Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“BRONKITIS”

OLEH:
PUTRI RISDAYANTI
BT 2101084
1C

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2022
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus. Bronkitis akut
merupakan kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus
sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan,
campak  atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang
umumnya bakteri haemophilus influeza atau streptococcus pnemoniae.
Pada bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi
akibat asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan
keluhan pasien satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid
yang terjadi sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua
tahun berturut- turut (Syaifullah Noer, 2018).
Bronkitis pada anak merupakan bagian dari banyak
penyakit pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan
penyakit tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik
yang masih kontroversi dan ketidak-jelasan di antara para klinikus
dan para  penyidik. Bronkitis merupakan dignosa yang sering di
tegakkan, baik di luar maupun di dalam negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak sama dan bahkan meragukan, adanya
bronkitis kronik pada anak sebagai penyakit tersendiri. Mengapa hal ini
sampai terjadi kesimpang siuran karena masih belum ada konsensus
tentang bronkitis pada anak ini terinfeksi (Pratamawati, 2019).

Jadi bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara


ke paru-paru). Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang
banyak dan beberapa perubahan pada saluran pernafasan.

B. Etiologi
Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus
seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza,
virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat
dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi
Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri
( staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae).
Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur 
(Purnawan Junadi; 2018; 206).
Penyebab non infeksi adalah akibat aspirasi terhadap bahan fisik  
atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah
perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas
kronik  memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 2017; 37).
C. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir
dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar-
kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi
semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi
silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan
pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat
mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi
perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi pernapasan.

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah,
banyak keringat “ Diaphoresis”, tachycardia,
tachypnoe.
2. Tanda isitasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi
secret, rasa sakit dibawah sternum
3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah
Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik
yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan
paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan
emfisema dan bronkiektatis. (manurung, 2018)
Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan
hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan
viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan
perlawanan
E. Komplikasi
1. Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,

antara lain : Bronchitis kronik Bronchitis kronik merupakan suatu


definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap hari disertai
keluarnya dahak, sekurang-kurangnya dalam 3 bulan.

2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering


mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran nafas  bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka yang
drainase sputumnya kurang baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
 pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

4. Efusi pleura atau Empisema


F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru

Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna


sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan
orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut
kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih
rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem
paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer
atau spirometri. Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat
inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal,
sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada
saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari
volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses
pertukaran gas. (manurung, 2018 )
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida,
kadar  bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan
basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah
juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya
dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita
harus menghubungkan dengan riwayat
 penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
3. pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai
derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit
paru obstruktif menahun. (manurung, 2018 ).
3. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan
pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis
darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding
dengan tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak
sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian :
- Lapisan teratas agak keruh
- Lapisan tengah jernih, terdiri saliva (ludah)
- Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis
dari bronkus yang rusak (celluler debris).

G. Penatalaksanaan Medik
1. Keperawatan
Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari
serta dengan memanipulasi lingkungan di sekitar pasien dengan uap
panas atau dengan kabut dingin. Fungsinya adalah untuk membantu
mengencerkan dahak.
2. Medis
Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus,
antibiotik tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah sangat
memadahi. Obat penekan batuk tidak boleh di berikan pada batuk
yang berlendir.Bila batuk tidak mereda pada 2 minggu patut dicurigai
kemungkinan infeksi skunder dan pemberian anti biotik dapat di
berikan asal telah hilang kemungkinan terjadi pertusis.bakteri yang
dianjurkan adalah Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan
mikrolide.anti biotik di berikan selama dua minggu dan bila tidak
berhasil maka dilakukan rongen foto toraks untuk menyingkirkan
adanya kulaps paru segmental dan lober, benda asing dan tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya penyebab
lain seperti kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis,
defisiensi imonologis, hiperreaktivitas bronkus, dan ISPA (infeksi
saluran nafas atas akut) atas yang belum teratasi.

II. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

a) Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

b) Keluhan Utama

Tanyakan pada klien keluhan utama yang dirasakan.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan


timbulnya keluhan & apakah menetap atau hilang timbul, hal apa yang
mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah
sering mengkonsumsi obat tertentu atau tidak.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah ada penyakit keturunan lainnya.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan kepada klien mengenai riwayat kesehatan keluarga,


apakah ada penyakit keturunan atau menular.

d) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan


penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.

2. Pola nutrisi dan metabolisme. Terjadi gangguan nutrisi karena pada


kepada klien.

3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran


terhadap makanan.

4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.

5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan atau


perubahan dalam diri klien.

6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan penyebab


penyakitnya.

7. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi peran selama


sakit hubungan dengan proses penyakitnya.

8. Pola penanggulangan stres. Bagaimana klien mengatasi


masalahnya.
9. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi gangguan dalam pola
reproduksi dan seksual.

10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola
tata nilai dan kepercayaan.

e) Pemeriksaan fisik

1. Proses kesehatan umum. Akan terjadi nyeri yang hebat akibat


proses penyakitnya.

2. Sistem respirasi. Klien tidak mengalami sesak/tidak terjadi


gangguan respirasi

3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi brodikardi dan


distritmia atau penyakit jantung lainnya

4. Sistem persarafan. Nyeri, pusing/sakit kepala,.

5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal di dapat kan


intoleran terhadap makanan atau nafsu makan berkurang.

6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat


intoleransi terhadap makanan.
Penyimpangan KDM (Pathway)
III. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang aktivitas fisik

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas gastrointestinal

IV. Intervensi

Intervensi adalah suatu tindakan yang termasuk dibuat untuk membantu


individu (klien) dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan (PPNI, 2018)

Intervensi tersebut dapat dikatakan sebagai semua tindakan asuhan yang


dilakukan perawat atas nama klien. Tindakan tersebut termasuk intervensi yang
diprakarsai oleh perawat.

Intervensi (perencanaan) adalah tujuan dalam kegiatan yang mencakup, pusat


pada klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi agar
dengan mudah mencapai tujuan (PPNI, 2018)

Tahapan perencanaan ini memberi kesempatan kepada perawat, pasien atau


klien, serta orang terdekat klien dalam menyusun rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut.

Perencanaan tersebut merupakan suatu petunjuk yang tertulis dengan sasaran


yang tepat dan sesuai dengan rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa yang dilingkung.

V. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (PPNI, 2018)

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (PPNI, 2018)

Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas


pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (PPNI, 2018)

Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat


yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

VI. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan


antara dasar tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
yang tampilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Noer, Syaifullah. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, (2019). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC;

Junadi, Purnawan, dkk. 2018. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta


: Media Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.
Ngastiyah. 2019. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.
Manurung, Santa dkk. 2018.  Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem
Sumber: PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sumber: PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sumber: PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai