DEMAM THYPOID
OLEH :
Kelompok II
1. Hamid Ayub
2. I Wayan Nada
3. Ikbal Soamole
4. Iskandar Sangadji
5. Junintje Muko
6. Lewi James Hodeu
7. Mohdar Mahu
8. Nurhaida
9. Nunung Nurhayati
10. Hendra Soleman
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,
kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar
higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan
dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih
dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi
(Mansjoer, A, 2009).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
B. ETIOLOGI
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
(somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida), Antigen (flagella), dan Antigen VI dan
Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan
selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di
Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke
seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui
Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S.
Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia
kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul
kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
Pada kasus–kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau
minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi
selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen
mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai
lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam kadang –
kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan
fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan
tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-
negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)
yang andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid berlangsung
selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang
2002).
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri.
2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit.
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi.
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag.
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid.
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti
menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan
disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta
diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada
penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a. Ampisilin.
b. Amoxicillin.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM THYPOID
1. PENGKAJIAN
Ruangan : Interna Perawat yang Mengkaji :
Kamar : Anamnese diperoleh dari : Klien dan Keluarganya
Tanggal Masuk : 15 Maret 2013 Tanggal/Jam Anamnese :
Jam Masuk RS. : 15.00
A. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Suku : Bugis
Bahasa yang dipakai : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pangkajene
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Hubungan dengan Pasien : Istri Klien
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Umum : Demam
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut penuturan Klien demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelum
masuk rumah sakit dan demamnya tinggi pada waktu siang dan Malam Hari, disertai Mual,
Muntah, keluhan bertambah berat bila beraktivitas, dan kurang bila dikompres, istirahat dan
minum obat. Melihat keadaan klien yang lemah, pada pukul 15.00 wita, tanggal 15 Maret
2013 Ny. M selaku Istri dari PS. Membawa Tn. A ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Klien, dirinya dan Keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang dideritanya sekarang dan tidak pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit. Kakek dan
Nenek Tn. A semuanya sudah meninggal karena faktor usia.
5. Keadaan Umum
a. Cara Masuk : Brangkar
b. Keadaan Sakit : Klien Tampak Lemah
c. Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
Suhu : 380C
Nadi : 84x/i
TD : 140/80 mmHg
Pernafasan : 24x/i
6. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Nutrisi
Di Rumah : klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur
Di RS : Klien Makan 2x sehari dengan komposisi bubur, lauk pauk dan buah,
porsi tdk dihabiskan
b. Minum
Di Rumah : kbiasaan klien minum 6-8 gelas/hari, jenis minum air putih
Di RS : minum 5-6 glas/hari
c. Eliminasi
1. BAK
Di Rumah : 5-6x sehari, berwarna kuning
Di RS : 4-5x sehari warna kuning
2. BAB
Di Rumah : Frekuensi BAB klien 2x sehari
Di RS : Frekuensi BAB klien 1x sehari dengan konsistensi encer
d. Istirahat Tidur
Di Rumah : klien tidur siang skitar jam 15.00-17.00 dan tidur malam sekitar jam
22.00 WITA. waktu tidur ± 6-7 jam
Di RS : tidur tdk menentu
e. Aktivitas
Di Rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik
Di RS : Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat tidur karena
keaadaan klien lemah dan aktivitas dibantu dengan keluarganya
f. Kebersihan Diri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci rambut 1x
seminggu dan memotong kukunya jika panjang
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena itu klien
hanya di seka-seka(lap basah) oleh keluarganya.
g. Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau
hari libur klien mengajak keluarganya berjalan-jalan.
Di RS : klien tidak mempunyai hiburan apapun
7. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dank
lien menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi
dengan baik di lingkugan RS. Dan tim kesehatan.
B. Sosial
Hubngan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari banyaknya
keluarga yang berkunjung selama klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan
tim kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat
melakukan shalat, klien hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.
j) Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
k) Ekstremitas
Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang
infuse.
Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang
lemah terpaksa klien istirahat total ditempat tidur.
l) Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan Laboratorium
Cholesterol 116 (< 200 Mg/dl)
GDS 122 (70-120 Mg/dl)
Trigliserida 138 (< 200 Mg/dl)
Creatinin 76 (0,60-1,10 Mg/dl)
GOT – AST 92 (< 47 u/l)
GPT – AUT 57 (< 42 u/l)
UREA 12,7 (10.00-50.00 Mg/dl)
ASAM URAT 3,14 (3,40-7,00 Mg/dl)
WIDAL Negatif
10. PENGOBATAN
Inf RL 28 tpm
Vicilin 1 gram / 8 jam
PCT 3x1
VIP albumin 3x1
Ceftriaxon 2 gram/hr
Baquanor 2x1
Plasmodin 1x3
Divavit 1x1
Nurodex 2x1
Dexamethason 1 amp / 8 jam
Megazing 1x1
11. KLASIFIKASI DATA
Data Subjectiv:
Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
Klien mengatakan dia mual dan muntah
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang
jika dikompres dan beristirahat.
Klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak menentu.
Data Objectiv:
Klien tampak lemah
Badan klien tampak kurus
Porsi makanan tidak dihabiskan
Aktivitas klien terganggu dan hanya dibantu oleh keluarganya
Perkusi: kembung
Aukultasi : bising usus 15x/menit
TTV:
- TD: 140/80 mmHg
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
DS: Demam thyfoid Hipertermi
Klien mengatakan demam sudah dirasakan disebabkan oleh
sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Klien mengatakan demamnya tinggi pada
waktu siang dan malam hari.
Kuman salmonella thypi
DO: dan edotoksin
Klien tampak lemah
Suhu: 380C
Mempengaruhi pusat
medulla oblongata
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan behubungan dengan anorexia
RENCANA KEPERAWATAN
3. Berikan
lingkungan 4. Meningkatkan
yang relaksasi
nyaman, menstimulasi
batasi istirahat tidur
pengunjung yang nyaman.
Pemenuhan nutrisi kurang 4. Anjurkan
dari kebutuhan untuk
behubungan dengan melakukan
anorexia teknik
DS: relaksasi
Klien mengatakan nafas
kurang nafsu makan dalam/masas 1. Untuk
Klien mengatakan dia
e punggung mengetahui
mual dan muntah
3. Tujuan : Setelah sebelum perubahan
DO:
dilakukan tidur. nutrisi klien
Porsi makanan tidak
tindakan dan sebagai
dihabiskan
keperawatan 1. Kaji indikator
Perkusi: kembung
Aukultasi : bising usus selama 3x24 jam kemampuan intervensi
15x/meni kekurangan makan klien. selanjutnya.
2. Memenuhi
nutrisi tidak
kebutuhan
terjadi
nutrisi dengan
Kriteria hasil :
meminimalkan
Nafsu makan
rasa mual dan
meningkat, Tidak
muntah.
ada keluhan
2. Berikan 3. Memenuhi
anoreksia, nausea,
makanan kebutuhan
Porsi makan
dalam porsi nutrisi adekuat.
dihabiskan.
kecil tapi
sering.
4. Menambah
3. Beri nutrisi selera makan
dengan diet dan dapat
lunak, tinggi menambah
kalori tinggi asupan nutrisi
protein. yang
4. Anjurkan dibutuhkan
kepada orang klien.
tua klien/
keluarga
untuk 5. Dapat
memberikan meningkatkan
makanan asam lambung
yang disukai. yang dapat
5. Anjurkan
memicu mual
kepada
dan muntah dan
orang tua
menurunkan
klien/keluarg
asupan nutrisi.
a untuk
menghindari
makanan
yang
mengandung 6. Mengatasi
gas/asam, mual/muntah,
pedas. menurunkan
6. Kolaborasi. asam lambung
Berikan yang dapat
antiemetik, memicu
antasida mual/muntah.
sesuai
indikasi.
S:
Klien mengatakan badannya
tidak teraba panas.
O:
1. Mengobservasi Suhu: 370C
tanda-tanda vital.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
2. Memberi 1. Observasi tanda-tanda
kompres pada vital.
2. Beri kompres pada daerah
daerah dahi.
dahi.
3. Anjurkan untuk banyak
minum air putih.
4. Kolaborasi pemberian
antiviretik, antibiotic.
S:
Klien mengatakan tidur siang
dan malamnya tidak menentu
Badan klien tampak kurus
O:
Aktivitas klien terganggu dan
hanya dibantu oleh
1. Mengkaji pola
keluarganya.
tidur klien. A : Masalah belum teratasi
2. Memberikan P : Lanjutkan Intervensi
bantal yang 1. Kaji pola tidur klien
3. Memberikan lingkungan
nyaman.
3. Memberikan yang nyaman, batasi
nyaman, batasi
pengunjung.
4. Menganjurkan
S:
untuk melakukan
Klien mengatakan tidur siang
teknik relaksasi
dan malamnya sudah
nafas
menentu
dalam/masase
punggung O:
sebelum tidur. Pola tidur klien sudah
membaik
Klien mampu beraktivitas
1. Mengkaji pola
dengan baik tanpa dengan
tidur klien.
bantuan keluaganya
2. Memberikan
A : Masalah teratasi
lingkungan yang
P : Pertahankan Intervensi
nyaman, batasi
pengunjung. 1. Kaji pola tidur klien.
2. Berikan bantal yang
nyaman.
3. Berikan lingkungan yang
nyaman, batasi pengunjung.
4. Anjurkan untuk melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam/masase punggung
sebelum tidur.
S:
Klien mengatakan nafsu
makan sudah membaik
O:
Porsi makanan sudah
1. Mengkaji dihabiskan
Klien Nampak tidak mual lagi
kemampuan
Aukultasi : bising usus
makan klien.
10x/menit (normal)
2. Memberikan
Nurodex 2x1
makanan dalam Dexamethason 1 amp / 8 jam
Megazing 1x1
porsi kecil tapi
sering. A : Masalah teratasi
3. Memberi nutrisi
P : Pertahankan Intervensi
dengan diet
1. Kaji kemampuan makan
lunak, tinggi
klien.
kalori tinggi 2. Berikan makanan dalam
protein. porsi kecil tapi sering.
4. Menganjurkan 3. Beri nutrisi dengan diet
kepada orang tua lunak, tinggi kalori tinggi
klien/keluarga protein.
untuk 4. Anjurkan kepada orang