Oleh:
GUNAWARTI
14420202072
CI LAHAN CI INSTITUSI
(...........................................) (...........................................)
4. Manifestasi klinik
a) Malaise
b) Mual & Muntah
c) Sakit kepala
d) Rasa tidak enak di perut
e) Demam
f) epistaksis
g) Diare.(Andra&Yessie,2013)
5. Pathway
Salmonella typhi
Saluran Pencernaan
Usus Halus
Jaringan limfoid
Lamina frofia
Aliran darah
Hepatomegali
infeksi Penurunan lemah proses
solenomegali nafsu
makan lesuh demam
Nyeri akut
6. Komplikasi
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Ileus paralitik
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Widal tes
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat adanya
infeksi salmonella typhi maka penderita membuat antibodi(aglutinin).
(Andra&Yessie,2013).
b) Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut Salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
8. Penatalaksanaan
Tindakan non farmakologis
a) Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
Memberikan minuman yang banyak
Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
Menggunakan pakaian yang tidak tebal
Memberikan kompres. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu
tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu
tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan
kompres dingin. Pada penelitian ini. Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan
dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan
pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh. Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh.
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-
32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas
keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian
kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada
daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar
dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak.
b) Diet
Diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
Tindakan farmakologis
a) Klorampenikol
Di indonesia klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama
untuk pengobatan demam typhoid. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg
perhari dapat diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai
dengan 7 hari bebas demam.
b) Tiampenikol
Dosis dan efektivitas tiampenikol pada demam thypoid hampir sama
dengan klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia
aplastik lebih rendah dari klorampenikol. Dosis 4x 500 mg diberikan
sampai hari ke 5 dn ke-6 bebas demam.
c) Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2x2 tablet dan diberikan selama 2 minggu.
1) Ampicilin dan amoksilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan klorampenikol, dosis diberikan 50-
150mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
2) Seflosporin generasi ke tiga
Hingga saat ini golongan seflosporin generasi ketiga yang terbukti
efektif untuk demam thypoid adalah sefalosforin, dosis yang
dianjurkan adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc diberikan
selama ½ jam perinfus sekali sehari selama 3 hingga 5 hari.
(Andra&Yessie,2013).
9. Prognosis
Prognosis typoid bergantung pada umur, keaddan umum, derajat
kekebalan penderita, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya
pengobatan.
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam
typoid, prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda
setelah 2 hari kemudian, dan kondsi penderita membaik dalam 4-5 hari
selanjutnya. Bila ada keterlambatan pengobatan resiko komplikasi akan
meningkat dan waktu pemulihan akan semakin lama
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tgl MRS, diagnose
medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama
d) Riwayat kesehatan keluarga
riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak
e) Riwayat psikososial
1) Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
2) Interpersonal: hubungan dengan orang lain
f) Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
g) Pola nutrisi dan metabolism:
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus
halus.
h) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan
sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
i) Pemeriksaan fisik
j) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
k) Tanda-tanda vital dan poemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien/kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala
sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi, disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi,
sehingga dapat di hitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
2. Diagnosis Keperawatan
a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisiologis
c) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermi 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan 1. Observasi penyebab hipertermi
dengan intervensi a. Identifikasi 2. Untuk mengetahui
proses keperawatan penyebab perubahan suhu
penyakit selama 2x24 jam hipertermia (mis. tubuh
maka diharapkan Dehidrasi) 3. Agar proses
suhu tubuh tetap b. Monitor suhu konveksi
berada pada tubuh tidak
rentang normal 2. Terapeutik terhalang
dengan kriteria a. Longgarkan atau 4. Sebagai upaya
hasil : lepaskan pakaian rehidrasi untuk
Termoregulasi b. Berikan cairan mengganti
1. Suhu tubuh oral cairan yang
membaik c. Lakukan hilang
2. Suhu kulit pendinginan 5. Untuk menurunkan
membaik eksternal (mis. suhu tubuh
Selimut hipotermia 6. Untuk meningkatkan
atau kompres kenyamanan istirahat
dingin pada dahi, 7. Untuk mengganti
leher, dada, cairan tubuh yang
abdomen, aksila) hilang
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri : 1. Mengetahui daerah
berhubungan intervensi 1. Observasi nyeri, kualitas,
dengan agen keperawatan a) Identifikasi lokasi, kapan nyeri
pencedara selama 2x24 jam karakteristik, durasi, dirasakan,fakt or
fisiologis maka diharapkan frekuensi, kualitas, pencetus,berat
tingkat nyeri intensitas nyeri ringannya nyeri
menurun dan b) Identifikasi skala nyeri yang dirasakan
kontrol nyeri c) Identifikasi faktor 2. Untuk
meningkat yang memperberat dan mengetahui skala
Dengan kriteria memperingan nyeri atau tngkat nyeri
hasil : 2. Terapeutik yang dirasakan
1. keluhan nyeri a) Berikan teknik 3. Untuk mengetahui
menurun nonfarmakologis respon pasien
2. meringis untuk mengurangi rasa terhadap nyeri
menurun nyeri 4. Untuk mengurangi
3. gelisah b) Kontrol rasa nyeri
menurun c) lingkungan yang
menurun memperberat rasa
4. kesulitan tidur nyeri (mis. suhu
menurun ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
d) Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Edukasi
a) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
obat analgetik
4. Evaluasi
a) Suhu tubuh klien dalam batas normal atau terkontrol
b) Nyeri yang dirasakan klien dapat teratasi.
c) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
d) Kebutuhan cairan klien terpenuhi.
e) Pola defekasi normal
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Andra & Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika
Nasar, I Made. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus). Sagung Seto: Jakarta.