Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi bila kita


mengalami cidera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit,
panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.

2. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri akut  (< 6 bulan)

Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga enam bulan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu periode
waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih dari 6 bulan.

3. Manajemen Nyeri Nonfarmakologi atau Tanpa Obat

a. Distraksi atau pengalihan

Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal – hal


lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :

1) Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah


2) Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton TV
4) Medengarkan musik, radio, dll

b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi seseorang kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom .

Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang


2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
tubuh menjadi rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

c. Kompres Dingin
Kompres dingin (Cold Pack) eektif digunakan untuk menurunkan nyeri
yang dirasakan oleh seseorang. Kozier (2010), kompres dingin dapat
menurunkan nyeri dan merelaksasi otot serta menurunkan kekakuan otot
dengan cara menurunkan hormon prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses peradangan. Efek fisiologis terapi dingin dapat
menurunkan suhu pada kulit dan jaringan yang berada dibawahnya serta
dapat menyebabkan vasokontriksi. Vasokontriksi menurunkan aliran darah
ke area yang terkena kemudian dapat mengurangi suplai oksigen serta
metabolik, menurunkan kecepatan pembuangan zat sisa, dan menyebabkan
pucat dan dingin pada kulit. Terapi dingin sering kali digunakan pada klien
yang mengalami cidera olahraga (sprain, strain, patah tulang) untuk
menghambat pembengkakan dan perdarahan yang terjadi setelah cedera.
Hal hal yang perlu diperhatikan ketika memberi kompres dingin :
1. Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan (mengurangi nyeri),
sebaiknya suhu tidak terlalu dingin (berkisar antara 15°C-18°C). karena
suhu yang terlalu dingin dapat memberikan rasa yang tidak nyaman,
frostbite atau membeku dan menyebabkan terjadinya fenomena pantulan
yang seharusnya vasokontriksi menjadi vasodilatasi.
2. Diberikan ditempat cedera secara intermitten 20 sampai 30 menit selama
24-48 jam pertama setelah cedera.
Smeltzer & Bare (2002), mengatakan untuk menghilangkan nyeri pada
cidera dapat dilakukan dengan pemberian kompres dingin basah atau kering
ditempat yang cedera secara intermitten 20 sampai 30 menit selama 24-48
jam pertama setelah cedera, dengan pemberian kompres dingin dapat
menyebabkan vasokontriksi sehingga menurunkan permeabilitas kapiler,
menurunkan aliran darah, menurunkan metabolism sel, yang dapat
mengurangi pendarahan, edema dan ketidaknyamanan
d. Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dibidang kesehatan yang
menggunakan musik dan aktivitas musik yang juga dapat digunakan untik
mengatasi masalah nyeri. dalam berbagai aspek fisik, psikologis, kognitif
dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik Djohan (2005).
Terapi musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritme dan harmoni.
Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan harmoni
mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada yang
teratur, bukan nada-nada miring (Surilena, 2008).
Mendengarkan musik akan mengalihkan perhatian terhadap nyeri (distraksi)
dan memberikan rasa nyaman dan rilek (relaksasi). Sesuai dengan teori
menurut Campbell (2001) musik dapat digunakan sebagai terapi musik
untuk meningkatkan kemampuan manusia terhadap berbagai jenis penyakit
dan dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas didtraksi. Teknik distraksi dengan
terapi musik akan membantu melepaskan endorfhin yang ada dalam tubuh.
Seperti diketahui bahwa endorphin memiliki efek relaksasi dalam tubuh
(Potter & Perry, 2006). Endorphin tersebut dapat menimbulkan efek
analgesia yang mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusa
persepsi dan interpretasi sensori dalam otak. Tata cara melakukan terapi
musik adalah :
1. Pilih jenis terapi yang diinginkan seperti music instrumental atau music
klasik
2. Mendengarkan music selama 15 menit dengan keadaan tenang
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A., & Merdekawati, D. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi. Jurnal Ipteks Terapan,
10(3), 148-154.
Mediarti, D., Rosnani, R., & Seprianti, S. M. (2015). Pengaruh Pemberian
Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di
IGD RSMH Palembang Tahun 2012. Jurnal kedokteran dan kesehatan, 2(3), 253-
260.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC.

Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Wati, R. A., Widyastuti, Y., & Istiqomah, N. (2020). PERBANDINGAN TERAPI


MUSIK KLASIK DAN GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN NYERI
POST OPERASI APPENDIKTOMY. Jurnal Surya Muda: Ilmu Keperawatan Dan
Ilmu Kesehatan, 2(2), 97-109.

Anda mungkin juga menyukai