5 tahun yang berobat di
Puskesmas Peukan Baro Kabupaten Pidie. Penelitian berjenis kuantitatif
ini didesain dalam bentuk quasi experiment melalui pendekatan pre-post
test design without controlling yaitu kecemasan diukur sebelum dan
sesudah diberikan terapi bermain.
3. Populasi (P)
Jumlah Populasi pada penelitian ini menggunakan sampel yang didapat
sebanyak 75 anak.Yang rerata berusia 3-5 tahun yang berobat ke
Puskesmas Peukan Baro Kabupaten Pidie.
4. Intervensi (I)
Penelitian berjenis kuantitatif ini didesain dalam bentuk quasi experiment
melalui pendekatan pre-post test design without controlling yaitu
kecemasan diukur sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain.
5. Comparation (C)
Pada Penelitian ini menggunakan desagin penelitian pre-post test design
without controlling dalam bentuk quasi experiment dan hasil pengolahan
data dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu
Wilcoxon Signed Rank Test tanpa ada pembanding yang digunakan.

6. Outcame (O)
Dalam penelitian menyebutkan bahwa hasil penelitian yang telah
dilakukan terdapat hasil ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
kecemasan anak antara sebelum dilakukan terapi bermain dengan sesudah
dilakukan terapi bermain di Puskesmas Peukan Baro Kabupaten Pidie
dengan nilai p value 0,000. Pada pengukuran pertama didapatkan nilai
rata-rata sebelum dilakukan terapi bermain dengan mean 18,65 dan
standart devisiasi 3,359, sedangkan pada pengukuran yang kedua
didapatkan hasil nilai rata-rata sesudah dilakukan terapi bermain dengan
mean 13,77 dan standart devisiasi 5,429.
7. Time (T)
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 26 Juni sampai dengan 29 Juli 2016
di Poliklinik Anak Puskesmas Peukan Baro Kabupaten Pidie.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan cara
yang positif dan juga sebagai per umpan balik dari pasien dan penelitian,
orang-orang yang menggunakan terapi ini jarang depresi atau stres karena
penyakit mereka. Aktifitas di atas dapat memenuhi banyak kebutuhan dan
keinginan dari suatu individu, serta penting untuk perkembangan fisik maupun
psikososialnya. Perubahan pola aktifitas dapat merubah dari disfungsional dari
suatu individu dikarenakan individu itu unik. Perubahan tersebut dilakukan
melalui motorik, kognitif dan sosial learning. Salah satu cara yang digunakan
dalam terapi rekrasi yaitu terapi relaksasi berupa mandi rempah-rempah. Hal
tersebut bertujuan untuk meredakan stress.

B. Saran.
1. Dalam suatu proses pasti seseorang individu akan mengalami suatu
kekurang bahkan suatu kelebihan. Diantara kelebihan itu terdapat suatu
kekurangan, seperti didalam hal yang kelompok kami hadapi. Maka dari
itu kelompok kami mengharapkan saran khususnya dari dosen
pembimbing dan umumnya dari rekan-rekan.
2. Bagi perawat dan pihak Puskesmas untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan pada anak yang berobat di puskesmas,
dengan meningkatkan perhatian dan memberikan terapi bermain sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta menyediakan sarana bermain
sehingga anak-anak akan merasa aman dan nyaman selama dalam
perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono.(2010). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan


Usia Dini. Jakarta : Grasindo

Agus Mahendra. (2012). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar, Pendekatan


Gerak Dominan Olahraga. Depdiknas. Dirjen Dikti

Alifatin. A., Irma. S. (2001). Pengaruh terapi bermain. Retrieved 20 Februari


2014, from www.educare.com

Hamid, Moh. Azhar Abdullah. (2009). Permainan Kreatif SD dan Pelatihan


Jurulatih. Bandung. Profesional

Hale, M.A (2014). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak yang
Mengalami Hospitalisasi di Ruang Mirah Delima Rumah Sakit William
Booth Surabaya. Jurnal Stikes William Booth, 7-10

Handayani & Puspitasari (2008), Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat


kooperatif anak usia 3-5 th yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta. Retrieved 20 Februari 2014, from www.ugm.ac.id.

Harsono. Y. (2005). Pengaruh Terapi Bermain terhadap Perilaku Kooperatif


Anak selama Menjalani Perawatan di RS. Dr. Sardjito. Retrieved 20
Februari 2014, from www.ugm.ac.id

Hawari D. (2004). Manajemen Stress, Cemas, Depresi. Jakarta : FKUI.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. 8th
edition. St.louis: Mosby Elsevier.
Hurlock. E. B. (2011). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Indriani, L. (2014). Pengaruh pemberian terapi aktivitas bermain terhadap


tingkat kecemasan anak usia toddler akibat hospitalisasi di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD Kota Bekasi tahun 2013. Skripsi, 5-6

Karahmadi, M., & Jalali, S. (2011). Effectiveness of group play therapy in


generalized anxiety disorder of children. Journal Ishafan University of
Medical Science, Iran Tel, 35

Mulyaman. I. (2006). Terapi Bermain untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan


Akibat hospitalissai pada Anak Usia Sekolah. Retrieved 20 Februari 2014,
from www.ugm.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai