PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai komunikasi pada bayi dan anak
agar memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum ataupun kerja
lapangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
a) Penglihatan
3
Pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga
penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah
mampu merespons cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot
mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menangkap gerak benda
yang digerakkan di sekitar matanya. Dan mengedipkan matanya
terhadap sinar yang terang dan suara. Pada usia tiga bulan, kemampuan
koordinasi otot matabayi meningkat sehingga ia mampu melihat objek
dengan jelas dalam jarak relatif jauh. Pada usia empat bulan, bayi telah
mampu mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan objek tersebut.
Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi warna.
Sebelumnya, bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan terang
gelap serta visus penglihatannya kurang.
b) Pendengaran
Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat
kematangan paling rendah diantara fungsi indra bayi baru lahir. Pada
saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga
sampai ketujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari
lingkungannya. Ini terlihat pada refleks kedip bayi, yang terbentuk
sebagai reaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks ini disebut
sebagai refleks Morro. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu
membedakan berbagai suara. Pada sekitar usia lima bulan, bayi dapat
menghentikan kegiatan menyusunyahanya untuk mendengar suara
ibunya. Pada usia 9 bulan, bayi telah mampu melokalisasi suara, yang
dimulai dengan membedakan kata-kata dan merespons perintah
sederhana.
c) Penciuman dan pengecapan
Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup peka
pada masa bayi, sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena
merasa makanan terlalu asam, pahit, pedas dan sebagainya. Bayi lebih
menyukai rasa yang manis dan ia akan mengurangi respons mengisap
terhadap rasa asin. Mereka dapat menentukan bau susu ibunya dan
berespons terhadap bau tersebut dengan menoleh ke arah ibunya.
d) Perabaan
4
Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala
sentuhan, tekanan, dan suhu.
e) Wicara
Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga
bentuk, yang lebih dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech
forms), yaitu : menangis, merengek, dan gerak-gerik. Tangisan
merupakan bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan bayi,
yang bertujuan menunjukkan rasa lapar, rasa sakit (tidak nyaman),
kesendirian, atau kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah
belajar dari pengalaman bahwa menangis merupakan cara yang paling
berhasil untuk menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan
menggunakan kata yang tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga
bulan. Gerak-gerik merupakan bentuk pengganti bahasa (bahasa
nonverbal) untuk melengkapi ungkapan yang ingin disampaikan bayi.
5
2.2 Tujuan komunikasi pada bayi
a. Memberi rasa aman kepada bayi
b. Memenuhi kebutuhan bayi Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara,
mendengar, dan menerima rangsangan
c. Mempermudah pemberian asuhan keperawatan (Mundakir, 2006).
e. Kesadaran diri
Perawat harus mengindari konfrontasi secara langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan anatara perawat dan anak.
Perawat secara nonverbal selalu memberi dorongan, penerimaan dan
persetujuan jika diperlikan.
f. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izi dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan stres dan cemas khususnya pada anak
laki-laki (Tamsuri, 2002).
6
Setelah mengetahui tingkat perkembangan indra pada bayi, barulah
dapat disimpulkan jenis komunikasi yang akan dipergunakan. Komunikasi
dengan bayi dilakukan dengan menggunakan suara, sentuhan dan belaian,
ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya
bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk
kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan
rangsang suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan,
komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan
bahasa. Penggunaan suara yang didengarkan oleh bayi juga memberi rasa
aman walaupun bayi belum mampu mengartikan suara dari ucapan orang
lain.
b. Masa Toddler dan prasekolah
Karena sifatnya yang egosentris, sehingga akan lebih mudah
berkomunikasi bila komunikasi difokuskan pada diri mereka sendiri.
Contohnya, perawat dapat mebicarakan aktivitas bermainnya, kemampuan
makan mereka, dan lain sebagainya. Pada masa ini, anak ingin ditanyai
tentang hal-hal yang telah mereka lakukan. Salah satu barier komunikasi
pada anak ini adalah bahwa sebagian anak mengalami stronger anxiety
yaitu bahwa anak cemas dan takut bila berhadapan dengan orang tidak
dikenal. Pada situasi ini anak akan cenderung sensitif terhadap segala
bentuk perilaku orang lain tersebut. Selain itu, anak juga menjadi terancam
dengan komunikasi yang membingungkan karena merasa gagal
mendeskripsikan pesan yang diterimanya. Untuk itu perawat dalam
berkomunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang sederhana,
kalimat pendek, pengulangan kata yang familiar, dan memberi keterangan
yang jelas dan konkret.
c. Masa Usia Sekolah
Komunikasi yang dilakukan pada masa ini dikembangkan dalam
bentuk verbal dan nonverbal. Materi komunikasi dikembangkan sebagai
upaya pembelajaran tentang aktivitas mandiri, tanggung jawab, dan
pengembangan konsep abstrak.
d. Masa Remaja
Masa ini anak berfikir dan berprilaku antara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari
rasa aman yang bisa didapatkan pada masa kanak-kanak. Perawat harus
7
menghindari sikap menilai atau menghakimi terhadap apa yang dilakukan.
Apabila remaja berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk
memberikan dukungan (support) adalah memberi perhatian, memcoba
untuk tidak menyela (interupsi) dan menghindari komentar dan ekspresi
yang menimbulkan kesan terkejut atau mencela (Tamsuri, 2002).
8
2.5 Hambatan Dalam Komunikasi Pada Bayi dan Anak
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa
hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi :
a. keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
b. keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
c. kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
d. ucapan kata tidak jelas (Graeff, 2007).
9
BAB III
SKENARIO
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
11
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar
prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan
sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan hambatan yang mungkin akan
timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah
bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut.
5.2 Saran.
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana
prinsip dan strategi berkomunikasi dengan bayi dan anak, serta mengetahui
hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan bayi dan anak.
12
DAFTAR PUSTAKA
Graeff, AJudith, dkk. (2007) . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Mundakir.(2006).Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Jogjakarta:Graha Ilmu
Supartini, Y. (2008). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Tamsuri,Anas. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
13