DISUSUN OLEH :
P27220018064
2. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot napas tambahan
untuk bernapas, pernapasan napas faring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan mulut, ekpirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola napas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. (NANDA, 2013)
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas, yaitu takhikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis,
warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
(NANDA, 2013)
3. Klasifikasi
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2
adalah
Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas
Darah,
Menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi :
Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol.
Tidak terjadi penumpukan CO2
Mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah
Efisien dan ekonomis
Nyaman untuk pasien.
Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini
penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami
humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan
udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat
mencegah komplikasi pada pernafasan.
Adapun jenis-jenis terapi oksigen yang diberikan :
a. Kanul
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt.
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas
makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa
nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas
karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
b. Tenda wajah/masker
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah (Kusyati, 2011).
4. Fisiologis
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi(
Potter &Perry, 2006).
a. VentilasiVentilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan
keluar paru-paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak
yang elastic dan persarafanyang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah
diagfragma(Potter & Perry, 2006).Ventilasi adalah proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru, jumlahnyasekitar 500 ml. Udara yang masuk
dan keluar terjadi kare.na adanya perbedaantekanan antara intrapleural lebih
negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760mmHg) sehingga udara
akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat
kompliansi paru,tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif,
dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.Kompliansi menurun pada
penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura, dan
kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis atau fraktur
iga.Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi
jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema
trakeal. Jika tahananmeningkat, jumlah udara, jumlah udara yang
melalui jalan nafas anatomismenurun. Ekspirasi merupakan proses
pasif normal yang bergantung pada property recoil elastic dan
membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak samasekaliVolume
ParuVolume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary. Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau
yang meninggalkan paru-paru.
Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan,
sepertikehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang
obstruktif. Jumlahsurfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot
bantu pernafasan mempengaruhitekanan dan volume di dalam paru-
paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.
Tekananintrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer
yakni 760 mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke
dalam paru-paru, maka tekananintrapleura harus lebih negative dengan
gradient tekanan antara atmosfer danalveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasidan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kapiler danalveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifatfleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga
dapatdipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darahsistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebihtinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernafasan terjadi dimembrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane (Potter & Perry, 2006).
5. Faktor-faktor yang menyebabkan Oksigenasi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan,
perilaku, dan lingkungan.
Tabel dibawah ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi :
6. Penanganan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
1) Pembersihan jalan napas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan napas
b. Pola napas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi-fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernapas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien (semi-fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
.
7. Macam-Macam Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
sputum ditandai dengan batuk produktif.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh ditandai
dengan bradipnea.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya kefektifan
permukaan paru.
8. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk a. Pernapasan ronchi,
tindakan keperawatan karakter bunyi napas wheezing
selama … x 24 jam dan adanya secret. menunjukkan secret
diharapkan bersihan 2. Berikan air minum osbtruksi jalan
jalan napas efektif hangat. napas.
sesuai dengan kriteria 3. Beri posisi yang b. Membantu
: nyaman seperti posisi mengencerkan
1. Menunjukkan jalan semi-fowler. secret.
napas bersih. 4. Sarankan keluarga agar c. Memudahkan pasien
2. Suara napas normal tidak memakaikan untuk bernapas.
tanpa suara pakaian ketat pada d. Pakaian ketat yang
tambahan. pasien. menyulitkan pasien
3. Tidak ada 5. Kolaborasi untuk bernapas.
penggunaan otot penggunaan nebulizer. e. Kelembaban
bantu napas. mempermudah
4. Mampu melakukan pengeluaran dan
perbaikan bersihan mencegah
jalan napas. pembentukan mukus
tebalpada
bronkusdan
membantu
pernapasan.
2. Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi a. Mengetahui
tindakan keperawatan pernapasan pasien. frekuensi pernapasan
selama … x 24 jam tinggikan kepala dan pasien.
diharapkan bersihan dan bantu mengubah b. Duduk tinggi
jalan napas efektif posisi. memungkinkan
sesuai dengan kriteria b. Ajarkan teknik bernapas ekspansi paru dan
: dan relaksasi yang memudahkan
a. Menunjukkan pola benar. pernapasan.
napas efektif c. Kolaborasikan dalam c. Dapat memberikan
dengan frekuensi pemberian obat. pengetahuan pada
napas 16-20 pasien tentang
kali/menit dan teknik bernapas.
irama teratur. d. Pengobatan
b. Ajarkan teknik mempercepat
bernapas dan penyembuhan dan
relaksasi yang memperbaiki pola
benar. napas.
c. Kolaborasikan
dalam pemberian
obat.
3. Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk 1. Wheezing atau
tindakan keperawatan karakter bunyi napas mengindikasi
selama … x 24 jam dan adanya sekret. akumulasi
diharapkan bersihan b. Beri posisi yang secret/ketidakmamp
jalan napas efektif nyaman seperti posisi uan membersihkan
sesuai dengan kriteria semi-fowler. jalan napas sehingga
: c. Anjurkan untuk otot aksesori
a. Menunjukkan bedrest, batasi dan digunakan dan kerja
perbaikan ventilasi bantu aktivitas sesuai pernapasan
dan oksigenasi. kebutuhan. meningkat.
b. Tidak ada sianosis. d. Ajarkan teknik 2. Memudahkan pasien
bernapas dan relaksasi untuk bernapas.
yang benar. 3. Mengurangi
e. Kolaborasikan terapi konsumsi oksigen
oksigen pada periode
respirasi
4. Dapat memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang
teknik bernapas.
5. Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nyeri
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang
masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk; sputum;
nyeri; medikasi; dan adanya faktor risiko untuk gangguan status oksigenasi.
1) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
2) Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
a) Nyeri
b) Paparan lingkungan atau geografi
c) Batuk
d) Bunyi nafas mengi
e) Faktor risiko penyakit paru (misalnya perokok aktif atau pasif)
f) Frekuensi infeksi pernapasan
g) Masalah penyakit paru masa lalu
h) Penggunaan obat
3) Adanya batuk dan penanganan
4) Kebiasaan merokok
5) Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler (kelemahan, dispnea)
6) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi kesehatan (Wahit
Iqbal, 2005), yaitu :
a) Riwayat hipertensi
b) Merokok
c) Usia paruh baya atau lanjut usia
d) Obesitas
e) Diet tinggi lemak
f) Peningkatan kolesterol
g) Riwayat penggunaan medikasi
h) Stressor yang dialami
i) Status atau kondisi
b. Pola batuk dan produksi sputum
Menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara
mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami
penyakit kanker juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit
pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana
pasien sedang makan, merokok, atau pada saat malam hari. Pengkajian
terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan
adanya kecendrungan mengakibatkan alergi). Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur dengan
darah. (Aziz Alimul, 2006)
c. Sakit dada
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas,
Faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila pasien
berubah posisi, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan
ekspirasi dengan rasa sakit. (Aziz Alimul, 2006)
d. Pengkajian fisik
1) Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas, (frekuensi,
kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara
umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.
2) Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas
dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada
dan penggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh- tujuh”
secara berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak
tangan nya. Normaalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang
sehat dan akan meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga
dilakukan untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya
nyeri tekan, titik impuls maksimum abnormalitas masa dan kelenjar
sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.
3) Perkusi
Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk
mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru,. Perkusi
sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada
penyakit tertentu adanya udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi
hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar
apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoskop. Bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas durasi, atau
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid atau akurat,
auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik
paru, auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi napas vasikuler,
bronchial, bronkovasikular, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya
perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya. (Wahit Iqbal,
2005)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan :
1) Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
2) Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan napas,
secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
3) Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial,
PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan :
1) Ansietas
2) Posisi tubuh
3) Deformitas tulang
4) Deformitas dinding dada
5) Penurunan energi dan kelelahan
6) Hiperventilasi
7) Kelelahan otot-otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
1) Perubahan membran kapiler-alveolar
2) Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk a. Pernapasan ronchi,
tindakan keperawatan karakter bunyi napas wheezing
selama … x 24 jam dan adanya secret. menunjukkan secret
diharapkan bersihan b. Berikan air minum osbtruksi jalan
jalan napas efektif hangat. napas.
sesuai dengan kriteria c. Beri posisi yang b. Membantu
: nyaman seperti posisi mengencerkan
a. Menunjukkan jalan semi-fowler. secret.
napas bersih. d. Sarankan keluarga agar c. Memudahkan pasien
b. Suara napas normal tidak memakaikan untuk bernapas.
tanpa suara pakaian ketat pada d. Pakaian ketat yang
tambahan. pasien. menyulitkan pasien
c. Tidak ada e. Kolaborasi untuk bernapas.
penggunaan otot penggunaan nebulizer. e. Kelembaban
bantu napas. mempermudah
d. Mampu melakukan pengeluaran dan
perbaikan bersihan mencegah
jalan napas. pembentukan mukus
tebalpada
bronkusdan
membantu
pernapasan.
2. Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi a. Mengetahui
tindakan keperawatan pernapasan pasien. frekuensi pernapasan
selama … x 24 jam tinggikan kepala dan pasien.
diharapkan bersihan dan bantu mengubah b. Duduk tinggi
jalan napas efektif posisi. memungkinkan
sesuai dengan kriteria b. Ajarkan teknik bernapas ekspansi paru dan
: dan relaksasi yang memudahkan
a. Menunjukkan pola benar. pernapasan.
napas efektif c. Kolaborasikan dalam c. Dapat memberikan
dengan frekuensi pemberian obat. pengetahuan pada
napas 16-20 pasien tentang
kali/menit dan teknik bernapas.
irama teratur. d. Pengobatan
b. Ajarkan teknik mempercepat
bernapas dan penyembuhan dan
relaksasi yang memperbaiki pola
benar. napas.
c. Kolaborasikan
dalam pemberian
obat.
3. Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk a. Wheezing atau
tindakan keperawatan karakter bunyi napas mengindikasi
selama … x 24 jam dan adanya sekret. akumulasi
diharapkan bersihan b. Beri posisi yang secret/ketidakmamp
jalan napas efektif nyaman seperti posisi uan membersihkan
sesuai dengan kriteria semi-fowler. jalan napas sehingga
: c. Anjurkan untuk otot aksesori
a. Menunjukkan bedrest, batasi dan digunakan dan kerja
perbaikan ventilasi bantu aktivitas sesuai pernapasan
dan oksigenasi. kebutuhan. meningkat.
b. Tidak ada sianosis. d. Ajarkan teknik b. Memudahkan pasien
bernapas dan relaksasi untuk bernapas.
yang benar. c. Mengurangi
e. Kolaborasikan terapi konsumsi oksigen
oksigen pada periode
respirasi
d. Dapat memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang
teknik bernapas.
e. Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.
a. Mandiri
Aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif
Tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan
yang berwenang.
c. Kolaboratif
Tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan atas
keputusan bersama.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1 :
a. Menunjukkan adanya kemampuan dalam.
b. Menunjukkan jalan napas paten.
c. Tidak ada suara napas tambahan.
d. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan napas.
Diagnosa 2:
a. Menjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman napas yang
normal.
b. Tidak ada sianosis.
Diagnosa 3 :
a. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
b. Tidak ada gejala distres pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Iqbal. 2009. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.