HIPERTENSI
Oleh :
Sri Sulastri Maharani
214119071
I. KONSEP HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg (Tagor, 2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh satu atau
beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
memperhatikan tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan diastolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).
B. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
esensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungaya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stres, kegemukan
(obesitas), pola makan dan merokok (M. Adib, 2009).
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat
ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial seperti : faktor
genetik, stres dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet
(peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium
atau kalsium). Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan
satu-satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat
setelah terjadinya komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata,
otak dan jantung.
b. Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-
obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan
ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral
dan kortikosteroid.
2. Berdasarkan Derajat Hipertensi
a. Berdasarkan JNC VII (2003)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI)
b. Kurangi asupan natrium (sodium) dengan cara diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari atau 2,4 gram/hari
c. Batasi konsumsi alkohol karena dapat memicu peningkatan tekanan
darah
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet pertahankan asupan diet
potassium (>90 mmol atau 3500 gram/hari) dengan konsumsi diet
tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak total
e. Menghindari merokok
f. Penurunan stres dengan memperkenalkan berbagai metode relaksasi
g. Terapi masase (pijat) untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
2. Pengobatan Farmakologi
a. Diuretik (hidroklorotiazid) : mengeluarkan cairan tubuh yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan
b. Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin, dan reserpin) :
menghambat aktivitas saraf simpatis
c. Betabloker (metoprolol, propanolol dan atenolol) : menurunkan daya
pompa jantung
d. Vasodilator (prasosin, hidralasin) : relaksasi otot polos pembuluh
darah
e. ACE inhibitor (captopril) : menghambat zat angiotensin II
f. Penghambat angiotensin II (valsartan) : menghambat zat angiotensin
II
g. Antagonis kalsium (diltiasem dan verapamil) : menghambat kontraksi
jantung
(Wijaya & Putri, 2013)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urine, darah dan glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pieolgram intravena, arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine
7. Foto dada dan CT scan (Nurhidayat, 2015)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data biografi : nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis,
penanggung jawab, catatan kedatangan
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama : biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan
kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa
tidur
2) Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pada saat dilakukan
pengkajian pasien masing mengeluh kepala terasa sakit dan
berat, penglihatan berkunang-kunang tidak bisa tidur
3) Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh
pasien dan biasanya pasien mengonsumsi obat rutin
4) Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit keturunan
c. Data dasar pengkajian :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, tachicardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stres multipel
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8) Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormon
(Wijaya & Putri, 2013)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis proses penyakit
b. Gangguan perfusi jaringan serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme
pengaturan melemah
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi
vaskuler
3. Intervensi / NIC
A. Keperawatan
B. Terapi Komplementer
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan kepada
pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak
pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran edukator
A. Pengertian Akupresur
Di dalam tubuh mengalir energi vital untuk kelangsungan hidup. Zat sumber
kehidupan ini dalam akupunktur dikenal dengan sebutan chi sie. Chi atau Qi
adalah energi dan Sie disamakan dengan darah. Kualaitas energi vital
seseorang dipengaruhi oleh makanan, minuman, lingkungan dan yang
bersifat herediter. Pembentukan energi sangat tergantung pada kondisi
organ di dalam tubuh (Sukanta, 2008).
3. Titik Akupresur
Titik tubuh atau titik umum. Titik ini adalah titik akupunktur yang berada di
sepanjang meridian. Titik ini langsung berhubungan dengan organ dan
daeah lintasan meridiannya.
Titik istimewa, adalah titik yang berada di luar lintasan meridian dan
mempunyai funsi khusus. Titik nyeri, adalah titik yang terdapat di daerah
keluhan. Kalau di tekan selalu terasa nyeri dan fungsinya hanya
simptomatis, penghilang rasa nyeri.
E. Cara Pemijatan
1. Kebersihan Terapis
Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas, tepat pada
bagian tulang yang patah, dan tepat bagian yang bengkak.
Penyakit-penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit yang dapat
menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi serangan jantung,
gagal napas oleh paruparu, dan penyakit pada saraf otak (misalnya stroke,
pecah pembuluh darah, dan cidera otak). Apabila terapis menemukan
gejala-gejala di atas segera rujuk ke rumah sakit karena penanganan yang
keliru dapat menyebabkan pasien terlambat mendapatkan pengobatan yang
lebih baik.
Untuk menentukan lokasi pemijatan yang benar ada beberapa cara yang dapat
dilakukan Sukanta (2008), yaitu sebagai berikut:
2. Pembagian sama rata, dimana suatu bagian tubuh tertentu dibagi sama rata
untuk mendapat titik yang tepat.
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta : EGC
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media
JNC-7. 2007. The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure. JAMA 289:2560-2571
M. Adib. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka
M.Ridwan, Herlina. 2015. Metode Akupresur untuk Meredakan Nyeri Haid.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta : Media Action
Nurhidayat. 2015. Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi dengan
Pendekatan Riset. Ponorogo : UNMUHPonorogo Press
Rufaida, Zulfa dkk. 2018. Terapi Komplementer. Mojokerto : Stikes Majapahit
Mojokerto
Ruhyanudin. 2007. Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipertensi pada
Kelompok Lanjut Usia. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Sumijatun. 2017. Konsep Dasar menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : TIM
Tagor GM. 2003. Buku Ajaran Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia Volume 12 No. 1 Edisi Maret 2008
Wijaya & Putri. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa) Teori dan Contoh Askep. Bengkulu : Nuha Medika