PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya
menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar
jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang
mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga meningkatnya angka perokok
terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis ini
mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-kelamaan batuk disertai
juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis )
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar
jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada
seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive
pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara
populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu
penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan
setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan
memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan
diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak
bahkan dapat merupakan kelainan congenital
Penyakit dan gangguan saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih
menjadi masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat
penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,
ini
Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Bronkitis Kronis
2.1.1 Definisi
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulangulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun
berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain
(Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal:490).
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddarth, 2002).
Bronkhitis kronis adalah penyakit atau gangguan pernapasan paru
obstruktif yang ditandai dengan produksi mukus yang berlebih (sputum
mukoid) selama kurang 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun untuk 2 tahun
berturut turut. (Elizabeth .J. Corwin)
Bronkhitis kronis adalah gangguan pernapasan atau inflamasi jalan napas
dan peningkatan produksi sputum mukoid menyebabkan ketidak cocokan
ventilasi perfusi dan penyebab sianosis. (Sylvia .A. Price)
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan
yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1
detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2.1.2.2 Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
3
2.1.2.3 Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat
pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
2.1.2.4 Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan
suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
2.1.2.5 Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.
2.1.3
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel
radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk
kronik
yang
disertai
peningkatan
sekresi
bronkus
tampaknya
1) Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak.
Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada
serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah.
2) Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
3) Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
4) Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krokkrok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan
adanya dahak di saluran napas.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1) Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2) Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai
dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3) Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis
with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan
pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika
diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.
2.1.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis.
1) Kadang kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila
sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
2) Juga didapatkan tanda tanda overinflasi paru seperti barrel chest,
kifosis
3) Pada perkusi terdengar hipersonor
4) Peranjakan hati mengecil
5) Batas paru hati lebih ke bawah
6) Pekak jantung berkurang
7) Suara nafas dan suara jantung lemah,
8) Kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernafasan tambahan.
2.1.4.3 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah
bayangan
bronchus
yang
menebal.
Klasifikasi
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
2.1.5.1 Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis
akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
2.1.5.2 Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulangulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis
kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan
2.1.6
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kirakiravertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisioleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
bawah dan kesamping ke arahtampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek
dan lebih lebar, dan lebih vertikal dari pada yangkiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewatdi
bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebihlangsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadibeberapa
cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dankernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yangukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluranudara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalismemiliki
garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulangrawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis
disebut saluran penghantar udarakarena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
2.1.7
Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat
dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau
dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan
walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae.
Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya
virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu
a)
b)
c)
2)
pasien
c) Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien.
d) Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil
uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
e) Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
f) Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan.
Dari
berbagai
penelitian
pemberian
obat-obatan
antara lain :
2.1.8.1 Bronchitis kronik
2.1.8.2 Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
2.1.8.3 Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
2.1.8.4 Efusi pleura atau empisema
10
2.1.8.5 Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
2.1.8.6 Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan beah gawat darurat.
2.1.8.7 Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
2.1.8.8 Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabangcabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
2.1.8.9 Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat da luas
2.1.8.10
Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
11
12
13
Intervensi Keperawatan
NO
1
14
Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen
15
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24
16
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
17
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
Resiko infeksi
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
18
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jari
Penyakit kronik
Batasan karakteristik :
a.
b.
c.
19
d.
Definisi :
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan
20
2.2.4
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin
diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan
nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,
kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.
(Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Data Biografi
Nama
: Ny. g
Tempat dan tanggal lahir
: 20 -03-1936
Pendidikan terahir
: tidak bekerja
Agama
: Islam
Status perkawinan
: janda
Alamat
: surabaya
Orang/ keluarga yang dapat di hubungi
: Tn. R
Hubungan dengan klien
: anak klien
Alamat
: surabaya
2. Riwayat Keluarga
Keterangan :
: Laki laki
: Perempuan
: Klien
: Garis keturunan
22
a.
b.
c.
d.
e.
Nutrisi
Status Imunisasi
Alergi
Penyakit Yang Diderita
Status Pengobatan
:
::: Batuk Berdahk
: Diberikan Oksigen, Antibiotik, Dan Terapi
Cairan
9. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Sebelumnya, lansia ini tidak pernah sakit
10. Status Aktivitas Hidup Sehari Hari
:
aktifitas hidup sehari hari pada lansia ini dilihat dari indek katz lansia ini
mempunyai kriteria G : karena lansia ini tidak dapat melakukan
aktifitasnya
PERTANYAAN
O
1
2
3
hari ini?
Hari apa sekarang
Apa nama tempat ini ?
JAWABAN
SKOR
_
_
tahu
Klien
mengungkapkan _
mengungkapkan _
lupa
7
sekarang ?
Klien
mengungkapkan _
lupa
Klien
mengungkapkan _
10
tidak tahu
Sebutkan angka dengan kurangi 3 Klien dapat menjawab
23
dari angka 20 ?
Kesimpulannya : klien mengalami kerusakan intelektual BERAT karena klien
tidak bisa menjawab pertanyaan pertanyaan yang tercantum SPMSQ
11. Status Mental :
Kesimpulan : Anamnesis di dapatkan pasien tidak dapat menyebutkan nama
ibunya dan alamat dia tinggal serta nama hari karena lupa
12. Status Sosial :
Kesimpulannya : status klien pada criteria sedang
13. Aspek SpiritualL:
pasien tidak bisa melakukan aktivitas keagamaan karena pasien tidak mampu
beraktivitas
14. Status Psikologis :
PERTANYAAN
O
1
JAWABAN
SKOR
melakukan 3
tidak
sangat
lelah
untuk 3
melakukan sesuatu
ibu?
sebaik sebelumnya
klien mengalami depresi sedang karena lansia ini merasa sedih erhadap
keadaannya sekarang yang sulit beraktifitas dan nafsu makan yang tidak sebaik
sebelum nya.
A. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
2. Pemeriksaan fisik :
a. Sistem pernafasan
: RR 30x/menit
I : bntuk dada simetris
24
No
1
Nama Klien
No.Reg
Kelompok Data
DS: keluarga klien mengatakan
klien batuk 3 minggu yang lalu
Etiologi
sekresi yang tertahan
Terdengar suara
bronchial
homogeny
pd
paru
sebelah
kanan.
Masalah
Bersihan
jalan
napas
tidak efektif
Kerusakan
25
imobilitas fisik
integritas
kulit
Menurunnya mobilitas
DO: tedapat luka pada punggung
fisik
Mobilitas d tempat
tidur
Kulit tertekan
Kerusakan integritas
kulit
kesalahan
digolongkan
4
Gangguan
kognitif
Degenerasi primersel
sel neuron di otak
Proses menua
8-10
Gangguan kognitif
kerusakan
intelektual berat
DS: klg klien mengatakan klien
makan hanya sedikit
Nutrisi
Hilangnya nafsu makan kurang
dari
kebutuhan
tbh
pada makan
26
No. Reg
Tanggal
muncul
14-03-2011
Diagnosa keperawatan
Tgl teratasi
TTd
dengan
sekresi
yang
kognitif
berhubungan
III.
27
Nama klien:
No. Reg
No.
Tujuan
Dx
1
Intervensi
Rasional
dan setelah di
dan
klien batuk
3. Observasi
keluarga
klien
proses penyembuhan
paru 2. Membantu
sesudah
mengevaluasi
keefektifan upaya batuk
kedalaman
klien
kedalaman 3. Memastikan
inspirasi
bunyi
tidak terdapat
bernafas
tambahan
ronki basah kasar,tidak 4. Kolaburasi dengan dokter 4. Mempermudah
terdengar
2
suara
pernafasan
bronchial, RR normal,
Setelah
dilakukan Jelaskan pada keluarga dan Keluarga
asuhan
keperawatan
klien
selama
1x60
mnt
tentang
tindakan
dan
mengetahui
klien
tindakan
konsentrasi
klien
pengungkapan Agar
klien
mengingat
ulang kehidupan
masa
lalu
mampu
kembali
dan
hal
Setelah
asuhan
dilakukan 1. Tanya
keadaan
tubuh
keperawatan
klien
1. Mengetahui
status
2. Kaji status nutrisi secara
1x24 jam klien mampu
kesehatan klien
kontinu
2. Mengetahui
mempertahankan
3. Dokumentasikan
penyimpangan dari normal
konsentrasi
dan
3. Mengidentifikasi
masukan oral
menunjukkan
4. Jadwalkan
aktivitas
ketidak
seimbangan
28
penurunan
minimal
dengan istirahat
antara output dan input
5. Kolaborasi dengan ahli 4. Mengubah
gizi
kebutuhan kalori
5. Membantu
dalam
mampu
mengidentifikasi
identifikasi
orang,tempat,tanggal
deficit
dan waktu
IV.
energy/menurunkan
nutrisi
IMPLEMETASI
Nama Klien
No.Reg
Tin,dakan keperawatan
1. Menjelaskan tindakan yang akan kita lakukan kpd
TTD
klien/ kluarganya.
R= klien/klg memahami penjelasan kami
2. Melakukan Auskulturasi paru sebelum dan sesudah
klien batuk
R= klien mengikuti instruksi kita
3. Mengobservasi kedalaman inspirasi
kedalaman
bernafas
R= klien mengikuti instruksi kita
4. Melaksanakan instruksi dokter dalam pemberian
ogsigen,
R= klien mengikuti instruksi kita
2
Memberi
kehidupan
Menanyakan keadaan klien
Respon: klien masih merasa lemas
mengkaji status nutrisi secara kontinu
Respon: belum ada penyimpangan ditandai berat badan
29
V.
EVALUASI
Nama klien
No.reg
No.D
x
1
Tanggal
20/03/11
Jam
Evaluasi
08.00wi
interervensi
di
intervensi
dihentikan,
P : intervensi di hentikan
S : keluarga klien mengatakan klien hanya bisa
mengingat nama ibunya,dan selain itu klien
belum bisa mengingat yang lainnya
30
O:
klien
mampu
mempertahankan
P : intervensi dilanjutkan
S: klien mengatakan sudah mau makan
O: klien tampak tidak lemas, dan bisa BAB
A: tjuan tercapai
P: intervensi dihentikan
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang
diakibatkan
oleh
beberapa
faktor
seperti
kebiasaan
merokok,
proses
keperawatan
selalu
dilaksanakan
secara
berkesinambungan
Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.
32
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit
FKUI: Jakarta.
33