Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari
Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri salmonella typhi
adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai
tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman
3. Manifestasi Klinik
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20
hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)
a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
b. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel-
sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan
limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil
tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh
organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal
dari usus. (Lestari Titik, 2016). Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan
mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016). Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh
darah di sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin
basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu
pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis
5. Pathway
Demam Tifoid
6. Pemeriksaan Diagnostik
trombosis, tromboplebitis.
arthritis.
Titik, 2016).
8. Penatalaksanan
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
3. Obat- obatan
a. Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
adalah:
Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat
menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh
b. Keluhan utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi). Pada kasus yang
khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap
harinya biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ke tiga, suhu
beragsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke tiga. Umumnya kesadaran pasien
menurun walaupun tidak berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
stupor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
Masuk ke mulut
Menuju ke saluran
pencernaan
Bakteri masuk ke
dalam usus halus
Endotoksi
Hematomegali
Spenomegali
4. Intervensi
Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen Setelah Manajemen Nyeri
Fisiologis (D0077)
dilakukan intervensi Definisi :
Definisi : keperawatan selama 3x8 Mengidentifikasi dan
Pengalaman sensorik atau jam maka tingkat nyeri mengelola pengalaman
emosional yang berkaitan menurun dengan kriteria sensorik atau emosional yang
dengan kerusakan jaringan hasil sebagai berikut : berkaitan dengan kerusakan
aktual atau fungsional, 1. Keluhan jaringan atau fungsional dengan
dengan onset mendadak nyeri menurun onset mendadak atau lambat dan
atau lambat dan 2. Meringis menurun berintensitas ringan hingga berat
berintensitas ringan berat 3. Sikap dan konstan
yang protektif menurun
berlangsung kurang dari 3 4. Gelisah menurun Observasi :
bulan. 5. Kesulitan 1. Identifikasi lokasi,
tidur menurun Karakteristik durasi,
Penyebab: Agen 6. Frekuensi nadi kualitas, intensitas nyeri.
pencedera fisiologi (mis: membaik 2. Identifikasi skala nyeri
inflamasi, iskemia, 3. Identifikasi respon nyeri non
neoplasma) verbal
4. Identifikasi faktor yang
Gejala dan tanda mayor memperberat dan
DS: memperingan nyeri
1. Mengeluh nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan
DO: keyakinan tekanan nyeri
1. Tampak meringis 6. Identifikasi pengaruh
2. Bersikap protektif budaya terhadap respon
(mis. Waspada posisi nyeri
menghindar nyeri) 7. Identifikasi pengaruh nyeri
3. Gelisah pada kualitas nyeri
4. Frekuensi nadi 8. Monitor keberhasilan terapi
meningkat komplementer yang sudah
5. Sulit tidur berikan
9. Monitor efek samping
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Tidak ada
DO : penggunaan analgetik
1. Tekanan darah
Terapeutik :
meningkat
1. Berikan teknik
2. Pola nafas
nonfarmakologi untuk
berubah
mengurangi rasa nyeri
3. Nafsu makan
2. Kontrol lingkungan yang
berubah
memperberat rasanyeri
4. Proses berpikir
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
terganggu
4. Pertimbangkan jenis dan
5. Menarik diri
sumber nyeri dalam
6. Berfokus pada diri
pemilihan standar
sendiri
7. Diaforesis meredakan nyeri
Therapeutik
Faktor risiko : - Porsi
1. Ketidak makan Timbang berat badan secara
mampuan yang
menelan rutin
dihabiskan
makanan - Berat Kolaborasi
2. Ketidakmampua badan
n mencerna membaik - Kolaborasi
makanan
3. Ketidakmampua dengan ahli gizi
n mengabsorvsi tentang target
nutrien
berat bada.
Kondisi klinis terkait
1. Infeksi
jop