Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit kanker (neoplasma) merupakan penyebab kematian pertama di dunia. Pada
tahun 2005 jumlah kematian akibat penyakit kanker mencapai 58 juta jiwa. Menurut data
WHO (2005), jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker paru
(mencapai 1,3 juta kematian pertahun), disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta
kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanker usus besar
(655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian
pertahun). Sedikitnya 1,2 juta jiwa di Amerika Serikat didiagnosa menderita kanker setiap
tahunnya. Akan tetapi incidence rate lebih banyak terjadi di negara berkembang (Smeltzer
& Bare, 2001). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan prevalensi rate
penyakit kanker yang cukup tinggi. Di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua
setelah Vietnam dengan kasus penyakit kanker mencapai 135.000 kasus pertahun (WHO,
2005). Data tersebut hampir sama dengan yang ditemukan Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) Departemen Kesehatan RI (2004) yang menyebutkan prevalensi penyakit kanker
mencapai 100 ribu pertahun. Di Indonesia penyakit kanker menjadi penyebab kematian
kedua setelah penyakit jantung (Depkes RI, 2004).. Sebagian manusia terkadang
mengabaikan suatu gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut
baru diketahui ketika telah mencapai stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat
kebiasaan buruk ini adalah kanker lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu
bentuk neoplasma maligna gastrointestinal
1.1.2 Abstrak
Pasien kanker Lansia yang menerima kemoterapi mungkin menghadapi banyak
tantangan seperti morbiditas co, polifarmasi dan toksisitas kemoterapi yang dapat
mempengaruhi status gizi dan fungsional; sehingga program rehabilitasi keperawatan
sangat penting untuk mengatasi komplikasi ini dan meningkatkan kualitas hidup. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program
rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk
pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal. Untuk memenuhi tujuan penelitian ini
hipotesis penelitian berikut diuji: H1: Kelompok studi akan memiliki intensitas penurunan
efek samping kemoterapi dibandingkan dengan kelompok kontrol. H2: The post test berarti
skor pengetahuan kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
H3: The post test berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Desain kuasi-eksperimental digunakan dalam
penelitian ini. Contoh kenyamanan 60 pasien pria dan wanita lanjut usia. Pasien secara acak
dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol). Empat alat yang
digunakan untuk koleksi data; 1) Sosial-alat profil demografi dan kesehatan data, 2) alat
toksisitas Kemoterapi diinduksi, 3) alat penilaian kesehatan gigi, 4) penilaian pengetahuan
pasca Pra dan alat manajemen diri. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: ada
statistik perbedaan yang signifikan antara studi dan kelompok kontrol dalam kaitannya
dengan kejadian efek samping kemoterapi sebagai mual dan muntah, dan diare mucositis
setelah siklus kemoterapi terakhir. Post test berarti nilai pengetahuan yang berhubungan
dengan kemoterapi, fungsi, efek samping, eliminasi, mucositis, perawatan mulut dan diet
seimbang dan post test berarti nilai manajemen diri yang berkaitan dengan eliminasi,
mucositis, mual dan muntah, praktek perawatan mulut yang lebih tinggi pada kelompok
studi dari kelompok kontrol. Kesimpulannya program rehabilitasi keperawatan tampaknya
memiliki dampak positif pada hasil pencernaan pasien tua itu.
1.3. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dalam bentuk case series berdasarkan
data sekunder rekam medik. Penelitian ini dilaksanakan di bagian Patologi Anatomi RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang pada Oktober-November 2014.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien karsinoma lambung yang
melakukan pemeriksaan histopatologi di bagian Patologi Anatomi RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang pada periode 1 Januari 2009 – 31 Desember 2013. Sampel pada
penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien yang telah terdiagnosis sebagai
karsinoma lambung periode 1 Januari 2009 - 31 Desember 2013 dan memiliki data rekam
medik lengkap untuk memenuhi variabel penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi penelitian
ini adalah pasien dengan diagnosis karsinoma lambung yang memiliki rekam medik tidak
lengkap. Variabel penelitian ini yaitu, angka kejadian karsinoma lambung, usia, jenis
kelamin, dan gambaran histopatologi.

1.4. Hasil
pada hasil pemeriksaan didapatkan jenis adenokarsinoma sebanyak 35,7%, well
differentiated sebanyak 7,1%, moderate dan poorly differentiated masing-masing sebanyak
21,4%, dan tipe intestinal, difus, papiler, serta signet-ring sel masing-masing 3,6%. Jenis
adenokarsinoma didominasi oleh kelompok usia 51-59 tahun, grade well differentiated
terdapat pada kelompok usia 42-50 dan 51-59 tahun, moderately differentiated ditemukan
pada kelompok usia yang bervariasi, poorly differentiated didominasi oleh kelompok usia
51-59 tahun, tipe intestinal ditemukan pada pasien pada kelompok usia 42-50 tahun,
sedangkan tipe difus, papiler, dan signet-ring sel ditemukan masing-masing pada kelompok
usia 60-68 tahun. Jenis adenokarsinoma lebih banyak dialami oleh laki-laki, sedangkan
pada pembagian yang berdasarkan grading, well differentiated hanya didapatkan pada laki-
laki, sedangkan moderate dan poorly differentiated didapatkan jumlah yang sama antara
laki-laki dan perempuan, tipe intestinal, difus, papiler, dan signet-ring sel hanya ditemukan
pada laki-laki.

1.5. Kesimpulan
Angka kejadian karsinoma lambung di Bagian Patologi Anatomi RSMH Palembang
periode 2009-2013 adalah 0,052% dengan sampel penelitian sebanyak 28 orang, dan
puncak kasus terjadi pada tahun 2012 yaitu 0,0934%. Usia pasien karsinoma lambung yang
paling muda pada penelitian ini adalah 33 dan yang tertua 80 tahun. Pasien yang
didiagnosis karsinoma lambung paling banyak berada di kelompok usia 51-59 tahun yaitu
11 orang (39,3%). Karsinoma lambung pada penelitian ini lebih banyak dialami oleh laki-
laki yaitu 19 orang (67,9%) daripada perempuan yaitu 9 orang (32,1%). Gambaran
histopatologi berdasarkan kesan pada hasil pemeriksaan didapatkan jenis adenokarsinoma
sebanyak 35,7%, well differentiated sebanyak 7,1%, moderate dan poorly differentiated
masing-masing sebanyak 21,4%, dan tipe intestinal, difus, papiler, serta signet-ring sel
masing-masing 3,6%. Jenis adenokarsinoma didominasi oleh kelompok usia 51-59 tahun,
grade well differentiated terdapat pada kelompok usia 42-50 dan 51-59 tahun, moderately
differentiated ditemukan pada kelompok usia yang bervariasi, poorly differentiated
didominasi oleh kelompok usia 51-59 tahun, tipe intestinal ditemukan pada pasien pada
kelompok usia 42-50 tahun MKS, Th. 47, No. 1, Januari 2015 sedangkan tipe difus, papiler,
dan signet-ring sel ditemukan masing-masing pada kelompok usia 60-68 tahun. Jenis
adenokarsinoma lebih banyak dialami oleh laki-laki, sedangkan pada pembagian yang
berdasarkan grading, well differentiated hanya didapatkan pada laki-laki, sedangkan
moderate dan poorly differentiated didapatkan jumlah yang sama antara laki-laki dan
perempuan, tipe intestinal, difus, papiler, dan signet-ring sel hanya ditemukan pada laki-
laki.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Judul Penelitian
“Impact of Proposed Nursing Rehabilitation Program on Self management of
Selected Side Effects ofChemotherapy for Elderly Patients with Gastrointestinal
Cancer”

2.2. Nama Peneliti


- Anti fia sari
- Firdha Astri C
- Lola Reska
- Lely Amelia
- Mitta Bella
- Putri Rizki Ananda

2.5. Tanggal Penelitian


23 April 2018

2.6. Tujuan Penelitian


 Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi
keperawatan manajemen
 diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan
kanker gastrointestinal.
BAB III
ANALISIS JURNAL
3.1. Landasan Teori
DESKRIPSI PENELITIAN BERDASARKAN METODE PICO
1)      Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan
program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih
dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.
2)      Desain Penelitian
Participants and Procedure
60 pasien pria dan wanita lanjut usia. Pasien secara acak dibagi
menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol). tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi
keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk
pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.

·  Instrumen

Data yang berkaitan dengan variabel penelitian dikumpulkan dengan


cara alat-alat berikut:
1.      Sosial-alat profil demografi dan kesehatan data,
2.      alat toksisitas Kemoterapi diinduksi,
3.      alat penilaian kesehatan gigi,
4.      penilaian pengetahuan pasca Pra dan alat manajemen diri.

3)      Populasi / Sample


-          Sample : 60 pasien pria dan wanita lanjut usia,Pasien secara acak dibagi
menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol).
Dengan criteria sebagai berikut :
-          Kedua kelompok dirawat di unit rawat inap medis (sektor publik gratis)
untuk menerima kanker protokol kemoterapi.
-          Subyek menerima siklus kemoterapi selama tiga sampai empat hari dan
diulang setiap dua puluh satu hari.
-          Mendapatkan 6 kali siklus kemoterapi.
-          subyek yang berusia 60 tahun ke atas memiliki kanker gastrointestinal.
4)      Intervensi
Kelompok kontrol :
30 pasien pria dan wanita yang di rawat inap medis dan menerima siklus
kemoterapi kelompok kontrol (kelompok yang tidak diobati atau tidak terpapar)
diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus
kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus.
Tindakan Kelompok Kontrol :
o   Tahap 1:Sebelum siklus kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang dirawat inap untuk menerima pengaturan siklus kemoterapi
dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diwawancarai oleh peneliti untuk
mengisi alat profil demografi dan kesehatan sosial data, dan penilaian rongga mulut
dan tingkat mucositis jika ada dan kemoterapi induksi toksisitas alat penilaian selesai
dan pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat pra dilakukan.
o   Tahap 2:Setelah enam siklus kemoterapi terakhir
Kelompok kontrol yang menerima siklus kemoterapi dan menerima manajemen
rumah sakit keperawatan rutin diwawancarai oleh peneliti pada akhir enam siklus
kemoterapi untuk mengisi lagi penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika alat
penilaian hadir dan kemoterapi induksi toksisitas selesai dan pos- pengetahuan dan
penilaian manajemen diri alat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh obat
kemoterapi pada kualitas hidup mereka.

Kelompok intervensi :
Kelompok studi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama
sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi
(siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus
kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek
samping kemoterapi.
Tindakan KelompokIntervensi :
o   Tahap 1: Sebelum siklus kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang mengaku pengaturan rawat inap untuk menerima siklus
kemoterapi dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diwawancarai oleh
peneliti untuk mengisi sosial alat data profil demografi dan kesehatan dan penilaian
rongga mulut dan tingkat mucositis jika digunakan dan kemoterapi toksisitas yang
diinduksi alat penilaian selesai dan pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat pra
dilakukan.Pada hari kedua dan ketiga dari siklus kemoterapi pertama (sebelum sesi
kemoterapi) peneliti memberikan informasi singkat kepada pasien mengenai penilaian
rongga mulut dan definisi dan penyebab mucositis, dan bagaimana hal itu dapat
dicegah atau intensitasnya bisa dikurangi.Peneliti juga menunjukkan prosedur
perawatan mulut bagi mereka. Pada hari keempat siklus kemoterapi pertama, peneliti
menyelesaikan informasi yang berkaitan dengan efek samping kemoterapi lainnya
seperti mual, muntah, diare dan sembelit yang mungkin terjadi, peneliti didefinisikan
secara singkat definisi dan penyebab efek-efek yang merugikan dan cara mencegah
atau mengurangi mereka. Selain itu peneliti menawarkan bahan tertulis kepada pasien
dengan gambar berwarna untuk membantu mereka untuk mengikuti informasi ini di
rumah-rumah mereka dan juga meminta mereka untuk kembali menunjukkan-
prosedur perawatan mulut untuk memastikan bahwa mereka dapat melakukan secara
efektif di rumah mereka.
o   Tahap 2: Di antara siklus kemoterapi
Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus pertama kemoterapi di rumah selama
5 hari melalui telepon di sore hari setidaknya 10 menit dalam setiap hari untuk
memastikan bahwa mereka mengikuti petunjuk kesehatan yang efektif terkait dengan
efek samping kemoterapi.

o   Tahap 2: Pada siklus kemoterapi kedua dan keempat


Kemoterapi diinduksi alat penilaian toksisitas diisi kembali oleh peneliti untuk
mengidentifikasi efek samping yang mungkin telah mempengaruhi pasien dan juga
untuk menilai rongga mulut dan tingkat mucositis jika ada.Selain itu, peneliti
meminta pasien untuk kembali menunjukkan prosedur perawatan mulut lagi dan juga
meminta mereka tentang efek samping yang terjadi dan bagaimana mereka berhasil.
Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus kedua dan keempat kemoterapi di
rumah selama tiga hari melalui telepon di sore hari setidaknya 10 menit dalam setiap
hari untuk memastikan bahwa mereka mengikuti petunjuk kesehatan yang efektif
terkait dengan efek samping.
o   Tahap 3: Setelah siklus kemoterapi keenam
Kelompok studi yang menerima siklus kemoterapi diwawancarai oleh peneliti setelah
siklus kemoterapi keenam untuk mengisi lagi penilaian rongga mulut dan tingkat
mucositis jika alat penilaian hadir dan kemoterapi induksi toksisitas selesai dan
pengetahuan pasca dan alat penilaian manajemen diri yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh program keperawatan manajemen diri efek samping yang
dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.
5)      Compare
Kelompok kontrol diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi,
tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah
enam siklus kemoterapi. Sedangkan Kelompok intervensi diikuti selama tiga tahap
siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua
adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap
ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari
program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
6)      Outcome
o   Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara studi dan kontrol mata pelajaran
kelompok yang terkait dengan karakteristik sosio-demografis dan data medis.
o   Kelompok studi akan memiliki insiden penurunan efek samping chemotherapy's
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 2-6 terkait dengan hipotesis ini). Tabel
3 menunjukkan bahwa efek samping yang kurang dalam siklus kemoterapi terakhir.
o   Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian mual dan muntah, dan diare mucositis secara
statistik signifikan lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok
kontrol, sedangkan kejadian konstipasi adalah tidak signifikan lebih rendah pada
kelompok studi.Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian mucositis secara signifikan
lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol.Semua
hasil dari tabel 2 sampai 6 dukungan Hipotesis (1).
o   post test berarti skor pengetahuan kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol (Tabel 7 terkait dengan hipotesis ini). Tabel (7) tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara subyek penelitian dan kelompok
kontrol dalam kaitannya dengan hasil alat penilaian pra. Sehubungan dengan
mengirim hasil alat penilaian, kelompok studi menunjukkan lebih tinggi berarti skor
Pengetahuan yang berkaitan dengan fungsi kemoterapi, chemotherapy's efek samping,
sembelit, diare, mucositis dan perawatan mulut dibandingkan dengan subyek
kelompok kontrol, dengan perbedaan statistik yang signifikan antara mereka .
o   Menurut pengetahuan yang berhubungan dengan mual dan muntah, studi dan mata
pelajaran kelompok kontrol menunjukkan nilai rata-rata yang sama, dengan tidak ada
perbedaan statistik yang signifikan antara mereka (t = 450.000 pada P = 1.000).
Semua hasil dari tabel 7 dukungan Hipotesis (2).
o   The post test berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 8 terkait dengan hipotesis ini). Table
(8) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara subyek
penelitian dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan hasil alat penilaian
pra.Sehubungan dengan mengirim hasil alat penilaian, kelompok studi menunjukkan
skor rata-rata yang lebih tinggi dari manajemen diri sembelit, diare, mucositis, mual
dan muntah dan praktek perawatan mulut dibandingkan dengan kelompok kontrol,
dengan perbedaan statistik yang signifikan antara mereka.Semua hasil dari tabel 8
dukungan Hipotesis (3).

Critical Thinking
Penelitian ini menjelaskan ada 2 intervensi yang digunakan, yaitu : Kelompok kontrol
diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus
kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus kemoterapi. Sedangkan
Kelompok intervensi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum
siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi
2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk
menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
Jika dibandingkan dengan jurnal, terdapat perbandingan signifikan menunjukkan
bahwa kejadian mual dan muntah, dan diare mucositis secara statistik signifikan lebih rendah
pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan kejadian konstipasi
adalah tidak signifikan lebih rendah pada kelompok studi.
Kemoterapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya
karena obat yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari
asalnya. Namun demikian obat tersebut menurut Otto (2005) dapat menimbulkan efek toksis
dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon
individual penderita terhadap obat.
Jika pemantauan seperti penelitian ini di terapkan di indonesia maka pengetahuan dan
praktik kesehatan tentang tindakan kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker
pencernaan semakin baik dan mengarahkan individu selalu menjaga kesehatan.
Dalam penelitian ini, setelah di lakukan penelitian tentang program rehabilitasi
keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia
lanjut dengan kanker gastrointestinaltidak berhenti namun di lakukan
pemantauan,pengecekan rutin dari awal kemoterapi langsung dari badan kesehatan yang
bergerak di bidang kesehatan.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Disimpulkan bahwa kemoterapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama
medis lainnya karena obat yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah
bermetastase jauh dari asalnya.Namun demikian obat tersebut dapat menimbulkan efek toksis
dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon
individual penderita terhadap obat.

Saran
Semoga dengan adanya jurnal ini sekaligus setelah dianalisa dapat menambah
ilmu bagi kita semua, dan bagi crew semoga lebih giat lagi dalam menata kata – kata di setiap
pointnya.
Daftar Pustaka
1. Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC). Estimated Cancer
Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in
http://globocan.iarc.fr/pages/fact_sheets_cancer.as px. 2012.
2. Robbins and Cotran. Pathologic Basis of Disease (8th ed.). Philadelphia: Saunders
Elsevier. 2010.
3. WHO. World Health Organization Classification of Tumours: Pathology and Genetics of
Tumours of the Digestive System. Lyon: IARCPress. 2000.

Anda mungkin juga menyukai