Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEMAM THYPOID

OLEH :
Kelompok II

1. Hamid Ayub
2. I Wayan Nada
3. Ikbal Soamole
4. Iskandar Sangadji
5. Junintje Muko
6. Lewi James Hodeu
7. Mohdar Mahu
8. Nurhaida
9. Nunung Nurhayati
10. Hendra Soleman

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

PROGRAM RPL KEPERAWATAN

2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang

terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,

kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar

higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan
dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih
dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. Tujuan

a. Mengetahui pengertian Demam tifoid.


b. Mengetahui etiologi Demam tifoid.
c. Mempelajari patofisiologi dari Demam tifoid.
d. Mengetahui manifestasi klinik dari Demam tifoid.
e. Mengetahui Komplikasi pada penderita Demam tifoid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Demam tifoid
g. Mengetahui Penatalaksanaan pada penderita Demam tifoid
h. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Demam tifoid.

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINSI

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi

(Mansjoer, A, 2009).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang

disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu

penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat

menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu

getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu : Antigen O

(somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida), Antigen (flagella), dan Antigen VI dan

protein membran hialin.


2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,

makanan/minuman yang terkontaminasi.


C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh

Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam

HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa

(IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan

selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di

ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.


2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.

Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke

seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui

sirkulasi portar dari usus.


3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear.

Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S.

Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia

kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).


4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang

sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke

lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di

reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan

neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu

pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul

kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.

Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan

meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
Pada kasus–kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
 Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada

umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi

atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya

didapatkan suhu badan meningkat.


 Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif,

lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,

splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau

psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.


 Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi

selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen

mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada

perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat

terjadi diare.

3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai

samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.


Disamping gejala–gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala

lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam kadang –

kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari

penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan

fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan

tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-

negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)

yang andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid berlangsung

selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang

tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (soegijanto,S,

2002).
E. KOMPLIKASI

1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri.
2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit.
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi.
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag.
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid.
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti
menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan
disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta
diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada
penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a. Ampisilin.
b. Amoxicillin.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM THYPOID

1. PENGKAJIAN
Ruangan : Interna Perawat yang Mengkaji :
Kamar : Anamnese diperoleh dari : Klien dan Keluarganya
Tanggal Masuk : 15 Maret 2013 Tanggal/Jam Anamnese :
Jam Masuk RS. : 15.00
A. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Suku : Bugis
Bahasa yang dipakai : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pangkajene
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Hubungan dengan Pasien : Istri Klien
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Umum : Demam
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut penuturan Klien demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelum
masuk rumah sakit dan demamnya tinggi pada waktu siang dan Malam Hari, disertai Mual,
Muntah, keluhan bertambah berat bila beraktivitas, dan kurang bila dikompres, istirahat dan
minum obat. Melihat keadaan klien yang lemah, pada pukul 15.00 wita, tanggal 15 Maret
2013 Ny. M selaku Istri dari PS. Membawa Tn. A ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Klien, dirinya dan Keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang dideritanya sekarang dan tidak pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit. Kakek dan
Nenek Tn. A semuanya sudah meninggal karena faktor usia.
5. Keadaan Umum
a. Cara Masuk : Brangkar
b. Keadaan Sakit : Klien Tampak Lemah
c. Tanda-tanda Vital :
 Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
 Suhu : 380C
 Nadi : 84x/i
 TD : 140/80 mmHg
 Pernafasan : 24x/i
6. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Nutrisi
Di Rumah : klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur
Di RS : Klien Makan 2x sehari dengan komposisi bubur, lauk pauk dan buah,
porsi tdk dihabiskan
b. Minum
Di Rumah : kbiasaan klien minum 6-8 gelas/hari, jenis minum air putih
Di RS : minum 5-6 glas/hari
c. Eliminasi
1. BAK
Di Rumah : 5-6x sehari, berwarna kuning
Di RS : 4-5x sehari warna kuning
2. BAB
Di Rumah : Frekuensi BAB klien 2x sehari
Di RS : Frekuensi BAB klien 1x sehari dengan konsistensi encer
d. Istirahat Tidur
Di Rumah : klien tidur siang skitar jam 15.00-17.00 dan tidur malam sekitar jam
22.00 WITA. waktu tidur ± 6-7 jam
Di RS : tidur tdk menentu
e. Aktivitas
Di Rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik
Di RS : Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat tidur karena
keaadaan klien lemah dan aktivitas dibantu dengan keluarganya
f. Kebersihan Diri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci rambut 1x
seminggu dan memotong kukunya jika panjang
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena itu klien
hanya di seka-seka(lap basah) oleh keluarganya.
g. Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau
hari libur klien mengajak keluarganya berjalan-jalan.
Di RS : klien tidak mempunyai hiburan apapun
7. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dank
lien menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi
dengan baik di lingkugan RS. Dan tim kesehatan.
B. Sosial
Hubngan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari banyaknya
keluarga yang berkunjung selama klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan
tim kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat
melakukan shalat, klien hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.

8. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)


a) Kepala
Bentuk mesosepalus, tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku
dapat digerakkan ke kiri kekanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit kepala
cukup bersih.
b) Rambut
Rambut klien pendek lurus, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
c) Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, pupil dan
reflex cahaya baik, klien tidak memakai alat bantu penglihatan.
d) Hidung
Bentuk dan posisi hidung simestris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret atau
benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan tidak ada peradangan.
e) Telinga
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan
cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dank lien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
f) Mulut dan gigi
Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mikosa bibir tampak kering,
fungsi pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan pendengaran, mulut cukup bersih
dank lien tidak menggunakan gigi palsu.
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat
peradangan dan leher dapat digerakkan secara anatomis.
h) `Thorax (fungsi pernafasan)
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi
paru kiri dan kanan.
i) Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien
kembung saat perkusi, saat auskultasi bising usus 15x/menit (Normal: 8-12x/menit).

j) Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
k) Ekstremitas
 Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang
infuse.
 Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang
lemah terpaksa klien istirahat total ditempat tidur.
l) Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan Laboratorium
 Cholesterol 116 (< 200 Mg/dl)
 GDS 122 (70-120 Mg/dl)
 Trigliserida 138 (< 200 Mg/dl)
 Creatinin 76 (0,60-1,10 Mg/dl)
 GOT – AST 92 (< 47 u/l)
 GPT – AUT 57 (< 42 u/l)
 UREA 12,7 (10.00-50.00 Mg/dl)
 ASAM URAT 3,14 (3,40-7,00 Mg/dl)
 WIDAL Negatif
10. PENGOBATAN
 Inf RL 28 tpm
 Vicilin 1 gram / 8 jam
 PCT 3x1
 VIP albumin 3x1
 Ceftriaxon 2 gram/hr
 Baquanor 2x1
 Plasmodin 1x3
 Divavit 1x1
 Nurodex 2x1
 Dexamethason 1 amp / 8 jam
 Megazing 1x1
11. KLASIFIKASI DATA
Data Subjectiv:
 Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
 Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
 Klien mengatakan dia mual dan muntah
 Klien mengatakan kurang nafsu makan
 Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang
jika dikompres dan beristirahat.
 Klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak menentu.
Data Objectiv:
 Klien tampak lemah
 Badan klien tampak kurus
 Porsi makanan tidak dihabiskan
 Aktivitas klien terganggu dan hanya dibantu oleh keluarganya
 Perkusi: kembung
 Aukultasi : bising usus 15x/menit
 TTV:
- TD: 140/80 mmHg
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
DS: Demam thyfoid Hipertermi
 Klien mengatakan demam sudah dirasakan disebabkan oleh
sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
 Klien mengatakan demamnya tinggi pada
waktu siang dan malam hari.
Kuman salmonella thypi
DO: dan edotoksin
 Klien tampak lemah
 Suhu: 380C

Mempengaruhi pusat Gangguan


DS:
hipotalamus pola tidur
 Klien mengatakan keluhan bertambah jika
melakukan aktivitas dan demamnya
berkurang jika dikompres dan beristirahat.
Mengakibatkan gejala
DO: demam & peningkatan
 Klien tampak lemah. suhu tubuh
 Aktivitas klien terganggu dan hanya
dibantu oleh keluarganya

Peningkatan suhu tubuh Pemenuhan


DS: Lemah nutrisi
 Klien mengatakan kurang nafsu makan kurang dari
 Klien mengatakan dia mual dan muntah
Gangguan pola tidur kebutuhan
DO:
 Porsi makanan tidak dihabiskan
 Perkusi: kembung Kuman thypoid
 Aukultasi : bising usus 15x/menit
disebabkan kuman
salmonella thypi
Masuk kedalam lambung
maka secret asam lambung

Mempengaruhi pusat
medulla oblongata

Terjadi muntah, nafsu


makan menurun

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan behubungan dengan anorexia
RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Hipertermi berhubungan Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Tanda-tanda
dengan proses infeksi diberikan tanda-tanda vital berubah
DS: tindakan vital. sesuai tingkat
 Klien mengatakan keperawatan perkembangan
demam sudah selama 3x24 jam, penyakit dan
dirasakan sejak 3 hari suhu tubuh menjadi
yang lalu sebelum normal. indikator untuk
masuk RS. Kriteria hasil : melakukan
 Klien mengatakan
Tidak ada tanda- intervensi
demamnya tinggi pada
tanda peningkatan selanjutnya
waktu siang dan 2. Pemberian
suhu tubuh,
malam hari. 2. Beri kompres dapat
DO: kompres menyebabkan
 Klien tampak lemah pada daerah peralihan panas
 Suhu 380C dahi. secara konduksi
dan membantu
tubuh untuk
menyesuaikan
terhadap panas
3. Peningkatan
suhu tubuh
3. Anjurkan
mengakibatkan
untuk
penguapan
banyak
sehingga perlu
minum air
diimbangi
putih.
dengan asupan
cairan yang
banyak.
4. Mempercepat
proses
penyembuhan,
4. Kolaborasi
menurunkan
pemberian demam.
antiviretik, Pemberian
Gangguan pola tidur
antibiotic. antibiotik
berhubungan dengan
menghambat
demam.
pertumbuhan
DS: dan proses
 Klien mengatakan infeksi dari
keluhan bertambah jika bakteri
melakukan aktivitas
1. Mengetahui
dan demamnya
kebiasaan tidur
2. berkurang jika Tujuan : Setelah
klien,
dikompres dan dilakukan
mengetahui
beristirahat. tindakan
1. Kaji pola gangguan yang
DO: keperawatan
tidur klien. dialami,
 Klien tampak lemah. selama 3x24 jam,
 Aktivitas klien memudahkan
pola tidur efektif.
terganggu dan hanya intervensi
Kriteria hasil :
dibantu oleh selanjutnya.
Melaporkan tidur 2. Meningkatkan
keluarganya
nyenya,Klien kenyamanan
tidur 8-10 jam pemenuhan
semalam, Klien istirahat tidur.
3. Mengurangi
tampak segar.
stimulus yang
2. Berikan
dapat
bantal yang
mengganggu
nyaman.
istirahat tidur

3. Berikan
lingkungan 4. Meningkatkan
yang relaksasi
nyaman, menstimulasi
batasi istirahat tidur
pengunjung yang nyaman.
Pemenuhan nutrisi kurang 4. Anjurkan
dari kebutuhan untuk
behubungan dengan melakukan
anorexia teknik
DS: relaksasi
 Klien mengatakan nafas
kurang nafsu makan dalam/masas 1. Untuk
 Klien mengatakan dia
e punggung mengetahui
mual dan muntah
3. Tujuan : Setelah sebelum perubahan
DO:
dilakukan tidur. nutrisi klien
 Porsi makanan tidak
tindakan dan sebagai
dihabiskan
keperawatan 1. Kaji indikator
 Perkusi: kembung
 Aukultasi : bising usus selama 3x24 jam kemampuan intervensi
15x/meni kekurangan makan klien. selanjutnya.
2. Memenuhi
nutrisi tidak
kebutuhan
terjadi
nutrisi dengan
Kriteria hasil :
meminimalkan
Nafsu makan
rasa mual dan
meningkat, Tidak
muntah.
ada keluhan
2. Berikan 3. Memenuhi
anoreksia, nausea,
makanan kebutuhan
Porsi makan
dalam porsi nutrisi adekuat.
dihabiskan.
kecil tapi
sering.

4. Menambah
3. Beri nutrisi selera makan
dengan diet dan dapat
lunak, tinggi menambah
kalori tinggi asupan nutrisi
protein. yang
4. Anjurkan dibutuhkan
kepada orang klien.
tua klien/
keluarga
untuk 5. Dapat
memberikan meningkatkan
makanan asam lambung
yang disukai. yang dapat
5. Anjurkan
memicu mual
kepada
dan muntah dan
orang tua
menurunkan
klien/keluarg
asupan nutrisi.
a untuk
menghindari
makanan
yang
mengandung 6. Mengatasi

gas/asam, mual/muntah,

pedas. menurunkan
6. Kolaborasi. asam lambung
Berikan yang dapat
antiemetik, memicu
antasida mual/muntah.
sesuai
indikasi.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No.D Tgl./Jam Implementasi Evaluasi
x
15 Maret 2013 1. Mengobservasi S:
tanda-tanda vital.  Klien mengatakan demam
06.00 sudah dirasakan sejak 3
hari yang lalu sebelum
2. Memberi
07.15 masuk RS.
kompres pada  Klien mengatakan
daerah dahi. demamnya tinggi pada
07.45
waktu siang dan malam
3. Menganjurkan hari.
08.00
untuk banyak
O:
minum air putih.
 Vicilin 1 gram / 8 jam
 PCT 3x1
4. Mengkolaborasi  Ceftriaxon 2 gram/hr
 TTV:
pemberian
- TD: 140/80 mmHg
antiviretik, - Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
antibiotic.
- Pernafasan : 24x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda
vital.
2. Beri kompres pada daerah
dahi.

S:
 Klien mengatakan badannya
tidak teraba panas.

O:
1. Mengobservasi  Suhu: 370C
tanda-tanda vital.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
2. Memberi 1. Observasi tanda-tanda
kompres pada vital.
2. Beri kompres pada daerah
daerah dahi.
dahi.
3. Anjurkan untuk banyak
minum air putih.
4. Kolaborasi pemberian
antiviretik, antibiotic.

S:
 Klien mengatakan tidur siang
dan malamnya tidak menentu
 Badan klien tampak kurus
O:
 Aktivitas klien terganggu dan
hanya dibantu oleh
1. Mengkaji pola
keluarganya.
tidur klien. A : Masalah belum teratasi
2. Memberikan P : Lanjutkan Intervensi
bantal yang 1. Kaji pola tidur klien
3. Memberikan lingkungan
nyaman.
3. Memberikan yang nyaman, batasi

lingkungan yang pengunjung

nyaman, batasi
pengunjung.
4. Menganjurkan
S:
untuk melakukan
 Klien mengatakan tidur siang
teknik relaksasi
dan malamnya sudah
nafas
menentu
dalam/masase
punggung O:
sebelum tidur.  Pola tidur klien sudah
membaik
 Klien mampu beraktivitas
1. Mengkaji pola
dengan baik tanpa dengan
tidur klien.
bantuan keluaganya
2. Memberikan
A : Masalah teratasi
lingkungan yang
P : Pertahankan Intervensi
nyaman, batasi
pengunjung. 1. Kaji pola tidur klien.
2. Berikan bantal yang
nyaman.
3. Berikan lingkungan yang
nyaman, batasi pengunjung.
4. Anjurkan untuk melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam/masase punggung
sebelum tidur.

S:
 Klien mengatakan nafsu
makan sudah membaik

O:
 Porsi makanan sudah
1. Mengkaji dihabiskan
 Klien Nampak tidak mual lagi
kemampuan
 Aukultasi : bising usus
makan klien.
10x/menit (normal)
2. Memberikan
 Nurodex 2x1
makanan dalam  Dexamethason 1 amp / 8 jam
 Megazing 1x1
porsi kecil tapi
sering. A : Masalah teratasi
3. Memberi nutrisi
P : Pertahankan Intervensi
dengan diet
1. Kaji kemampuan makan
lunak, tinggi
klien.
kalori tinggi 2. Berikan makanan dalam
protein. porsi kecil tapi sering.
4. Menganjurkan 3. Beri nutrisi dengan diet
kepada orang tua lunak, tinggi kalori tinggi
klien/keluarga protein.
untuk 4. Anjurkan kepada orang

memberikan tua klien/keluarga untuk

makanan yang memberikan makanan

disukai. yang disukai.


5. Menganjurkan 5. Anjurkan kepada orang

kepada orang tua tua klien/keluarga untuk


klien/keluarga menghindari makanan
untuk yang mengandung
menghindari gas/asam, pedas.
6. Kolaborai. Berikan
makanan yang
antiemetik, antasida
mengandung
sesuai indikasi.
gas/asam, pedas.
6. Mengkolaborasi.
Berikan
antiemetik,
antasida sesuai
indikasi.

Anda mungkin juga menyukai