ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIDROTORAK
OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan
segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang
ASKEP KLIEN DENGAN HIDROTHOTAKS. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Saya menyadari bahwa makalah saya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi saya yang sedang menempuh pendidikan yang dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman
dan saya khususnya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
4
PENDAHULUAN
5
1. Untuk Memahami Tentang Pengertian Hidrothoraks
2. Untuk Memahami Tentang Anatomi Dan Fisiologi
3. Untuk Memhami Tentang Etiologi
4. Untk Memahami Tentang Patofisiologi
5. Untuk Memahami Tentang Manisfestasi Klinik
6. Untuk Memahami Tentang Pemeriksaan Penunjang
7. Untuk Memahami Tentang Nutrisi Dan Pendidnikan Kesehatan Pada Pasien
Hidrothoraks
8. Untuk Memahami Tentang Farmakologi
9. Untuk Memahami Tentang Tanda Dan Gejala
1.3 Manfaat
Manfaat Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin, sehingga dapat yang diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta
menambahkan wawasan dan sarana.
BAB II
6
LANDASAN TEORI
Hysrothoraks merupakan suatu dimana terdpat penumpukkan cairan serusa yang ada di
rongga pleura. Paru berada dalam rongga pleura yang tekanananya selalu negative selama
siklus nafas (tekanan udara diluar dianggap =0 ) paru mengembang menempel pleura. Bila
tekanan rongga pleura jadi positif, paru-paru akan collaps. Hal ini terjadi pada:
Pleura merupakan membrane tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan :
Lapisan visceral. Yang dekat dengan permukaan paru dan lapian parietal menutupi
7
permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut. Berlanjut pada radix Rongga
pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut,
b. Fisiologi
Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti bernafas lagi
mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon
dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan
fungsi yang vital bagi kehidupan.
1. Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara kedan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2
tahap:
Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru, inspirasi terjadi dengan
adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan
volume thoraks membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk
ke dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot
expirasi relaxasi sehingga volumethoraks mengecil yang secara otomatis menekan
intra oleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga
udara keluar dari paru.
2. Pertukaran gas di dalam alveola dan darah
3. Transport gas
Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan
darah (aliran darah).
8
mediastrium. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura
parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan
absorbs oleh pleura viseralis. Oleh kerena itu ruang pleura disebut sebagai ruang
potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang
fisik yang jelas.
2.3 Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat
dan hemoragis
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagl jantung kiri),
indroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepasitas), syndrome vena cava
superior, tumor.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
infarkparu, radiasi, penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberculosis.
2.4 Patofisiologi
Hidrothoraks berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebbas dalam kavum
pleura. Kemungkinan penyebab hidrothoraks antara lain (1) penghambatan drainase
limfatik dari rongga pleura ,(2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru
dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke dalama rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotic kolora
plasma, jadi juga memnungkinnkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura darinromgga pleura, yang
memecahkan membrane kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan ke dalam rongga secara cepat.
9
bebrapa penderita tidak menunujukkan gejala sama sekali. Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan : batuk, cegukan, pernfasan yang cepat, dan nyeri perut. Sekitar 25% oenderita
hydrothoraks keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada saat diagnosis ditegakkan.
Gejala lainnya (4): adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setalah cairan yang cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak nafas. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,
mengigil, dan nyeri dad pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), sbfebril
(tuberkulosis), banyak keringat, batuk.
10
a. Diet Tujuan diet pada pasien efusi pleura adalah memberikan makanan secukupnya,
mencegah atau menghilangkan penimbuan garam atau air. Syarat-syarat diet pada
pasien efusi pleura antara lain:
1. Energi yang untuk mencukupi atau mempertahankan berat badan yang normal.
2. Protein ynag cukup yaitu 0, gram/KgBB.
3. Lemak sedang yaitu 25-30% dari kebutuhan normal total (10% dari lemak jenh dan
15% dari lemak tidak jenuh).
4. Vitamin dan mineral yang cukup.
5. Diet rendah garam (2-3 gram/hari).
6. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
7. Serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.
8. Cairan cukup 2 liter/hari
Bila kebutuhan gas dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat diberikan berupa
makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.
2.8 Farmakologi
Menurut Brunner and suddarth (2002) penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah:
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk
dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
4. Tirah baring
11
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin
meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
12
3.1 Kasus
Pasien bernama Ny. W berusia 39 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak
napas, batuk, dada terasa berat dan nyeri di dadanya. Ny W mengatakan pada saat batuk
dan mengambil nafas dalam merasakan sakit di bagian dadanya. Ny. W juga mengatakan
kadang badannya seperti demam, menggigil, keringat berlebihan dan sering terbangun
pada saat malam karena sesak napas tiba-tiba. Ny. W juga mengatakan bahwa dia sesak
jika berbaring dan berjalan, merasakan nyeri dibagian dada, dan sulit untuk bernapas.
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan nafsu makan dan ketika pasien
makan maka pasien akan mengalamai mual dan muntah. Pasien mengatakan bahwa dia
mengalami penurunan berat badan dari 55 kg menjadi 35 kg dalam senggang waktu 3
bulan dengan TB 164 cm. Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, pasien terlihat
susah menarik napasnya, dan pada saat pasien bernapas terdapat suara krekel. Ny. W juga
mengatakan bahwa dia adalah perokok aktif. Pada saat tidur di malam hari < 8 jam,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur atau mrngesumsi makanan sehat, dan sering
minum air manis-manisan yang tidak teratur. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik TD
110/90 mmHg, N 113x/menit, RR 28x/Menit, dan S 37C dapatkan bahwa konjungtiva
mata anemis, bibir kering dan pecah-pecah, terdapat clubbing finger, bentuk dada pasien
seperti gentong (barrel cest). Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik dengan metode
palpasi didapatkan turgor kulit tidak elastis, pada saat dilakukan pemeriksaan CRT
hasilnya tidak baik >3 , dan terdapat edema di bagian dada dengan derajat +2. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik dengan metode auskultasi didapat suara vesikuler melemah.
Hasil pemeriksaan radiologis di dapatkan pada CT-Scan Toraks menunjukkan adanya
genangan cairan di rongga pleura paru dan diafragma kelihatan meninggi.
3.2 Pengkajian
1. PENGKAJIAN
Informasi Umum Pasien
13
a. Nama : Ny W
b. Umur : 39 th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan :-
e. Agama : Islam
f. Diagnosa Medis : Hidrotorak
1. Keluhan Utama
Ny W mengatakan megalami keluhan sesak napas, batuk, dada terasa berat dan nyeri di
dadanya. Ny. W mengatakan pada saat batuk dan mengambil nafas dalam merasakan
sakit di bagian dadanya. Ny. W juga mengatakan kadang badannya seperti demam,
menggigil, keringat berlebihan dan sering terbangun pada saat malam karena sesak napas
tiba-tiba. Ny. W juga mengatakan bahwa dia sesak jika berbaring dan berjalan,
merasakan nyeri dibagian dada, dan sulit untuk bernapas. Pasien mengatakan bahwa dia
mengalami penurunan berat badan dari 55 kg menjadi 35 kg dalam senggang waktu 3
bulan dengan TB 164 cm. Ny.W juga mengatakan bahwa dia adalah perokok aktif. Pada
saat tidur di malam hari < 8 jam, jarang mengkonsumsi buah dan sayur atau mengesumsi
makanan yang sehat dan sering minum air manis-manisan yang tidak teratur.
14
5. Kesadaran umum
a. Kesadaran : Sadar
b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
RR : 28x/menit
N : 113x/menit
S : 37C
BB : 35kg
TB : 164 cm
b) Kepala
1. Rambut & Kulit Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak terdapat ketombe, warna rambut hitam,
distribusi rambut merata.
Palpasi :tekstur rambut kasar, tidak terdapat nyeri tekan diseluruh bagian kepala.
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
2. Mata
Inspeksi :bentuk mata simetris, terdapat alis mata tebal, bentuk alis mata simtris,
terdapat bulu mata, distribusi bulu mata rata, warna konjungtivitas anemis, ukuran
pupil 2/2 (normal), pergerakan respon (+), tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, kelenjar lakrimal tidak dapat diraba, pada saat
di palpasi tidak mengeluarkan air mata, dan pada saat bola mata di palpasi tidak
terasa tegang.
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
15
3. Telinga
Inspeksi :bentuk telingan simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
didalam rongga telinga tidak terdapat kotoran, tidak terdapat luka didalam rongga
telinga, tidak terdapat cairan fisiologis didalam rongga telinga.
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak terdapat
pembengkakan.
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
4. Hidung
Inspeksi :bentuk hidung simetris, tidak terdapat luka disekitar hidung bagian luar,
tidak terdapat kotoran didalam rongga hidung, distribusi rambut hidung merata,
tidak terdapat cairan fisiologis didalam rongga hidung
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
5. Mulut
Inspeksi :bentuk mulut simentris, tidak terdapat luka dibagian luar mulut dan
didalam rongga mulut, lidah dalam kondisi basah, kondisi bibir kering, berwarna
pink ketuaan, warna gigi kekuningan, tidak terdapat lesi di bagian dalam dan luar
mulut.
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan dan edema
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
6. Leher
Inspeksi :leher dalam kondisi yang bersih, tidak terdapat luka diseluruh bagian
leher, tidak terdapat tonjolan
Palpasi :tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
edema.
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
16
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada pasien seperti gentong (barrel cest), pasien terlihat sesak,
frekuensi napas pasien >21 x/menit, pasien sesak napas pada saat berbaring dan
berdiri.
Palpasi : terdapat edema dibagian dada derajat +2 dan tidak simetrisnya dada
Perkusi : terdapat nyeri dada, pada saat pemeriksaan taktik fermitus terasa getaran
yang samar-samar
Auskultasi :Krekel (karna adanya cairan yang menyumbat jalan nafas)
Masalah Keperawatan :Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
9. Tangan
Inspeksi : kondisi kulit tangan pasien dalam keadaan bersih, kuku tangan pasien
dalam keadaan bersih, warna kulit sawo matang, tidak terdapat luka
Palpasi :tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan, pada saat dilakukan
CRT hasil nya tidak baik >3.
Masalah Keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
10. Abdomen
Inspeksi : warna kulit normal, bentuknya tegang, ukurannya normal,
kesimetrisannya normal, pergerakan pernafasan perut normal, tidak ada lesi, dan
tidak ada pembengkakan
Perkusi : semua kuadran normal
Palpasi : seluruh kuadran normal
17
Auskultasi :bunyi abdomen dalam 1 menit penuh normal nya 5 30 kali bunyi
klik atau menit
11. Kaki
Inspeksi :kondisi kulit kaki pasien dalam keadaan bersih, kuku kaki pasien dalam
keadaan bersih, warna kulit sawo matang, tidak terdapat luka
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema
Masalah keperawatan :Tidak Terdapat Masalah Keperawatan
18
3.3 Analisa data
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Pola Nafas
NO DATA ETIOLOGI MK
1 Ds : Adanya penyebab faktor
1. Pasien mengatakan predisposisi (pathogen,
sesak napas, batuk, dada rokok, polusi udara)
terasa berat dan nyeri di
dadanya. Bahan karsinogenik
2. Pasien mengatakan pada mengendap
saat batuk dan
mengambil nafas dalam Pengumpulan cairan
merasakan sakit di dalam rongga pleura
bagian dadanya sesak
napas tiba-tiba. Akumulasi cairan yang
3. Pasien mengatakan berlebihan di rongga
bahwa dia sesak jika pleura
berbaring dan berjalan, Ketidakefektifan
merasakan nyeri Penurunan ekspansi Pola Nafas
dibagian dada, dan sulit paru dan penyempitan
untuk bernapas. saluran paru
19
bentuk dada seperti
gentong (barrel chest)
dan perubahan frekuensi
nafas.
2. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik
TD : 110/90 mmHg,
N : 113x/menit,
RR : 28x/Menit
S : 37C
3. Terdapat edema di
bagian dada dengan
derajat +3.
4. Hasil pemeriksaan
radiologis di dapatkan
pada CT-Scan Toraks
menunjukkan adanya
genangan cairan di
rongga pleura paru dan
diafragma kelihatan
meninggi
20
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NO DATA ETIOLOGI MK
Ds : Faktor predisposiso
1. Keluarga mengatakan (rokok, pola makan
pasien mengalami yang tidak baik, pola
penurunan nafsu makan tidur yang tidak baik)
dan pada saat pasien
makan mengalami mual Plofilerasi sel paru
dan muntah.
2. Pasien mengatakan pada Terjadinya mutasi atau
saat tidur di malam hari perubahan gen di sel Ketidakseimbangan
< 8 jam, jarang bagian baru nutrisi kurang dari
mengkonsumsi buah dan kebutuhan tubuh
sayur, dan sering minum Akumulasi cairan yang
kopi sebelum tidur. berlebihan di rongga
pleura
Do :
Penurunan ekspansi
1. Mengalami penurunan
paru dan penyempitan
BB dari 55 ke 35 dalam
saluran paru
waktu 3 bulan
2. TB pasien 164 cm
Hidrotorak
21
3. IMT pasien sekarang
11,15 (<18,4) Obstruktusi imun
4. Pada saat dilakukan esopagus
pemeriksaan fisik Disfagia progresif
dengan metode palpasi
didapatkan turgor kulit Intake berkurang
tidak elastis, pada saat
dilakukan pemeriksaan IMT kurang dari batas
CRT hasilnya tidak baik normal
>3 , konjungtiva mata
anemis, bibir kering dan Ketidakseimbangan
pecah-pecah. nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian pasien mengalami keluhan sesak napas, batuk, dada terasa berat
dan nyeri di dadanya. Pasien mengatakan pada saat batuk dan mengambil nafas dalam merasakan
sakit di bagian dadanya. Pasien juga mengatakan kadang badannya seperti demam, menggigil,
keringat berlebihan dan sering terbangun pada saat malam karena sesak napas tiba-tiba. Pasien
juga mengatakan bahwa dia sesak jika berbaring dan berjalan, merasakan nyeri dibagian dada,
dan sulit untuk bernapas. Pasien mengatakan bahwa dia adalah perokok aktif Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik TD 110/90 mmHg, N 113x/menit, RR 28x/Menit, dan S 37C dapatkan bahwa
konjungtiva mata anemis, bibir kering dan pecah-pecah, terdapat clubbing finger, bentuk dada
pasien seperti gentong (barrel cest). Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik dengan metode
palpasi didapatkan turgor kulit tidak elastis, pada saat dilakukan pemeriksaan CRT hasilnya tidak
baik >3 , dan terdapat edema di bagian dada dengan derajat +2. Pada saat dilakukan pemeriksaan
fisik dengan metode auskultasi didapat suara vesikuler melemah. Hasil pemeriksaan radiologis di
dapatkan pada CT-Scan Toraks menunjukkan adanya genangan cairan di rongga pleura paru dan
diafragma kelihatan meninggi.
Dari penjelasan tentang kasus ini, pasien di diagnosa hidrotorak karena adanya
penumpukan cairan pada paru sehingga pasien mengalami sesak napas, dada terasa berat ,nyeri
di dadanya dan pada saat bergerak mengalami sesak seperti berbaring, berjalan. Penumpukan
cairan tersebut di rongga pleura pasien mengakibatkan pasien susah untuk bernapas normal,
bergerak karena nyeri yang dia rasakan di dadanya dan nafsu makan tidak ada serta terjadinya
penurunan berat badan dibawa rentang normal. Selain itu, saat dilakukan pengkajian dan
pemeriksan tanda-tanda vital di peroleh adanya suara napas tambahan, frekuensi napas dan nadi
meningkat dikarenakan adanya penumpukan cairan yang berlebih sehingga mengakibatkan
proses ventilasi berjalan abnormal dan kepatenan jalan napas tersumbat. Oleh karena itu , pada
pasien yang mengalami hidrotorak di beri terapi WSD yang di gunakan untuk pengosongan
cairan pada paru sehingga pasien tidak merasakan sesak napas dan nyeri saat respirasi. Setelah
itu pasien di beri obat untuk mengurangi rasa nyeri pada dadanya yaitu obat analgetik.s
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hysrothoraks merupakan suatu dimana terdpat penumpukkan cairan serusa yang ada di
rongga pleura. Paru berada dalam rongga pleura yang tekanananya selalu negative selama
siklus nafas (tekanan udara diluar dianggap =0 ) paru mengembang menempel pleura.
Bila tekanan rongga pleura jadi positif, paru-paru akan collaps. Hal ini terjadi pada:
5.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai ASKEP KLIEN DENGAN HIDROTHORAKS. Kami berharap agar pembaca
dapat memperluas pengetahuan tentang materi dari makalah ini. Dan kami juga berharap
pembaca dapat memahami semua penjelasan yang diberikan dalam makalah ini, sehingga
apabila ada yang kurang jelas atau kesalahn dalam penyusunan makalah ini,pembaca
dapat memberikan masukkan demi sempurnannya penyusunan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah Brunner & Studdarth
Vol.1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta : Salemba Medika
Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : definisi & klasifikasi 2015 2017/ editor, T.
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru; alih bahasa, Budi Ana Keliat [et al]. ; editor
penyelaras, Monica Ester. Ed. 10, - Jakarta : EGC, 2015
Somantri, Irman. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Terjemahan Nursing Classification (NIC), edisi ke-6, oleh Gloria Bulechek, Howard Butcher,
Joane Dochterman dan Cherly Wagner, dikerjakan oleh CV Mocomedia dan diterbitkan
dengan pengawasan pihak Elsevier Inc : 2013
25