Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana dapat dilihat,kelangsungan hidup anak membutuhkan kerja sama


antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, kelurga, komunitas ban
system kesehatan untuk mengubah praktik praktik mereka yang berkaitan
dengan kesehatan anak. agar memiliki dampak,maka praktik praktik ini perlu
dilakukan dengan benar dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini karena,
setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan. Ia
adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri. Oleh
sebab itu, dalam proses berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip,
strategi dan hambatan dalam berkomunikasi (Supartini, 2008)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami tentang komunikasi terapeutik pada


bayi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui Pengertian Komunikasi

2. Untuk Mengetahui Tujuan Komunikasi Pada Bayi

3. Untuk Mengetahui Strategi/Cara Komunikasi Dengan Anak

4. Untuk Mengetahui Prinsip Komunikasi Pada Bayi Dan Anak

5. Untuk Mengetahui Hambatan Dalam Komunikasi Pada Bayi Dan


Anak

1
1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai komunikasi pada bayi dan anak
agar memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum ataupun kerja
lapangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau


penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan
pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media
Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah
hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Mundakir, 2006).
Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara
positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama
komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan
dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang
efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.

Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi


pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi
pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling
tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing
memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan
(Tamsuri, 2002).

Menurut Graeff (2007) mengatakan bahwa, proses berfikir pada anak-anak di


mulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada yang abstrak.
Komunikasi pada anak dapat dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangannya,
anatara lain:

a. Masa bayi [0-1 tahun]

Pada masa bayi, tingkat perkembagan indra dijelaskan sebagai berikut :

a) Penglihatan

3
Pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga
penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah
mampu merespons cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot
mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menangkap gerak benda
yang digerakkan di sekitar matanya. Dan mengedipkan matanya
terhadap sinar yang terang dan suara. Pada usia tiga bulan, kemampuan
koordinasi otot matabayi meningkat sehingga ia mampu melihat objek
dengan jelas dalam jarak relatif jauh. Pada usia empat bulan, bayi telah
mampu mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan objek tersebut.
Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi warna.
Sebelumnya, bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan terang
gelap serta visus penglihatannya kurang.

b) Pendengaran
Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat
kematangan paling rendah diantara fungsi indra bayi baru lahir. Pada
saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga
sampai ketujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari
lingkungannya. Ini terlihat pada refleks kedip bayi, yang terbentuk
sebagai reaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks ini disebut
sebagai refleks Morro. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu
membedakan berbagai suara. Pada sekitar usia lima bulan, bayi dapat
menghentikan kegiatan menyusunyahanya untuk mendengar suara
ibunya. Pada usia 9 bulan, bayi telah mampu melokalisasi suara, yang
dimulai dengan membedakan kata-kata dan merespons perintah
sederhana.
c) Penciuman dan pengecapan
Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup peka
pada masa bayi, sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena
merasa makanan terlalu asam, pahit, pedas dan sebagainya. Bayi lebih
menyukai rasa yang manis dan ia akan mengurangi respons mengisap
terhadap rasa asin. Mereka dapat menentukan bau susu ibunya dan
berespons terhadap bau tersebut dengan menoleh ke arah ibunya.

d) Perabaan

4
Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala
sentuhan, tekanan, dan suhu.
e) Wicara
Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga
bentuk, yang lebih dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech
forms), yaitu : menangis, merengek, dan gerak-gerik. Tangisan
merupakan bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan bayi,
yang bertujuan menunjukkan rasa lapar, rasa sakit (tidak nyaman),
kesendirian, atau kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah
belajar dari pengalaman bahwa menangis merupakan cara yang paling
berhasil untuk menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan
menggunakan kata yang tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga
bulan. Gerak-gerik merupakan bentuk pengganti bahasa (bahasa
nonverbal) untuk melengkapi ungkapan yang ingin disampaikan bayi.

b. Masa todller [1-3 tahun] dan prasekolah [3-5 tahun]


Pada usia ini umumnya anak sudah mampu berkomunikasi baik secara
verbal maupun nonverbal. Anak dibawah usia 5 tahun, hampir semuanya
egosentris, mereka melihat segala sesuatu hanya berhungan dengan dirinya
sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak tidak dapat
membedakan antara fantasi atau kenyataan
c. Masa usia sekolah [5-12 tahun]
Anak berusia 5-8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka
lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah
baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak
membutuhkan pengesahan dari tindakan yang dilakukan.masa ini anak sudah
dapat memahami penjelasan sederhana dan mampu mendemonstrasikannya.
Anak perlu diizinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan yang
dialaminya.
d. Masa remaja [12-18 tahun]
Seiring perkembangan fisik, mental, dan psikososial individu, tugas
perkembangan yang harus dilakukan remaja menjadi lebih kompleks. Masa ini
merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Kadangkala remaja
menunjukkan sikap dan pemikiran yang bertanggungjawab dan dewasa,
namun kadangkala mereka juga menunjukkan sikap dan pemikiran kekanak-
kanakan (Graeff, 2007).

5
2.2 Tujuan komunikasi pada bayi
a. Memberi rasa aman kepada bayi
b. Memenuhi kebutuhan bayi Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara,
mendengar, dan menerima rangsangan
c. Mempermudah pemberian asuhan keperawatan (Mundakir, 2006).

2.3 Strategi/Cara Komunikasi Dengan Anak


Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut:
a. Nada suara.
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana. Hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan
mengatakan jawab dong , dan sebagainya.
b. Mengalihkan aktifitas
Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas
terapis dan mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada
aktifitas yang disukai sehingga perlu dibuat jadwal yang bergantian antara
aktifitas yang disukai dan aktifitas terapi yang di programkan.
c. Jarak interaksi
Perawat yang mengobservasi tindakan nonverbal dan sikap tubuh anak harus
mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi
d. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol prilaku yang rendah pada
anak untuk mencegah tempertantrum. Perawat mengindari bicara yang keras
dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon anak meningkat. Jika
anak mulai dapat mengontrol prilaku, kontak mata dimualai kembali namun
sentuhan ditunda dahulu.

e. Kesadaran diri
Perawat harus mengindari konfrontasi secara langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan anatara perawat dan anak.
Perawat secara nonverbal selalu memberi dorongan, penerimaan dan
persetujuan jika diperlikan.
f. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izi dari anak. Salaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan stres dan cemas khususnya pada anak
laki-laki (Tamsuri, 2002).

Sedangkan cara berkomunikasi dengan tingkat perkembangan anak


adalah sebagai berikut :
a. Masa Bayi

6
Setelah mengetahui tingkat perkembangan indra pada bayi, barulah
dapat disimpulkan jenis komunikasi yang akan dipergunakan. Komunikasi
dengan bayi dilakukan dengan menggunakan suara, sentuhan dan belaian,
ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya
bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk
kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan
rangsang suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan,
komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan
bahasa. Penggunaan suara yang didengarkan oleh bayi juga memberi rasa
aman walaupun bayi belum mampu mengartikan suara dari ucapan orang
lain.
b. Masa Toddler dan prasekolah
Karena sifatnya yang egosentris, sehingga akan lebih mudah
berkomunikasi bila komunikasi difokuskan pada diri mereka sendiri.
Contohnya, perawat dapat mebicarakan aktivitas bermainnya, kemampuan
makan mereka, dan lain sebagainya. Pada masa ini, anak ingin ditanyai
tentang hal-hal yang telah mereka lakukan. Salah satu barier komunikasi
pada anak ini adalah bahwa sebagian anak mengalami stronger anxiety
yaitu bahwa anak cemas dan takut bila berhadapan dengan orang tidak
dikenal. Pada situasi ini anak akan cenderung sensitif terhadap segala
bentuk perilaku orang lain tersebut. Selain itu, anak juga menjadi terancam
dengan komunikasi yang membingungkan karena merasa gagal
mendeskripsikan pesan yang diterimanya. Untuk itu perawat dalam
berkomunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang sederhana,
kalimat pendek, pengulangan kata yang familiar, dan memberi keterangan
yang jelas dan konkret.
c. Masa Usia Sekolah
Komunikasi yang dilakukan pada masa ini dikembangkan dalam
bentuk verbal dan nonverbal. Materi komunikasi dikembangkan sebagai
upaya pembelajaran tentang aktivitas mandiri, tanggung jawab, dan
pengembangan konsep abstrak.
d. Masa Remaja
Masa ini anak berfikir dan berprilaku antara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari
rasa aman yang bisa didapatkan pada masa kanak-kanak. Perawat harus

7
menghindari sikap menilai atau menghakimi terhadap apa yang dilakukan.
Apabila remaja berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk
memberikan dukungan (support) adalah memberi perhatian, memcoba
untuk tidak menyela (interupsi) dan menghindari komentar dan ekspresi
yang menimbulkan kesan terkejut atau mencela (Tamsuri, 2002).

2.4 Prinsip Komunikasi Pada Bayi dan Anak


Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga
perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun
dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena
kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan
orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik (Supartini, 2008).
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka
bermain untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat
secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap
pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka
takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane
tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun
dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan
interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama
dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan
(Mundakir, 2006).
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang
langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan
bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat
mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus
selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi.
Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan
anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-
verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat
menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai komunikasi
(Supartini, 2008).

8
2.5 Hambatan Dalam Komunikasi Pada Bayi dan Anak
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa
hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi :
a. keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
b. keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
c. kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
d. ucapan kata tidak jelas (Graeff, 2007).

9
BAB III
SKENARIO

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

11
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar
prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan
sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan hambatan yang mungkin akan
timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah
bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut.

5.2 Saran.
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana
prinsip dan strategi berkomunikasi dengan bayi dan anak, serta mengetahui
hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan bayi dan anak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Graeff, AJudith, dkk. (2007) . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Mundakir.(2006).Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Jogjakarta:Graha Ilmu
Supartini, Y. (2008). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Tamsuri,Anas. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai