Disusun oleh :
1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella Thypi. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui makanan, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypii (Hidayat, 2008). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan kuman Salmonella Typhi dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan (Maharani, 2012). Demam thypoid
adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis dan subtropis dan
sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat. Penularan
penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di
negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air
minum bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam thypoid
mudah menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan
serangga (Ranuh, 2013).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa demam typoid adalah
suatu penyakit yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella
Typhi, penyakit ini mudah menyebar melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh Salmonella Typhi.
B. Etiologi
Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella typhi, bakteri penyebab
demam typiod ini mampu menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke
dalam saluran peredaran darah manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan
makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3-25 hari. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan 8 beberapa hari /
minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi,
dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15
menit. (Widagdo, 2011).
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman yang masih hidup akan masuk ke
usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus.
Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai
sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman
ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus,
dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan
limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi
&Yuliani, 2006, hal: 254).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-arata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epitaksis
10. Lidah berselaput/kotor
11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
12. Delirium atau psikosis (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Periode infeksi demam typoid, gejala dan tanda:
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :
a. Perdarahan Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu
pertama dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai
dengan peningkatan denyut nadi.
b. Perforasi usus11 Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama
didahului oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian
distal ileum ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan
gejala peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase
serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi
pankreatitis
c. Pneumonia atau bronkhitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya
disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella.
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen
ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan
nekrosis
e. Trombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala
residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis
serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis
tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom
nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan
artritis.
H. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) pasien
yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus 12 dianggap
dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi
boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan
4. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran
pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan
lunak.
5. Pemberian antibiotik Dengan tujuan menghentikan dan mencegah
penyebaran bakteri.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Bakteri salmonella typhi masuk Hipertermi
DO: kedalam tubuh melalui
Suhu tubuh makanan/minuman yang
meningkat terkontaminasi
Warna kulit
muka Terjadi infeksi pada saluran
kemerahan pencernaan
Hipertermi
2. DS: Bakteri salmonella typhi masuk Nyeri akut
DO: klien kedalam tubuh melalui
tampak makanan/minuman yang
meringis di terkontaminasi
sertai dengan
skala nyeri Terjadi infeksi pada saluran
pencernaan
Nyeri Akut
3. DS: Bakteri salmonella typhi masuk Defisit
DO: kedalam tubuh melalui Volume
Kehilangan makanan/minuman yang Cairan
volume cairan terkontaminasi
aktif
turgor kulit Terjadi infeksi pada saluran
kering pencernaan
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses peradangan pada usus
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
D. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Panas:
dengan proses peradangan selama x 24 jam suhu tubuh klien Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam
pada usus normal dengan kriteria hasil: Monitor tekanan darah nadi dan respirasi
Batasan karakteristik: Suhu tubuh 36,5 - 37,5oC Monitor suhu dan perubahan warna kulit
Suhu tubuh > normal Tidak ada sakit kepala Monitor dan laporkan tandan dan gejala
Kejang Tidak ada nyeri otot hipertermi
Respirasi meningkat Tidak ada perubahan warna kulit Monitor derajat penurunan kesadaran
Kulit teraba hangat Nadi, respirasi dalam batas normal Dorong peningkatan intake cairan
Kulit memerah Hidrasi ade kuat Tingkatkan sirkulasi udara
Tidak menggigil Lakukan oral hygiene
Tidak ada kejang Anjurkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Ajarkan klien dan keluarga bagaimana
mencegah panas yang tinggi
Kompres di daerah dahi, aksila
Anjurkan untuk memakai baju berbahan
dingin dan menyerap keringat
Kolaborasi untuk pemberian obat
Manajemen Lingkungan :
Batasi pengunjung
Berika tempat tidur yang nyaman, linen
yang bersih
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management
dengan proses peradangan selama x 24 jam suhu tubuh klien Lakukan pengkajian nyeri secara
Batasan karakteristik normal dengan kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
Perubahan selra Mampu mengontrol nyeri karakteriktik, durasi, freekuensi, kualitas
makan Melaporkan bahwa nyeri berkurang dan faktor presipitasi
Perubahan pada Mampu mengenali nyeri Observasi reaksi non verbal dari
parameter fisiologis Menyatakan rasa nyaman setelah ketidaknyamanan
Diaphoresis nyeri berkurang Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Perilaku distraksi untuk mengetahui respon nyeri
Ekspresi wajah nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Sikap tubuh Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
melindungi dan menemukan bantuan
Fokus menyempit Control lingkungan yang mempengaruhi
nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Ajarkan teknik non farmakologi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan pemberian terapi
farmakologi
3. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor cairan:
berhubungan dengan selama x 24 jam suhu tubuh klien Tentukan riwayat jenis dan banyaknya
peningkatan suhu tubuh, normal dengan kriteria hasil: intake cairan dan kebiasaan eliminasi
kehilangan volume cairan Hidrasi kulit adekuat Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
aktif Tekanan darah dalam batas normal ketidakseimbangan cairan
Batasan karakteristik: Nadi teraba Menimbang BB secara teratur
Kelemahan Membrane mukosa lembab Monitor vital sign
Turgor kulit menrurun Turgor kulit normal Monitor intake dan output
Membrane Berat badan stabil dan dalam batas Monitor membrane mukosa, turgor kulit
mucus/kulit kering normal dan rasa haus
Nadi meningkat Kelopak mata tidak cekung Monitor warna urine
Penurunan pengisian Fontanela tidak cekung Monitor akses intravena
kapiler Urin output normal
Penurunan urin out Tidak demam
put
Perubahan status Tidak ada rasa haus yang sangat
mental Tidak ada nafas kusmaul
Peningkatan
konsentrasi urin
Peningkatan suhu
tubuh
Kehilangan berat
badan mendadak