Anda di halaman 1dari 23

PENDAMPINGAN PADA PASIEN

MENJELANG AJAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

ARYANI FITRIA NUR NIKMAWATI

RIYADHATUL JINAN WAHDANIAR

NAHDAH PURNA NUGRAHA FITRI RAMDAYANI

NURAENI MARWANI

SITTI AISYAH A NURHIDAYA

KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2019
KATA PENGANATAR

Puji syukur kita panjatkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul
“Pendampingan Pada Pasien Menjelang Ajal” dapat diselesaikan. Tak lupa pula
kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
sebagai sosok teladan bagi seluruh umat

Makalah ini dibuat untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah senantiasa memberikan bimbingan serta arahan
kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai manusia biasa menyadari


bahwa makalah kami ini tidaklah sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Kami
dari tim penyusun mengharapkan kiritik, saran serta masukan yang membangun
sehingga kami dapat meminimalisir kesalahan baik itu dari segi penulisan, bahasa
maupun dari segi penyusunan. Kami dari tim penyusun berharap semoga apa yang
dapat kami sajikan di makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Akhir kata sekian dan terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Makassar, 29 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Definisi Kematian dan Menjelang Ajal ..........................................................3

B. Etiologi Kematian ...........................................................................................4

C. Manifestasi Klinis Kematian ..........................................................................4

D. Tahapan Menjelang Ajal ................................................................................5

E. Pendampingan Pasien Menjelang Ajal ...........................................................7

BAB III PENUTUP ..............................................................................................13

A. Kesimpulan ...................................................................................................13

B. Saran .............................................................................................................14

Daftar Pustaka ......................................................................................................15

Lampiran ..............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup temasuk manusia akan mengalami siklus
kehidupan. Kehidupan manusia yang dimulai dari dalam kandungan,
kelahiran hingga manusia menjalani kehidupannya dan berakhir pada
kematian. Perkembangan kehidupan manusia, mulai dari lahir hingga mati
merupakan hal yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
manusia. Data perkembangan kehidupan manusia tersebut kemudian dibentuk
kedalam suatu tabel kehidupan. Data ini amat dibutuhkan dalam membuat
kebijakan di bidang kesehatan. Kebijakan yang berdasar data yang tepat akan
memberi manfaat yang besar bagi perbaikan status kesehatan masyarakat luas
(Kambey., et al, 2013).
Perawat profesional dapat ditunjukan melalu cara dan tindakannya
baik serta sesuai dengan prosedur atau petunjuk yang disarankan. Yang
dimaksud dengan tindakan yang baik adalah tindakan dan sikap dalam
perawatannya manusiawi, artinya memberikan perlakuan yang dapat
menghargai pasien dan penuh rasa penghormatan terhadap harga diri pasien.
Untuk bisa menunjukan tindakan yang profesional, seorang perawat harus
menunjukan sikap yang teliti dan tindakannya berdasarkan pengetahuannya.
Seorang perawat yang profesional juga mampu menjaga kepercayaan dan
bertanggungjawab terhadap tugas yangdilaksanakannya dengan baik (Potter
& Perry, 2009;Jaelani, 2018).
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis,
sosiologis, psikologis dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual
seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat
penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat
ti[is dan mendekati sakratul maut. Seorang perawat seharusnya mempu
menempatkan dirinya sesuai perannya, seperti apa yang dikemukakan oleh

1
Henderson "The unique function of the nurses is to assist the individu, sick or
well in the performance of those activities contributing to health or it's
recovery (or to a peacefull death) that he would perform unaided if he had
the necessary strength will or knoeledge", yang mana dapat disimpulkan
bahwa perawat akan membimbing pasien saat sakratul maut hingga
meninggal dengan damai
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kematian dan menjelang ajal?
2. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kematian?
3. Apa saja tanda serta gejala pasien yang menjelang ajal?
4. Bagaimana pembagian tahapan orang yang menjelang ajal?
5. Apa saja peran perawat dalam mendampingi pasien yang menjelang ajal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu kematian dan menjelang ajal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dari kematian.
3. Mahasiswa mampu memaparkan tanda dan gejala pasien yang menjelang
ajal.
4. Mahasiswa mampu menafsirkan tahapan-tahapan orang yang menjelang
ajal.
5. Mahasiswa mampu memaparkan peran perawat dalam proses
pemdampingan pasien menjelang ajal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kematian dan Menjelang Ajal


Gillan et al (2014) menjelaskan kematian adalah penghentian
permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan manusia.
Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi
setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan
proses hidup yang diperlukan (Kozier, 2010).
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses
menuju akhir. Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat
seseorang tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai
konsep yang konkret dan abstrak (Kozier, 2010).
Dalam Potter & Perry (2009), pasien terminal merupakan pasien
rawat, yang jelas pasiennya akan meninggal dunia karena melihat dari
keadaannya yang semakin memburuk. Keadaan pasien tersebut bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya saja karena faktor kecelakaan.
Kondisi tersebutlah disebut dengan kondisi terminal, artinya dimana suatu
kondisi pasien yang secara jelas keadaannya semakin memburuk dan tidak
ada tanda-tanda untuk mendapatkan kebaikan. WHO sendiri mengatakan
kondisi terminal menurut keilmuan adalah suatu kondisi pasien yang tinggal
menunggu ajalnya dan dalam keadaan sekarat. Maka dalam kondisi demikian
perawat perlu melakukan perawatan secara khusus. Perawatan khusus
tersebut baik secara medis maupun non medis secara holistik. Dengan
demikian perawatan holistik sangat diperlukan bagi pasien, termasuk pasien
penyakit terminal (WHO, 2008). Jaelani (2018).
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat
untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas
merupakan suatu kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui

3
hubungan intrapersonal, interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi
berbagai masalah kehidupan (Yusuf, 2016).
B. Etiologi Kematian
1. Penyakit
2. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
3. Penyakit kronis, misalnya :
a. CVD (cerebrovascular diseases)
b. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal))
c. Diabetes militus (ganggua)
d. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler)
e. COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
4. Kecelakaan (hematoma epidural)
C. Manifestasi Klinik Pasien Menjelang Ajal
1. Tanda-tanda klinis pasien menjelang kematian :
a. Kehilangan kekuatan otot
1) Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun
2) Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya refleks
menelan
3) Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal
4) Penurunan kontrol spinkter, urinari dan rektal.
5) Gerakan tubuh yang terbatas
b. Kelambatan dalam sirkulasi
1) Kemunduran dalam sensasi
2) Sianosis
3) Akral dingin
c. Perubahan pada tanda-tanda vital
1) Nadi lambat dan lemah
2) Tekanan darah turun
3) Pernafasan cepat, dangkal dan tidak teratur
4) Suhu tubuh menurun

4
d. Gangguan sensori
1) Penglihatan kabur
2) Tidak mempu untuk bergerak
3) Kehilangan refleks
4) Nadi cepat dan lemah
5) Pernafasan chyne-stoke dan suara seperti mengorok
6) Tekanan darah sangat rendah
7) Mata dapat tertutup atau terbuka sedikit (sayu) (Kompasiana,
2016)
2. Tanda-tanda klinis saat meninggal
a. Pupil melebar permanen
b. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total
c. Tidak adanya gerakan dari oto, khususnya pernafasan
d. Tidak ada refleks
e. Gambaran mendatar pada EKG (elektro kardiogram)
3. Ciri/tanda klien lanjut usia menjelang kematian yaitu :
a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur.
Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki
b. Gerak peristaltic usus menurun
c. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
d. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung
hidungnya.
e. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
f. Denyut nadi mulai tidak teratur
g. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adan
ya lendir pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh
klien lanjutusia.
h. Tekanan darah menurun
i. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur). (Nugroho,
2010)

5
D. Tahap Menjelang Ajal
Dalam buku On Death and Dying, Elisabeth Kübler-Ross
menyebutkan ada lima tahap tanggapan manusia pada saat menjelang
kematian, dan terjadinya berurutan dari tahap satu ke tahap berikutnya mulai
dari sikap penyangkalan, isolasi, kemarahan, tawar menawar, depresi hingga
penerimaan. berikut ini tahapan kematian menurut Kübler-Ross (1970).
1. Tahap penyangkalan dan isolasi
Tanggapan pertama ketika memperoleh informasi tentang penyakitnya
yang tidak tersembuhkan adalah penyangkalan diri. Pasien menolak berita
buruk mengenai kesehatannya, meragukan keakuratan hasil laboratorium,
pemeriksaan dokter dan pemahaman atas data-data tentang dirinya.
Penyangkalan ini mendorongnya untuk mencari ahli lain yang dipandang
lebih mampu dengan harapan ada kesimpulan yang berbeda.
Penyangkalan disertai dengan kecemasan yang tinggi juga dapat terjadi
jika penyampaian informasi tidak memperhitungkan kesiapan pasien.
Menurut Elisabeth Kübler-Ross, tahap penyangkalan juga menjadi bentuk
mekanisme pertahanan diri yang sifatnya sementara, karena
sesungguhnya pasien belum sepenuhnya mampu menerima kematiannya.
Sikap berdiam atau menutup diri juga mungkin muncul karena pasien
kehilangan kepercayaan kepada pihak-pihak yang telah merawatnya.
2. Tahap kemarahan
Bila pada tahap pertama yang berupa penyangkalan tidak dapat mengubah
apa-apa lagi, maka muncullah perasaan marah. Pada tahap kemarahan ini,
pasien berubah menjadi tidak bersahabat dengan orang-orang di
sekitarnya, termasuk kepada dokter, perawat, keluarga dan sahabat-
sahabatnya. Menurut Elisabeth Kübler-Ross, pasien mudah curiga dan
tersinggung ketika ada yang berkunjung untuk menjenguknya. Apapun
yang dikerjakan bagi dirinya dianggap salah dan negatif.

6
3. Tahap tawar menawar
Menurut Elisabeth Kbüler-Ross, tawar-menawar merupakan suatu usaha
untuk menunda kematian. Bila pasien sudah menyadari tidak mampu lagi
menghindari kenyataan yang sangat menyedihkan dan sikap marah tidak
bisa mengubah keadaan, ia akan mengupayakan jalan damai dengan
membuat suatu perjanjian yang dapat menunda kematiannya dan
berupaya untuk memperpanjang hidupnya. Keinginan-keinginan yang
berbentuk perjanjian ini dilakukan karena memiliki rasa bersalah karena
memiliki konflik relasi dengan orang lain atau tidak melakukan hal-hal
baik dalam hidup sebelumnya.
4. Tahap depresi
Elisabeth Kübler-Ross menyebutkan setelah tahap kemarahan akan
muncul dua jenis depresi yaitu depresi reaktif dan depresi preparatory
(persiapan). Pada jenis depresi reaktif, pasien sudah mengalami peristiwa
kehilangan, misalnya pekerjaan, penghasilan dan harta benda yang harus
digunakan untuk biaya perawatan, demikian juga organ tubuh yang
diangkat, sehingga merasa menjadi manusia yang tidak sempurna. Pada
tahap ini pasien banyak mengungkapkan beban-bebannya dan
memerlukan interaksi secara verbal. Dalam kondisi depresi persiapan,
pasien sedang dalam proses kehilangan yang tidak dapat dielakkan,
misalnya kehilangan keluarga dan sahabat yang dicintainya. Pada tahap
ini, pasien membatasi minatnya pada orang lain dengan segala
masalahnya, berharap bertemu dengan sesedikit mungkin orang dan
melewati masa dukacitanya dengan diam-diam. Komunikasi yang terjadi
lebih banyak secara nonverbal. Pasien membutuhkan sentuhan tangan,
usapan rambut atau sekedar duduk bersama walau dalam situasi diam.
Depresi akan berlangsung seiring dengan melemahnya fisik.
5. Tahap penerimaan
Seseorang yang berada pada tahap ini akan merenungkan akhir hidupnya
dengan pengharapan tertentu, ia enggan diajak berbicara, dan tidak ingin

7
memikirkan beritaberita dari luar. Menurut Elisabeth Kübler-Ross, tahap
penerimaan perlu dibedakan dengan kebahagiaan. Pada saat itu terjadi
kehampaan perasaan dan rasa sakit sudah mulai mereda. Pergumulan
melawan rasa sakit tersebut juga sudah berhenti, dan pasien memasuki
istirahat terakhir sebelum melakukan perjalanan panjang berikutnya.
Pasien sudah menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Seperti pada
tahap depresi, komunikasi lebih banyak dilakukan secara non verbal
dengan genggaman tangan dan duduk mendampingi sebagai suatu pesan
bahwa ia merasa ada teman sampai akhir hidupnya (Widianto, 2018).
E. Pendampingan Pasien Menjelang Ajal
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai ajaran islam dalam
menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakratul
maut. Fase sakratul maut sering kali disebutkan oleh Rasulullah sebagai fase
yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan doa untuk
diringankan dalam fase sakratul maut. Gambaran tentang sakratul maut
dijelaskan dalam al quran dan hadits. "kalau sekiranya kamu dapat melihat
malaikat mencaut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan
belakang mereka serta berkata "rasakan olehmu sisksa neraka yang
membakar" (niscaya kamu akan merasa amat sangat nyeri)". (Q.S. Al
Anfal:50). "Alangkah dahsyatnya sekira kamu melihat diwaktu orang-orang
salim berada di tekanan-tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat
memukul dengan tangannya (sambil berkata) "keluarkanlah nyawamu!" pada
hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar dan karena
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya" (Q.S Al An'am:93)
Dalam membimbing pasien yang sedang sakratul maut, upaya-upaya
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan GCS (glasgow coma scale) pasien
GCS atau yang lebih din]kenal sebagai tingkat kesadaran terdiri dari nilai
dengan kisaran 3-15, yang merupakan kisarang tingkat kesadaran pasien

8
trauma atau kritis. Penjumlahan nilai respon merupakan asesmen
tingkatvkategori ketidaksadaran pasien, yaitu terbagi menjadi :
a. Ringan : 13-15 poin
b. Moderat : 9-12 poin
c. Berat : 3-8 poin
d. Koma : <3 (Sutjhahjo, 2016)

Tabel 1 : Penilaian GCS (sumber : Sutjhahjo, 2016)

Spontan : terbuka dengan kedipan 4


Terbuk pada perintah verbal, bicara atau 3
Eye opening jeritan
response (E) Terbuka pada rasa sakit, tidak terlihat pada 2
wajah
Tidak ada respon 1
Melakukan gerakan yang diperintahkan 6
Gerakan karena rangsang rasa sakit 5
Tidak merasakan sakit 4
Respon motorik (M) Pleksus tidak normal/decorticate posture 3
Respon ekstensor (rigid)/decerebrate 2
posture
Tidak ada respon 1
Terorientasi 5
Bicara membingungkan tetapi dapat 4
menjawab pertanyaan
Respon verbal (V)
Respon tidak jelas, kata-kata jelas 3
Bicara meracau 2
Tidak ada respon 1
2. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : "Talqinilah orang yang akan
wafat di antara kalian dengan Laa ilahaa illallah", barangsiapa yang

9
pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat,'Laa ilahaa illallah', maka ia
akan masuk surge suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum
itu musibah yang menimpanya". Perawat muslim hendaknya
mentalqinkan pasien terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul
khatimah.
3. Mendoakan dan mengatakan hal-hal baik di depannya
Berdasarkan pada hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya: "Apabila kalian
mendatangi orang yang sedang sakit atau ornag yang hamper mati, maka
hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik saja karena
para malaikat mengalami apa yang kalian ucapkan".
Dengan begitu, perawat harus berupaya memberikan support mental agar
pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan
yang terbaik unutk hambanya.
4. Berbaik sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah Swt.
Seperti di dalam hadits Bukhari "tidak akan mati masing-masing kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah Swt." Hal ini menunjukkan
apa yang kita pikirikan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena
Allah mengikuti prasangka umat-Nya.
5. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untk membasahi kerongkongan
orang yang sedang sakratul maut tersebut dengan air atau minuman.
Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas
yang telah diberi air. Karena bias saja kerongkongannya kering karena
rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-
kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit
yang dialami orang yang mengalami sakratul maut , sehingga hal itu dapat

10
membantu memudahkan dirinya dalam mengucapkan dua kalimat
syahadat (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah).
6. Menghadapkan orang yang sakratul maut kea rah kiblat.
Disunnahkan juga untuk menghadapkan orang yang sedang sakratul maut
menghadap kea rah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan
penegasan dari hadits Rasulllah SAW, hanya saja dalam beberapa atsar
yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para ulama sendiri telah menyebutkan dua cara ntuk menghadapkan orang
sakratul maut kea rah kiblat.
a. Berbaring telentang di atas punggungnya, sedangkan kedua telapak
kakinya dihadapkan ke arah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat sedikit agar ia menghadap kea rah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan orang yang sedang sakratul maut
menghadap kiblat. Dan Imam Syafi'I menganggap bentuk seperti ini
sebagai cara yang paling benar. Seandainya, posisi ini menimbulkan
sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kea rah
manapun yang membuatnya selesai.

Ayat Al Qur'an yang membahas tentang menjelang ajal.

‫ار َوأ ُد ِْخ َل‬ َ ‫ت ۗ َو ِإنَّ َما ت ُ َوفَّ ْونَ أ ُ ُج‬


َ ‫ور ُك ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ۖ فَ َم ْن ُزحْ ِز َح‬
ِ َّ‫ع ِن الن‬ ِ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس َذا ِئقَةُ ْال َم ْو‬

ِ ‫ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَازَ ۗ َو َما ْال َح َياة ُ ال ُّد ْن َيا ِإ ََّّل َمت َاعُ ْالغُ ُر‬
‫ور‬

Terjemahnya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan

sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka

sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah

kesenangan yang memperdayakan." Q.S Ali Imran:185.

11
Selain beberapa hal di atas, perawat juga dapat memberikan bantuan
kepada pasien yang menjelang ajal terkait pemenuhan kebutuhannya.

1. Bantuan emosional
a. Tahap denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan cara
menanyakan tentang kondisinya atau prognosisnya sehingga pasien
dapat mengekspresikan perasaannya.
b. Tahap marah
Biasanya pasien akan mengekspresikan perasaannya dengan
kemarahan dan tidak menerima keadaannya. Perawat perlu
membantunya agar mengerti bahwa marah masih merupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kematian.
c. Tahap tawar menawar
Pada tahap ini, perawat perlu mendengarkan segala keluhannya
danmendorong pasien untuk dapat berbicara. Cara ini dapat membantu
pasien mengurngi rasa bersalah dan takut yang dialaminya.
d. Tahap depresi
Pada tahap ini, perawat harus selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkn apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non-verbal yaitu duduk dengan tenang di dekat
pasien dan mengamati reaksi-reaksi non-verbal dari pasien yang dapat
menimbulkan rasa aman bagi pasien.
e. Tahap penerimaan
Tahap ini ditandai dengan perasaan tenang dan damai. Perlu
dijelaskan kepada keluarga dan teman-teman bahwa pasien telah
menerima keadaannya.
2. Bantuan pemenuhan kebutuhan fisiologis
a. Kebersihan diri
Hal yang dapat dilakukan yaitu pembersihan pada kulit, rambut,
mulut, badan dan bagian tubuh lainnya yang perlu untuk dibersihkan.

12
b. Mengontrol rasa sakit
Pemberian obat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada pasien
yang disesuaikan dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan
pasien.
c. Membebaskan jalan nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisikan pada posisi fowler
dan pengeluaran sekret (jika ada) perlu dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas. Untuk pasien tidak sadar, posisi yang lebih baik adalah
posisi sim.
d. Bergerak
Apabila kondisi pasien memungkinkan, pasien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti penggantian posisi tidur secara teratur, jika perlu
dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien karena tonus otot
sudah menurun.
e. Nutrisi
Pasien seringkali mengalami anoreksia dan mual karena adanya
penurunan peristaltik. Dapat diberikan anti ametik untuk mengurangi
mual dan merangsang nafsu makan.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant dapat diberikan
untuk mencegah konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat
diberikan urinal, pispot secara teratur atau pemsangan kateter.
g. Perubahan sensori
Pasien yang menjelang ajal penglihatannya menjadi kabur, sehingga
biasanya menghadapkan kepalanya ke arah yang terang. Pasien masih
dapat mendengar, meski tidak mampu untuk merespon. Jadi sebaiknya
perawat memberitahukan kepada keluarga untuk berbicara dengan
jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan memenuhi kebutuhan kebutuhan social.

13
a. Menanyakan orang yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
pasien dan diskusikan dengan keluarganya.
b. Menggali perasaan-perasaan pasien sehubungan dengan sakitnya dan
perlu diisolasi.
c. Meminta keluarga dan teman untuk sering berkunjung ke ruangan
pasien.
4. Bantuan memenuhi kebutuhan spiritual
a. Menyakan kepada pasien tentang harapan dan rencana hidup
selanjutnya menjelang kematian
b. Menanyakan kepada pasien untuk mendatangkan pemuka agama
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong pasien untuk melaksanakan kebutuhan
spiritual sesuai kemampuaanya (kompasiana.com, 2016).

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,
akhir dari kehidupan manusia. Menjelang ajal adalah bagian dari
kehidupan yang merupakan proses menuju akhir. Konsep menjelang ajal
dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang tumbuh, mengalami
berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai konsep yang konkret dan
abstrak
2. Penyebab dari kematian sendiri ada beberapa, seperti penyakit, keganasan
(karsinoma hati, paru, mammae), penyakit kronis (gagal jantung, gagal
ginjal, diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler dan lain sebagainya
serta kecelakaan.
3. Tanda dan gejala pada orang yang menjelang ajal dapat dilihat dari Pupil
mata tetap membesar atau melebar dan hilangnya semua reflex dan
ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil pemeriksaan EEG
dalam waktu 24 jam.
4. Tahapan menjelang ajal dibedakan menjadi lima tahap, yaitu tahap I
(penolakan), tahap II (marah), tahap III (tawar-menawar), tahap IV
(sedih/depresi) dan tahap V (menerima).
5. Perawat dalam mendampingi pasien yang menjelang ajal mempunyai
peran untuk membimbing pasien agar pasien dapat meninggal dalam
keadaan damai. Adapun upaya yang dapat dilakkan untuk memenuhi
perannya tersebut yaitu menalqin (menuntun) membaca syahadat,
mendoakan dan hanya mengatakan hal-hal yang baik di depannya,
membantu pasien untuk terus berbaik sangka kepada Allah Swt,
membasahi kerongkongan orang yang sakratul maut dan menghadapkan
ke arah kiblat orang yang sedang sakratul maut.

15
B. Saran
Sebagai perawat profesional, kita diwajibkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pasien baik dari biologis, psiko, sosial maupun spiritualnya.
Namun, sering kali kebutuhan spiritual dianggap sepeleh dan tidak
diperhatikan dengan baik. Padahal dalam semua agama kita diajarkan untuk
terus beribadah baik dalam keadaan sehat terlebih pada sakit. Dalam islam
sendiri dikatakan bahwa orang yang sakit akan diangkat dosanya. Jadi
alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus dapat lebih memperhatikan
hal ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jaelani. (2018). Hubungan Perawatan Pasien Menjelang Ajal dengan


Dokumentasi Keperawatan di Rumah Sakit Wilayah Kota Cirebon. Vol. 2
No. 8. Cirebon

Jayantra, Jessica Novia. (2018). Life Lived In Love: Konsep Jürgen Moltmann
Mengenai Eskatologi Pribadi. Vol. 17 No. 2. Tangerang.

Kompasiana.com/detra18/kebutuhan-dasar-manusia-ii-konsep-dan-asuhan-
keperawatan-pada-pasien-menjelang-ajal_552bc1ae6ea834027a8b4616

Maixenchs, Mariah dkk. (2018). Healthcare Providers' Views And Perceptions


On Post-Mortem Procedures For Cause Of Death Determination In
Southern Mozambique. PLoS ONE 13(7): e0200058.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0200058

Muishout, George dkk. (2018). Muslim Physicians And Palliative Care: Attitudes
Towards The Use Of Palliative Sedation. https://doi.org/10.1007/s00520-
018-4229-7

Nugroho, H. Wahjudi. (2010). Keperawatan Gerontik dan Pediatrik. Jakarta:EGC

Sutjahjo, Ari. (2016). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:Airlangga


University Press

Widianto, Budi. (2018). Lelaku: Memahami Pengalaman Menjelang Kematian


Lansia Jawa. Vol. 2 No. 2. Surakarta.

Yusf, Ah. (2016). Kebutuhan Spiritual Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta:Mitra Wacana Media

17
LAMPIRAN

Mind Map

18
Dokumentasi pencarian literature

19
20

Anda mungkin juga menyukai