BRONCHOPNEUMONIA
1). Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum
& dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah
suatu organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.
2). Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3). Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat
ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.
4). Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves,2018).
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinik
4. Patofisiologi
5. Pathway
BRONCHOPNEUMONIA
6. Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
2). Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat.
7. Komplikasi
1). Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2). Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3). Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4). Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5). Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Penatalaksanaan
1). Oksigen 1-2 liter per menit.
2). Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
3). Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
betagonis untuk transport muskusilier.
4). Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2019).
Pencegahan Pada Anak
1). Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2). Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3). Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4). Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak.
5). Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Demografi meliputi;
nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulanberturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/ kuning) danbanyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot
bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi
nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Pola Pengkajian
1). Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2). Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
3). Makanan / cairan
Gejala :
- Mual / muntah.
- Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
- Turgor kulit buruk.
- Berkeringat.
- Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4). Aktifitas / istirahat
Gejala :
- Keletihan, keletihan, malaise.
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
- Keletihan.
- Gelisah/ insomnia.
- Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5). Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
- Perubahan pola hidup.
- Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6). Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari-
hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
2. Penyimpngan KDM
Fatique
Intolerasi Aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan faktor resiko
peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawah oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
d. Temoregulasi Tidak Efektif berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen.
4. Luaran Keperawatan
Penyebab : Terapeutik
Ds :
1). Pusing
2). Penglihatan Kabur
Do :
1). Sianosis
2). Diaforesis
3). Gelisah
4). Napas Cuping hidung
Konidisi Klinis Terkait :