Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang


peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di
Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan
pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya
penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-
kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan membantu klien
penyakit ini dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
sehingga kebutuhan dasar klien yang terganggu dapat ditanggulangi.
1.2 RUMUSAL MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antar lain:
1. Apa pengertian bronkitis kronis?
2. Apa saja etiologi bronkitis kronis?
3. Apa saja manifestasi klinis bronkitis kronis?
4. Bagaimana patofisiologi bronkitis kronis?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik bronkitis kronis?
6. Bagaimana cara penatalaksanaan bronkitis kronis?

1.3  Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini supaya para pembaca khususnya
mahasiswa mampu untuk :
 Mampu mengetahui defenisi dari bronchitis kronik
 Mampu mengetahui etiologi dari bronchitis kronik
 Mampu mengetahui manifestasi klinis dari bronchitis kronik
 Mampu mengetahui patofisiologi dari bronchitis kronik
 Mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik bronkitis kronis
 Mampu mengetahui penetalaksanaan dari bronchitis kronik
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BRONKITIS

Bronkitis adalah infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi


yang mngenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasikan
sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu.
Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,
Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium
diphtheriae(Rahajoe,2012)

Definis Bronkitis kronis menurut beberapa ahli :

1. Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang


berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.sekeresi
yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.
(Brunner & Suddarth edisi 8)

2. Bronkitis kronis yaitu perdangan bronkus yang tetap berlanjut selama beberapa
waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara yang normal didalam
bronkus.(Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 1)

3. Bronkitis kronis merupakan jenis penyakit yang dekat dengan chronic


obstructive pulmonary disease (CORD) ataupun penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK).(Menurut world Health Organizatio(WHO))

4. Bronkitis kronis adalah kelainan yang ditandai oleh pembentukan lendir


berlebihan dalam bronkhi dan dimanifestasikan oleh batuk kronis dan
pembentukan sputum selama minimal 3 bulan pertahun untuk setidaknya 2
tahun yang berturut-turut.(Wilson, 1997).

2.2 ETIOLOGI
1) Rokok

Rokok adalah penyebab utama brokitis kronis karena secara patologis


rokok berhubungan dengan Hiperplasia kelenjar mokus bronkus dan
metaplasia

2) Infeksi

Infeksi pernafasan saluran pernapasan atas pada penderita bronkitis


kronis hampir selalu menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri
yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan
streptococcus pneumonie, staphylococus.

3) Polusi

Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis kronis adalah zat-zat


produksi seperti O2, zat-zat pengeoksidasi seperti N2O, Hidrokarbon,
Aldehind, ozon. Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai penyebab
penyakit tetapi bila ditsmbah merokok, resiko akan lebih tinggi

Bronkitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada


beberapa alat tubuh, yaitu :

a. Penyakit Jantung Menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik


pada katup maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus
melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

b. Infeksi sinus paranasakis dan rongga mulut, area infeksi merupakan


sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkhus.

c. Dilatasi bronkhus (bronkhierasi), menyebabkan gangguan susunan dan


fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus


sehingga drainase lendir tenrganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan
medis yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


1) Batuk terutama pada pagi hari pada perokok

Makin lama batuk makin berat timbul siang maupun malam hari, penderita
terganggu tidurnya. Bila timbul infeksi saluran nafas, batuk-batuk tambahn
berat dan berkurang bila infeksi hilang.

2) Dahak

Sputumnya putih atau mukoid. Bila ada infeksi, sputumnya menjadi


purulen atau muko purulen dan kental.

3) Sesak

Sesak timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita
berkurang, sesak nafas bertambahh apabila timbul infeksi, kadang-kadang
disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor
pulmonal yang menetap.

4) Blue blotter

Pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernafas,


mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnea.

Bronkitis kronik terjadi scara bertahap, pada merokok dengan usia :

- 23-35 tahun : kemampauan kerja paru berat

- 35-45 tahun : batuk produktif

- 45-55 tahun : sesak nafas

- 55-56 tahun : gagal nafas → kematian

A. Tanda dan Gejala Bronkitis Kronis

1. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab.

2. Sering mengalami infeksi saluran pernapasan (seperti misalnya pilek atau


flu) yang dibarengi dengan batuk.
3. Gejala brikitis akut lebih dari 2-3 minggu

4. Demam tinggi

5. Produksi berdahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau

2.4 PATOFISIOLOGI

Asap mengiritasi jalan napas, mangakibatkan hipersekresi lendir dan


inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi
lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih
banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit
dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak
dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar,
yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.
Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan brokial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubah fibrotik yang
terjadi dalan jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang
irreversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.

Mukus yang kental danpembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan napas


terutama selama eksprasi. Jalan napas selanjutnya menglami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus, hipoksia dan asidosis. Paisen mengalami
kekurangan O₂ jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana
terjadi penurunan PO₂ kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nila PCO₂
sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka
terjadi polisitemia(produksi eritrosit berlebih).

Pada saat penyskit brtambah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum


yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatkan pada RV dan FRC. Jika
masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbil yang akhirnya
menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).

2.5 KLASIFIKASI

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi
rontgen thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas
darah arteri.

1. Pemeriksaan fungsi paru

Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai


suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal
berkisar 12 – 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara
masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal
seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru
diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.

Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap
orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang
dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke
bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam
proses pertukaran gas.
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi
oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan
pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah
juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan,
tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa
gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan
riwayat penyakit,Pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
 PH normal 7,35-7,45
 Pa CO2 normal 35-45 mmHg
 Pa O2 normal 80-100 mmHg
 Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
 HCO3 normal 21-30 mEq/l
 Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
 Saturasi O2 lebih dari 90%.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
4. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis
paru. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan
sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular
type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :
 Lapisan teratas agak keruh
 Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
 Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak (celluler debris). 

2.7 Penatalaksanaan
1. Batuk Efektif dan Napas Dalam
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret.
Tujuan napas dalam dan batuk adalah untuk meningkatkan ekspansi paru,
mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Pasien
diberi posisi duduk tegak pada tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki
disokong. Pasien dianjurkan untuk mengambil napas dalam dan perlahan.
Bila sekret terauskultasi, kemudian batuk dimulai pada inspirasi
maksimum.
2. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi
dada. Biasanya ketiga metode digunakan pada posisi drainase paru yang
berbeda diikuti dengan napas dalam dan batuk.
3. Terapi Aerosol Bronkodilator
Tujuan terapi ini adalah untuk merelaksasi jalan napas, mobilisasi sekresi,
dan menrunkan edma mukosa, sehingga lebih banyak oksigen
didistribusikan ke seluruh bagian paru, ventilasi alveolar diperbaiki.
4. Pelembaban Inhalasi                        
Tujuan utama pelembaban inhalasi adalah hidrasi terhadap mekanisme
bersihan mukosilia normal dan mengenceran sekret. Aspek paling penting
terapi pelembaban inhalasi adalah napas dalam aktif oleh pasien, diikuti
oleh tahanan napas untuk memungkinkan pelepasan vertikal aerosol dan
kemudian melakukan ekhalasi penuh dengan perlahan.
5.  Pernapasan Tekanan Positif Intermitten (PTPI)
PTPI digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dan ekspansi paru.
Pola ventilasi yang adekuat selama tindakan PTPI terdiri dari inspirasi
dalam ditujukan kepada peningkatan volume tidal normal sebanyak 2-3
kali. Pasien kemudian diinstruksikan untuk menahan napas untuk
memberikan kedalaman dan pelepasan lebih besar pada obat aerosol, air
dan garam faal.
6. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering digunakan diantaranya: bronkodilator, steroid,
kromolin Sodium, antikolinergik.
7. Terapi Oksigen
Terapi oksigen disesuaikan dengan persen konsentrasi pada udara dihisap.
Tujuan terapi ini untuk meningkatkan PaO2, dengan selanjutnya
menurunkan vasokonstriksi, hipoksia, pada vaskuler paru dan tekanan arteri
paru, diharapkan perbaikan pada fungsi ventrikel kanan dan pengiriman O2
ke jaringan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Penyakit bronitis
Sub Pokok Bahasan : Pengertian penyakit bronitis, Penyebab penyakit bronitis,
Gejala penyakit bronitis
Sasaran : Semua anggota keluarga klien
Waktu : < > 20menit
Tempat : Rumah klien

TIU ( Tujuan Instruksional Umum )


Setelah diberikan penyuluhan keluarga diharapkan dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan pengertian, penyebab, gejala dari penyakit bronitis.

TIK ( Tujuan Instruksional Khusus )


No TIK Materi Media Metode Evaluasi
Setelah diberikan
penyuluhan keluarga
dapat :
1. Mengetahui dan Pengertian Leaflet Ceramah, -      Keluarga
menjelaskan tentang penyakit mengetahui
pengertian dari pengertian
penyakit bronitis penyakit
bronitis.
Dapat menyebutkan
2. penyebab dari Penyebab -      Keluarga
penyakit bronitis penyakit mampu
menyebutkan
penyebab
penyakit bronitis

Dapat menyebutkan -      Keluarga


3 gejala dari penyakit Gejala mampu
bronitis penyakit menyebutkan
gejala dari
penakit bronitis.
Jadwal kegiatan penyuluhan
Waktu Kegiatan Perawat Keluarga
5 Menit Pembukaan 1.      Mengucapkan Salam. - Menjawab salam
2.      Memperkenalkan Diri.
3.      Menjelaskan Tujuan
Tindakan.

15 Isi           Menanyakan pengertian Menjawab dan


Menit penyakit bronitis mendengarkan
          Menjelaskan penyakit penjelasan perawat.
bronitis
          Menjelaskan gejala dari
bronitis
Penutup Menjawab
5 Menit Evaluasi dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan.
Kesimpulan.
MATERI PENYULUHAN

Pengertian
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran udara ke paru-paru. Penyakit ini
biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Penyebab
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang
menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-
paru dan saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
         Sinusitis kronis
         Bronkiektasis
         Alergi
         Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:


-          Berbagai jenis debu
-          Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida,
sulfur dioksida dan bromin
-          Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
-          Tembakau dan rokok lainnya.

Gejala
Gejalanya berupa:
-          batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
-          sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
-          sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
-          bengek
-          lelah
-          pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
-          wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
-          pipi tampak kemerahan
-          sakit kepala
-          gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung
meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri
tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau
kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi
demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

-          Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.


-          Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.

Anda mungkin juga menyukai