Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian dan Klasifikasi

Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
& meluas keparenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Riyadi, 2018).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-


macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing (Sujono,2019).

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai


bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus.(Riyadisujono&Sukarmin,2018).

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :

1). Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum
& dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah
suatu organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.
2). Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3). Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat
ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.
4). Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves,2018).

2. Etiologi

Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya


penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi
humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Akbar Asfihan, 2019)
antara lain:
a). Virus : Legionella pneumonia.
b). Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
c). Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
d). Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e). Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. Manifestasi Klinik

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas


selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping
hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering
tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah
nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2018). antara lain :

a). Pnemonia bakteri


Gejala :
- Anoreksi
- Rinitis ringan
Berlanjut sampai :
- a.Nafas cepat dan dangkal
- b.Demam
- c. Malaise (tidak nyaman)
- d. Ekspirasi berbunyi
- e. Leukositosis
- f. Foto thorak pneumonia lebar
- g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
b). Pnemonia Virus
Gejala awal :
- Rhinitis
- Batuk
Berkembang sampai :
- Ronkhi basah
- Emfisema obstruktif
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat
dan lesu
c). pneumonia mikroplasma
Gejala :
- Anoreksia
- Menggigil
- Sakit kepala
- Demam
Berkembang sampai :
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah

4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,


bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran
napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet)
infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis
dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini
tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi
peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di
bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak.
Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus
paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran
napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah.
Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga
timbul masalah GI tract. (Chairunisa, et al,. 2019)

5. Pathway

Bakteri, jamur, virus dan polusi udara

Masuk melalui ke saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan

Peradangan pada saluran nafas

Edema antara alveoli & kapiler

Peningkatan sel PMN & eritrosit pecal

BRONCHOPNEUMONIA
6. Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
2). Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat.

7. Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

1). Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2). Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3). Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4). Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5). Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan
1). Oksigen 1-2 liter per menit.
2). Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
3). Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
betagonis untuk transport muskusilier.
4). Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2019).
Pencegahan Pada Anak

1). Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2). Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3). Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4). Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak.
5). Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Fokus (Doenges, 2018)

a. Demografi meliputi;
nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulanberturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/ kuning) danbanyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot
bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi
nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

Pola Pengkajian

1). Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2). Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
3). Makanan / cairan
Gejala :
- Mual / muntah.
- Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.

Tanda :
- Turgor kulit buruk.
- Berkeringat.
- Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4). Aktifitas / istirahat
Gejala :
- Keletihan, keletihan, malaise.
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
- Keletihan.
- Gelisah/ insomnia.
- Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5). Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
- Perubahan pola hidup.
- Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6). Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari-
hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
2. Penyimpngan KDM

Virus , jamur dan bakteri

Invansi aluran napas atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa Infeksi saluran


bronkus ke saluran cerna napas bawah

proses peradangan infeksi saluran cerna


Dilatasi peradangan
pembuluh darah n
Akumulasi Peningkatan flora
secret di normal di usus Peningkatan
bronkus suhu tubuh
Eksudat masuk
Peristaltic usus alveoli
Bersihan Jalan Termoregulasi
Nafas Tidak malapsorsi tidak efektif
Gangguan
Efektif disfusi gas
Frekuensi
BAB > 3x/hari Suplai O2
Gangguan dalam darah
Pertukaran
Resiko Ketidakseimbangan
Gas Hipoksia
Cairan

Fatique

Intolerasi Aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan faktor resiko
peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawah oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
d. Temoregulasi Tidak Efektif berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen.
4. Luaran Keperawatan

NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (
Tidak Efektif (D. 0001) keperawatan selama 3 x 24 I.01011)
jam diharapkan bersihan
berhubungan dengan jalan napas meningkat Observasi
inflamasi trakeobonkial. dengan kriteria hasil :
Pembentukan edema, 1). Monitor pola napas
peningkatan produksi (L.01001) (frekuensi, kedalaman, usaha
sputum. napas)
1). Batuk efektif 2). Monitor bunyi napas
Definisi : (menigkat) tambahan (mis. Gurgling,
2). Produksi sputum mengi, wheezing, ronkhi
Ketidakmampuan (menurun) kering)
membersihkan sekret atau 3). Mengi (menurun) 3). Monitor sputum (jumlah,
obstruksi jalan nafas untuk 4). Wheezing (menurun) warna, aroma)
mempertahankan napas 5). Dispnea (menurun)
paten. Terapeutik

Kategori : Fisiologis 1). Posisikan semi-fowler atau


fowler
Subkategori : Respirasi 2). Berikan minum hangat
Penyebab : 3). Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Fisiologis 4). Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
1). Spasme jalan napas
5). Lakukan hiperoksigenasi
2). Hipersekresi jalan napas
sebelum penghisapan
3). Disfungsi
endotrakeal
Neuromuskular
6). Keluarkan sumbatan benda
4). Benda asing daam jalan
padat dengan forsep McGill
napas
7). Berikan oksigen, jika perlu
Situasional
Edukasi
1). Merokok aktif
1). Anjurkan asupan cairan
2). Merokok Pasif
2). 2000 ml/hari, jika tidak
Data Subjektif : kontraindikasi
3). Ajarkan teknik batuk efektif
1). Dispnea
2). Sulit bicara Kolaborasi
3). Ortopnea 1). 1. Kolaborasi pemberian
Data Objektif : bronkodilator, ekspektoran,
1). Batuk tidak efektif mukolitik, jika perlu
atau tidak mampu
batuk
2). Sputum berlebih/obstruk
si di jalan
napas/mekoniu m di
jalan napas (pada
neonates)
3). Mengi,
wheezing dan/atau
ronkhi kering

2. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan ( I.03098)


Cairan (D.0036) keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan. Observasi
berhubungan dengan faktor Keseimbangan cairan
resiko peningkatan meningkat kriteria hasil : 1). Monitor status hidrasi (mis.
atau percepatan perpindahan Frekuensi nadi, kekuatan
cairan dari intravaskuler (L.03020) nadi, akral, pengisian
kapiler,kelembapan mukosa,
Definisi : 1). Asupan cairan ( turgor kulit, tekanan darah)
meningkat ) 2). Monitor berat badan harian
Mengalami penurunan, 2). Output urin 3). Monitor berat badan
peningktan atau percepatan (meningkat ) sebelum dan sesudah
perpindahan cairan dari 3). Membrane dialysisMonitor hasil
intravaskuler, interstisial mukosa pemeriksaan laboratorium
atau intraselular. lembap ( meningkat) (mis. Hematokrit,
Kategori : Fisiologis 4). Asupan makanan Na, K, CI, berat jenis urine,
5). ( meningkat ) BUN)
Subkategori : 6). Edema ( menurun ) 4). Monitorm status
Nutrisi/Cairan hemodinamika (mis. MAP,
CVP, PAP, PCWP jika
Faktor Risiko
tersedia)
1. Prosedur pembedahan
Terapeutik
mayor
2. Trauma Perdarahan 1). Catat intake-output dan
3. Luka Bakar hitung balance cairan 24 jam
4. Aferesis 2). Berikan asupan cairan,
5. Asites sesuai kebutuhan
3). Berikan cairan intravena,
Kondisi Klinis Terkait
jika perlu
a. Prosedur Klinis
Kolaborasi
Terkait
b. Penyakit ginjal dan 1). Kolaborasi pemberian
kelenjar diuretik, jika perlu
c. Perdarahan

3. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (I.01014)


(D. 0003) keperawatan selama 3 x 24
Observasi
berhubungan dengan jam diharapkan Tindakan
membrane alveolus kapiler, keseimbangan cairan
gangguan kapasitas meningkat kriteria hasil : 1). Monitor frekuensi, irama.
pembawah oksigen darah, Kedalaman dan upaya napas
gangguan penerimaan (L.03020) 2). Monitor pola napas (seperti
oksigen. bradipnea, takipnea,
1). Dispnea (menurun) hiperventilasi,
Definisi : 2). Bunyi Nafas kussmaul,cheyne-stokes,
tambahan (menurun) biot, atalsik.
Kelebihan atau kekurangan 3). Gelisah (menurun) 3). Monitor kemampuan adanya
oksigen dan/atau eleminasi 4). Pusing (menurun) produksi sputum
karbondioksida pada 5). Sianosis (menurun) 4). Monitor adanya smbatan
membrane alveolus-kapiler. jalan napas
Kategori : Fisiologis 5). Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Subkategori : Respirasi 6). Monitor satuasi oksigen

Penyebab : Terapeutik

1). Ketidakseimbangan 1). Atur interval pemantauan


Ventilasi-perfusi respirasi sesuai kondisi
2). Perubahan membrane pasien
alveolus-kapiler 2). Dokumentasi hasil
pemantauan
Gejala dan Tanda Mayor
Edukasi
Ds :
1). Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Dispena
pemanatauan
Do : 2). Informasi hasil pemantauan,
jika perlu
1). PCO2 Meningkat
menurun
2). PO2 menurun
3). Takikardi

Gejala dan Tanda Minor

Ds :

1). Pusing
2). Penglihatan Kabur

Do :

1). Sianosis
2). Diaforesis
3). Gelisah
4). Napas Cuping hidung
Konidisi Klinis Terkait :

1). Penyakit paru obstruktif


kronis ( PPOK)
2). gagal jantung kongestif
3). Asma

4. Termoregulasi tidak Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur


efektif keperawatan selama 3 x 24 (I.14578)
jam diharapkan
(D.0149) Observasi
termoregulasi membaik
Berhubungan dengan dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu bayi sampai stabil
peningkatan suhu tubuh (36,5˚C-37,5˚C)
(L.14134)
Definisi : 2. Monitor suhu tubuh anak setiap
1). Menggigil (menurun)
Kegagalan anak tiap dua jam, jika perlu
2). Kulit merah
mempertahankan suhu (menurun) 3. Monitor tekanan darah,
tubuh dalam rentang 3). Kejang (menurun) frekuensin penapasan dan nadi
4). Akrosianosis (menurun)
normal 4. Monitor warna dan subuh tubuh
5). Konsumsi oksigen
Kategori : Lingkungan (menurun) 5. Monitor dan catat tanda dan
6). Piloereksi (menurun) gejala hipotermia atau
7). Vasokontriksi perifer
Subkategori : hipertermia.
(menurun)
Keamanan dan
Proteksi Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu, jika
Penyebab : perlu
1. Stimulasi pusat 2. Tingkatkan asupan cairan dan
termoregulasi nutrisi yang adekuat
hipotalamus 3. Bedong bayi segera setelah lahir
2. Fluktuasi suhu untuk mencegah kehilangan
lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. 4. Masukkan bayi BBLR ke dalam
Infeksi) plastic segera setelah lahir (mis.
4. Proses penuaaan Bahan polyethylene,
5. Dehidrasi plyurethane).
6. Ketidaksesuaian pakaian 5. Gunakan topi bayi untuk
untuk suhu lingkungan mencegah kehilangan panas
7. Peningkatan kebutuhan pada bayi baru lahir.
oksigen 6. Tempatkan bayi baru lahir
8. Perubahan laju dibawah radiant warmer.
metabolism 7. Pertahankan kelembaban
9. Suhu lingkungan incubator 50% atau lebih untuk
ekstrem mengurangi kehilangan panas
10. Ketidakeadekuatan karena proses evaporasi.
suplai lemak subkutan 8. Atur suhu incubator sesuai
11. Berat badan ekstrem kebutuhan.
12. Efek agen farmakologis 9. Hangatkan terlebih dahulu
(mis. sedasi bahan-bahan yang akan kontak
Gejala Tanda Mayor dengan bayi (mis. Selimut, kain
Data Subjektif : - bedongan, stetoskop).
Data Objektif : Hindari meletakkan bayi di dekat
1. Kulit dingin/hangat jendela
2. Mengigil
3. Suhu tubuh fluktuatif

Gejala Tanda Minor


Data Subjektif : -
Data Objektif :
1. Piloereksi
2. Pengisian kapiler >3
detik
3. Tekanan darah
meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas
meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik
5. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi ( I. 05178)
(D.0056) keperawatan selama 3 x 24
berhubungan dengan jam diharapkan toleransi Observasi
insufisiensi oksigen. aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil : 1). Identifikasi gangguan
Definisi fungsi tubuh yang
Ketidakcukupan energi (L.05047) mengakibatkan kelelahan
untuk melakukan aktivitas 2). Monitor kelelahan fisik dan
sehari-hari. 1). Kemudahan emosional
melakukan aktivitas 3). Monitor pola dan jam tidur
Kategori : Fisiologis sehari-hari ( meningkat 4). Monitor lokasi dan
Subkategori : Aktivitas/ ) ketidaknyamanan selama
Isitrahat 2). Kecepatan berjalan melakukan aktivitas
( meningkat )
Penyebab : 3). Jarak berjalan Terapeutik
1). Ketidakseimbangan (meningkat )
antara suplai dan 4). Kekuatan tubuh bagian 1). Sediakan lingkungan
kabutuhan oksigen atas nyaman dan rendah stimulus
2). Tirah baring ( meningkat ) 2). mis.cahaya,suara, kunjungan )
3). Kelemahan 5). Kekuatan tubuh bagian 3). Lakukan latihan rentang gerak
4). Imobilitas bawah (meningkat pasif dan / atau aktif
) 4). Berikan aktivitas distraksi
Gejala Tanda Mayor 6). Toleransi menaiki yang menenangkan
tangga ( meningkat ) 5). Pasilitasi duduk disisi tempat
Ds :
7). Keluhan lelah tidur,jika tidak dapat
1). Mengeluh lelah
( menurun ) berpindah atau berjalan
8). Dispneu saat aktivitas
Do :
( menurun ) Edukasi
1). Frekuensi jantung
meningkat <20% dari
kondisi isitrahat 1). Anjurkan tirah baring
2). Anjurkan melakukan
Gejala Tanda Minor aktivitas secara bertahap
3). Anjurkan menghubungi
Ds : perawat jika tanda dan gejala
a. Dispnea saat/setelah kelelahan tidak berkurang
4). Ajarkan strategi koping untuk
aktivitas
mengurangi kelelahan
b. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Kolaborasi
c. Merasa lelah
1). Kolaborasi dengan ahli gizi
Do : tentang cara meningkatkan
a. Tekanan darah asupan makanan
berubah
b. Gambaran EKG
menunjunkan aritmia
saat/setelah aktivitas
c. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
d. Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
a. Anemia
b. Gagal jantung paru
c. Penyakit jatung
koroner
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan (2019) Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.

Chairunisa, Y. (2019) ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan


bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.

Doenges, M.E. (2018). Rencana asuhan keperawatan : pedoman asuhan


Klien anak – dewasa. Edisi 9. Jakarta: EGC

Riyadi, S. &. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sujono, K. (2019). Asuhan keperawata pada anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SIKI DPP PPNI.(2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SLKI DPP PPNI.(2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai