Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya
menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar
jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang
mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga meningkatnya angka perokok
terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis ini
mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-kelamaan batuk disertai
juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis )
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar
jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada
seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive
pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara
populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu
penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan
setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan
memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan
diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak
bahkan dapat merupakan kelainan congenital
Penyakit dan gangguan saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih
menjadi masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat
penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

tuberkulosis asma khususnya bronkitis kronik masih menduduki peringkat


tertinggi. Infeksi virus dan bakteri merupakan penyebab yang sering terjadi.
Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Penyakit ini merupakan penyebab kematian urutan ke lima. (Abdul Waris Aly
Imran, 2008). Oleh karena itu dengan mempelajari secara lebih detail lagi
mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita serta mengetahui bagaimana
cara mengatasi masalah pada gangguan saluran nafas khususnya Bronkitis
Kronik. Sehingga angka penderita dan kematian yang disebabkan oleh
penyakit ini dapat ditekan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengkajian keperawatn pada klien bronchitis kronis?
1.2.2 Apasaja diagnosa keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis?
1.2.3 Bagaimana tindakan keperawatn pada klien dengan Bronkitis kronis?
1.2.4 Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien bronchitis kronis
1.3.2

ini
Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan

bronchitis kronis. Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :


1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
1.3.2.4 Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Bronkitis Kronis
2.1.1 Definisi
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulangulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun
berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain
(Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal:490).
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddarth, 2002).
Bronkhitis kronis adalah penyakit atau gangguan pernapasan paru
obstruktif yang ditandai dengan produksi mukus yang berlebih (sputum
mukoid) selama kurang 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun untuk 2 tahun
berturut turut. (Elizabeth .J. Corwin)
Bronkhitis kronis adalah gangguan pernapasan atau inflamasi jalan napas
dan peningkatan produksi sputum mukoid menyebabkan ketidak cocokan
ventilasi perfusi dan penyebab sianosis. (Sylvia .A. Price)
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan
yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1
detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2.1.2.2 Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
3

2.1.2.3 Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat
pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
2.1.2.4 Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan
suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
2.1.2.5 Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.
2.1.3

Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel
radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk
kronik

yang

disertai

peningkatan

sekresi

bronkus

tampaknya

mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai


bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat
aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus
di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan
pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
2.1.4 Manifestasi Klinis
2.1.4.1 Keluhan dan Gejala
Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:

1) Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak.
Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada
serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah.
2) Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
3) Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
4) Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krokkrok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan
adanya dahak di saluran napas.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1) Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2) Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai
dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3) Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis
with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan
pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika
diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.
2.1.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis.
1) Kadang kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila
sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
2) Juga didapatkan tanda tanda overinflasi paru seperti barrel chest,
kifosis
3) Pada perkusi terdengar hipersonor
4) Peranjakan hati mengecil
5) Batas paru hati lebih ke bawah
6) Pekak jantung berkurang
7) Suara nafas dan suara jantung lemah,
8) Kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernafasan tambahan.
2.1.4.3 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah
bayangan

bronchus

yang

menebal.

Corak paru bertambah

2) Pemeriksaan fungsi paru


a) VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.
b) KV (kapasitas vital) : menurun (normal 3,1 liter - 4,8 liter)
c) VR (volume residu) : bertambah (normal 1,1 liter - 1,2 liter)
d) KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2 liter - 6,0 liter)
e) KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik/normal (normal
1,8ltr - 2,2 ltr)
3) Analisa gas darah
a) Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)
b) Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).
c) Saturasi hemoglobin menurun
d) Eritropoesis bertambah.
2.1.5

Klasifikasi
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
2.1.5.1 Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis
akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
2.1.5.2 Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulangulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis
kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan
2.1.6

diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.


Anatomi Fisiologi

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kirakiravertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisioleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
bawah dan kesamping ke arahtampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek
dan lebih lebar, dan lebih vertikal dari pada yangkiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewatdi
bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebihlangsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadibeberapa
cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dankernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yangukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluranudara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalismemiliki
garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulangrawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis
disebut saluran penghantar udarakarena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
2.1.7

Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat
dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau
dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan
walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae.
Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya
virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu

menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.


2.1.7.1 Pengelolaan umum
1) Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :

a)
b)
c)
2)

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :


Contoh :
Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
Mencegah / menghentikan rokok
Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan
adalah sebagai berikut :
7

a) Melakukan drainase postural


Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase
postural dilakukan selama 10 20 menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4
kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum
( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan
bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan
padapada punggung pasien dengan punggung jari.
b) Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
menggunakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur posisi tepat
tidur

pasien

Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase


sputum
c) Mengontrol infeksi saluran nafas.
d) Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan
mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya
antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
3) Pengelolaan khusus.
a) Kemotherapi pada bronchitis
b) Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol
infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut
pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi
menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis,
tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan
jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari
dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi
konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi
mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil
akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya
terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini

hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini


penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien.

c) Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien.
d) Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil
uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
e) Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
f) Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan.

Dari

berbagai

penelitian

pemberian

obat-obatan

hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui


mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
g) Pengobatan demam
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat
demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain
diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
h) Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang
terkena.
4) Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon
yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat.
Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang
atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif
2.1.8

seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.


Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,

antara lain :
2.1.8.1 Bronchitis kronik
2.1.8.2 Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
2.1.8.3 Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
2.1.8.4 Efusi pleura atau empisema

10

2.1.8.5 Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
2.1.8.6 Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan beah gawat darurat.
2.1.8.7 Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
2.1.8.8 Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabangcabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
2.1.8.9 Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
2.1.8.10
Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.

11

12

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Aktivitas/istirahat
Gejala :
a) Keletihan, kelelahan, malaise.
b) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.
c) Ketidakmampuan untuk tidur.
d) Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
2.2.1.2 Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
b) Distensi vena leher.
c) Edema dependent
d) Bunyi jantung redup.
e) Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
f) Pucat, dapat menunjukkan anemi.
2.2.1.3 Integritas Ego
Gejala :
a) Peningkatan faktor resiko
b) Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
2.2.1.4 Makanan/cairan
Gejala :
a) Mual/muntah.
b) Nafsu makan buruk/anoreksia
c) Ketidakmampuan untuk makan
d) Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
a) Turgor kulit buruk
b) Edema dependen
c) Berkeringat.
d) Penurunan berat badan
e) Palpitasi abdomen
2.2.1.5 Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
2.2.1.6 Pernafasan
Gejala :
a) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3
bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

13

b) Episode batuk hilang timbul.


Tanda :
a) Pernafasan biasa cepat.
b) Penggunaan otot bantu pernafasan
c) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
d) Bunyi nafas ronchi
e) Perkusi hyperresonan pada area paru.
f) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu
keseluruhan.
2.2.1.7 Keamanan
Gejala :
a) Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
b) Adanya/berulangnya infeksi.
2.2.1.8 Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
2.2.1.9 Interaksi social
Gejala :
a) Hubungan ketergantungan
b) Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
2.2.1.10
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2.2.2.2 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus
2.2.2.3 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
2.2.2.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dispnoe, anoreksia, mual muntah.
2.2.2.5 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
2.2.2.6 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
2.2.2.7 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2.2.2.8 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan dirumah.
2.2.3

Intervensi Keperawatan
NO
1

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

14

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruk

Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:


Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK,

Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, a

Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyakn

Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau peng

Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen

15

Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan :


ketidakseimbangan perfusi ventilasi
perubahan membran kapiler-alveolar
3

Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24

16

- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :


Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
Imaturitas Neurologis

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tub

17

Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recome


- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabs

Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

18

Ruptur membran amnion


Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan

Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, pen

Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jari
Penyakit kronik

Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan

Intoleransi aktivitas b/d fatigue

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologi

Batasan karakteristik :
a.

melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

b.

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

c.

Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

19

d.

Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :


Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.

Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan

ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk meng


Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tind

Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan

20

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakak

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhada

2.2.4

Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin
diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan
nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,
kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.
(Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

21

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Data Biografi
Nama
: Ny. g
Tempat dan tanggal lahir
: 20 -03-1936
Pendidikan terahir
: tidak bekerja
Agama
: Islam
Status perkawinan
: janda
Alamat
: surabaya
Orang/ keluarga yang dapat di hubungi
: Tn. R
Hubungan dengan klien
: anak klien
Alamat
: surabaya
2. Riwayat Keluarga

Keterangan :
: Laki laki
: Perempuan

: Klien
: Garis keturunan

: Laki laki meninggal


: Perempuan meninggal
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini
:Pekerjaan sebelumnya
: petani
Jarak dari rumah
: 4 km
Alat transportasi
: sepeda motor
Sosial ekonomi
: menengah kebawah
4. Riwayat Lingkungan Hidup
:
5. Riwayat Rekreasi
: klien mengunjungi cucu nya
6. Deskripsi Kekhususan
: Menggunakan gigi palsu
7. Sumber Sistem Pendukung Yang Digunakan:
8. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
: sulit barnafas
2) Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

22

a.
b.
c.
d.
e.

Nutrisi
Status Imunisasi
Alergi
Penyakit Yang Diderita
Status Pengobatan

:
::: Batuk Berdahk
: Diberikan Oksigen, Antibiotik, Dan Terapi

Cairan
9. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Sebelumnya, lansia ini tidak pernah sakit
10. Status Aktivitas Hidup Sehari Hari
:
aktifitas hidup sehari hari pada lansia ini dilihat dari indek katz lansia ini
mempunyai kriteria G : karena lansia ini tidak dapat melakukan
aktifitasnya

sendiri karena klien slama 2 minggu hanya tiduran.

PERTANYAAN

O
1

Tanggal, Bulan dan Tahun berapa Klien tidak tahu

2
3

hari ini?
Hari apa sekarang
Apa nama tempat ini ?

JAWABAN

Klien mengatakan lupa


klien tidak tahu

SKOR
_
_

Apa nama jalan rumah dan nomor Klien


lupa
rumah Anda ?

Berapa umur Anda ?

Klien mengatakan tidak _

Kapan Anda lahir ?

tahu
Klien

mengungkapkan _

mengungkapkan _

lupa
7

Siapa kepala desa di kampung ibu Klien tidak tahu

sekarang ?

Siapa kepala desa sebelumnya ?

Klien

mengungkapkan _

Siapa nama kecil ibu Anda ?

lupa
Klien

mengungkapkan _

10

tidak tahu
Sebutkan angka dengan kurangi 3 Klien dapat menjawab

23

dari angka 20 ?
Kesimpulannya : klien mengalami kerusakan intelektual BERAT karena klien
tidak bisa menjawab pertanyaan pertanyaan yang tercantum SPMSQ
11. Status Mental :
Kesimpulan : Anamnesis di dapatkan pasien tidak dapat menyebutkan nama
ibunya dan alamat dia tinggal serta nama hari karena lupa
12. Status Sosial :
Kesimpulannya : status klien pada criteria sedang
13. Aspek SpiritualL:
pasien tidak bisa melakukan aktivitas keagamaan karena pasien tidak mampu
beraktivitas
14. Status Psikologis :

PERTANYAAN

O
1

Apakah ibu merasa sedih dengan Saya sangat sedih / tidak 3


keadaan ibu sekarang ini ?

JAWABAN

SKOR

bahagia dimana saya tak


dapat menghadapinya.

Kegiatan apa yang ibu lakukan Saya


sehari hari selama sakit ?

melakukan 3

pekerjaan sama sekali

Apakah alsan ibu tidak melakukan Saya


sesuatu?

tidak

sangat

lelah

untuk 3

melakukan sesuatu

Bagimana dengan pola makan Napsu makan saya tidak 1

ibu?
sebaik sebelumnya
klien mengalami depresi sedang karena lansia ini merasa sedih erhadap
keadaannya sekarang yang sulit beraktifitas dan nafsu makan yang tidak sebaik
sebelum nya.
A. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
2. Pemeriksaan fisik :
a. Sistem pernafasan
: RR 30x/menit
I : bntuk dada simetris
24

P: fremitus dada meningkat


P: normal
A, :suara tmbahan ronkhi
Masalh : ketidak efektifan jalan nafas
b. Sistem kardiovaskuler
: hertrefe ( HR ) 108x/menit
c. Sistem persyarafan
: agak terganggu
d. Sistem gastrointestinal
: normal
e. Sistem reproduksi
:f. Sistem genitourinaris
: normal
g. Sistem integumen
: terdapat luka pada punggung bawah
h. Sistem moskuloskeletal
: normal
i. Sistem pendengaran
: normal
j. Sistem penglihatan
: normal
I : presmiopi
P : Tidak ada nyeri tekan pada mata
P : normal
A : normal
k. Sistem imun
: normal
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG TERAHIR DI ALAMI :
Paru paru sebelah kanan terdapat ronkhi basah kasar, suara dasar bronkial, dan
fremitus raba meningkat
C. TERAPI YANG SEDANG DIJALANI KLIEN : Terapi cairan
1. ANALISIS DATA

No
1

Nama Klien

No.Reg

Kelompok Data
DS: keluarga klien mengatakan
klien batuk 3 minggu yang lalu

Etiologi
sekresi yang tertahan

DO: didapat ronki basah kasar,

Terdapat ronkhi basah

terdengar suara bronchial, RR

30x/mnit, lab: lekosit 7500 foto

Terdengar suara

thoraks menunjukkan kesuraman

bronchial

homogeny

pd

paru

sebelah

kanan.

Masalah
Bersihan
jalan

napas

tidak efektif

Bersihan jalan tidak


efektif

DS: keluarga klien mengatakan

Kerusakan
25

klien tidak beraktifitas ( tidurtiduran) slam 2 mggu

imobilitas fisik

integritas
kulit

Menurunnya mobilitas
DO: tedapat luka pada punggung

fisik

bawah berukuran 4x5cm, dengan

dasar luka kemerahan

Mobilitas d tempat
tidur

Kulit tertekan

Kerusakan integritas
kulit

DS: keluarga klien mengatakan


klien

tidak bisa menyebutkan

nama ibunya dan alamat dia


tinggal serta nama hari

kesalahan

digolongkan
4

Gangguan
kognitif

Degenerasi primersel
sel neuron di otak

DO: dari pemeriksaan SPMSQ


terdapat

Proses menua

8-10

Gangguan kognitif

kerusakan

intelektual berat
DS: klg klien mengatakan klien
makan hanya sedikit

Nutrisi
Hilangnya nafsu makan kurang

DO: klien tampak tidak tertarik

dari

kebutuhan

Kurangnnya intake dlm tubuh,

untuk makan, kurangnya minat

tbh

pada makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

26

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama

No. Reg

Tanggal
muncul
14-03-2011

Diagnosa keperawatan

Tgl teratasi

TTd

Bersihan jalan napas tidak efektif


berhungan

dengan

sekresi

yang

tertahan yang ditandai dengan batuk 3


14-03-2011

minggu yang lalu


Kerusakan integritas kulit berhubugan
dengan imobilitas fisik yang ditandai
dengan klien tidak beraktifitas ( tidurtiduran) slam 2 mggu
Gangguan

kognitif

berhubungan

dengan proses penuaan ditandai dengan


pasien tidak bisa menyebutkan nama
ibunya dan alamat rumah serta nama
hari dan dari pemeriksaan SPMSQ
terdapat kesalahan 8-10 digolongkan
kerusakan intelektual berat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Hilangnya nafsu
makan yang di tandai dengan klien
makan hanya sedikit, klien tampak
tidak tertarik untuk makan, kurangnya
minat pada makan.

III.

NURSING CARE PALAN

27

Nama klien:
No. Reg

No.
Tujuan

Dx
1

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan askep 1. Jelaskan tindakan yang 1. Agar


2x60 mnt dharapkan
klien bisa bnafas secara
efektif

dan setelah di

lakukan askep 7x24jam


klien bernafas dengan
efektif denan criteria
hasil ;

akan kita lakukan kpd


klien/ kluarganya.
2. Auskulturasi
sebelum

dan

klien batuk
3. Observasi

keluarga

klien

bisa membantu dalam

proses penyembuhan
paru 2. Membantu
sesudah

mengevaluasi
keefektifan upaya batuk

kedalaman

klien
kedalaman 3. Memastikan

inspirasi

bunyi

tidak terdapat

bernafas
tambahan
ronki basah kasar,tidak 4. Kolaburasi dengan dokter 4. Mempermudah
terdengar
2

suara

dalam pemberian obat

pernafasan

bronchial, RR normal,
Setelah
dilakukan Jelaskan pada keluarga dan Keluarga
asuhan

keperawatan

klien

selama

1x60

yang akan dilakukan

mnt

tentang

tindakan

dan

mengetahui

klien
tindakan

yang akan dilakukan

diharapkan luka pada


punggung klien tidak Ciptakan lingkungan yang Agar
terasa

nyaman dan tenang


Tingkatkan

konsentrasi

klien

dapat mudah terfokus

pengungkapan Agar

klien

kenangan dan tinjauan

mengingat

ulang kehidupan

masa

lalu

mampu
kembali
dan

hal

penting dalam hidupnya


3

Setelah
asuhan

dilakukan 1. Tanya

keadaan

tubuh

keperawatan

klien
1. Mengetahui
status
2. Kaji status nutrisi secara
1x24 jam klien mampu
kesehatan klien
kontinu
2. Mengetahui
mempertahankan
3. Dokumentasikan
penyimpangan dari normal
konsentrasi
dan
3. Mengidentifikasi
masukan oral
menunjukkan
4. Jadwalkan
aktivitas
ketidak
seimbangan

28

penurunan

minimal

dalam orentasi kognitif


dengan criteria klien

dengan istirahat
antara output dan input
5. Kolaborasi dengan ahli 4. Mengubah
gizi

kebutuhan kalori
5. Membantu
dalam

mampu
mengidentifikasi

identifikasi

orang,tempat,tanggal

deficit

nutrisi dan kebutuhan

dan waktu

IV.

energy/menurunkan

nutrisi

IMPLEMETASI
Nama Klien

No.Reg

No. dX/ tanggal


1
14-03-2011

Tin,dakan keperawatan
1. Menjelaskan tindakan yang akan kita lakukan kpd

TTD

klien/ kluarganya.
R= klien/klg memahami penjelasan kami
2. Melakukan Auskulturasi paru sebelum dan sesudah
klien batuk
R= klien mengikuti instruksi kita
3. Mengobservasi kedalaman inspirasi

kedalaman

bernafas
R= klien mengikuti instruksi kita
4. Melaksanakan instruksi dokter dalam pemberian
ogsigen,
R= klien mengikuti instruksi kita
2

Memberi

penjelasan pada keluarga tentang tindakan

yang akan dilakukan


Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Meningkatkan pengungkapan ulang kenangan dan
3

kehidupan
Menanyakan keadaan klien
Respon: klien masih merasa lemas
mengkaji status nutrisi secara kontinu
Respon: belum ada penyimpangan ditandai berat badan
29

klien tidak menurun drastis


Dokumentasikan masukan oral
Respon: tidak ada masukan oral
Jadwalkan aktivitas dengan istirahat
Respon klien istirahat cukup
Kolaborasikan dengan ahli gizi
Respon: ahli gizi menyarankan asupan nutrisi klien
ditambah supaya tidak kekurangan nutrisi

V.

EVALUASI
Nama klien

No.reg

No.D
x
1

Tanggal
20/03/11

Jam

Evaluasi

08.00wi

S : keluarga klien mengatakan klien sudah bisa

bernafas dengan normal


O : klien terlihat bernafas dengan efektif tanpa
ada secret yang menyumbat
A : tujuan Tercapai
P:

interervensi

di

intervensi

dihentikan,

persiapan pulang jam 09.30


S : keluarga klien mengatakan klien sudah tidak
merasakan sakit di punggungnya lagi
O : luka yang ada di punggung sudah tidak
Nampak lagi
A : tujuan tercapai

P : intervensi di hentikan
S : keluarga klien mengatakan klien hanya bisa
mengingat nama ibunya,dan selain itu klien
belum bisa mengingat yang lainnya

30

O:

klien

mampu

mempertahankan

konsentrasinya, saat ditanya nama ibunya klien


bisa menjawab tetapi saat ditanya yang lainnya
klien tidak bisa menjawab dan bingung
A:tujuan tercapai sebagian
4

P : intervensi dilanjutkan
S: klien mengatakan sudah mau makan
O: klien tampak tidak lemas, dan bisa BAB
A: tjuan tercapai
P: intervensi dihentikan

31

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang
diakibatkan

oleh

beberapa

faktor

seperti

kebiasaan

merokok,

pencemaran/polusi udara, paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja,


riwayat infeksi saluran napas, bersifat genetik, jangkitan paru-paru berulang
seperti pneumonia, virus dan tibi dll yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan pada saluran pernafasan yang disertai batuk berdahak dan
berlangsung lama( minimal 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturutturut).
Adapun tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita penyakit ini adalah :
Batuk yang sering dan memproduksi lendir, kekurangan energi, suara
mendesah ketika bernapas, Demam yang mungkin atau tidak hadir dll.
Penyakit ini dapat diobati dan ditanggulangi dengan cara konsultasi kedokter
dan melaksanakan semua apa yang disarankan oleh dokter.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya
4.2.2

proses

keperawatan

selalu

dilaksanakan

secara

berkesinambungan
Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.

32

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8.
EGC: Jakarta.

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I
Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,


Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit
FKUI: Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai