Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN DEMAM THYPOID

DISUSUN OLEH:

RAIHANY EZIRIANA NPM 204201446156

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

taufik, serta hidayahnya, sehingga penulisan makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Demam Thypoid” yang dibimbing oleh Ns.

Tommy J. Wowor S. Kep, MM dan telah diselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan.

Makalah ini merupakan materi mengenai Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan

Demam Thypoid yang telah disebutkan dalam judul tugas terstruktur ini. Penulis

berusaha mendapatkan dan mengumpulkan beberapa materi dari berbagai referensi.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun, kami

menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai apabila terdapat saran maupun

kritik yang membangun dari semua pihak. Kami berharap makalah ini dapat

memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembacanya.

Jakarta, 28 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

1.3 Sistematika Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II KONSEP DASAR DEMAM THUPOID

2.1 Anatomi Fisiologi ............................................................................................... 4

2.2 Definisi ............................................................................................................... 6

2.3 Etiologi ............................................................................................................... 7

2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................................... 7

2.5 Patofisiologi ........................................................................................................ 8

2.6 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 9

2.7 Komplikasi ........................................................................................................ 10

2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................. 11

2.9 Discharge Planning ............................................................................................ 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID

3.1 Pengkajian ........................................................................................................... 13

3.2 Diagnosa .............................................................................................................. 16

3.3 Intervensi ............................................................................................................. 16

ii
3.4 Implementasi ....................................................................................................... 20

3.5 Evaluasi ............................................................................................................... 20

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 21

4.2 Saran.................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22 juta pertahun didunia dan menyebabkan 216.000–600.000
kematian. Studi yang dilakukan didaerah urban dibeberapa negara Asia pada
anak usia 5 - 15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif
mencapai 180 – 194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5 – 15tahun
sebesar 400 – 500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100 – 200 per
100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000
penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu
yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang
adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10x lebih
tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4tahun (0,4%).
Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga
20% (Purba, dkk, 2017).
Demam thypoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan santitasi yang buruk serta standar kebersihan industri,
dan pengelolaan makanan yang masih rendah. Penularan penyakit ini hampir
selalu melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi (Kurnia, 2017).
World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam thypoid. Asia menemati urutan tertinggi pada kasus typhoid ini, dan
terdapat 13 juta kasus tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan antara 800 –
100.000 orang yang terkena penyakit typoid sepajang tahun. Kasus thypoid
sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya.
(Kurnia ,2017).
Perilaku individu yang kurang benar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang tidak
mencuci tangan sebelum makan, serta tidak mencuci tangan setelah buang air

1
besar dan kebiasaan mengkonsumsi makanan produk daging dan sayuran yang
tidak matang, mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dengan air, minum air yang
tidak direbus, serta menggunakan alat makan dan minum yang tidak bersih
berisiko terinfeksi bakteri Salmonellatyphi sehingga penyakit demam tifoid bisa
menular (Masitoh, 2013).
Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita demam tifoid anatara
lain adalah demam, demam sering di jumpai, biasanya demam lebih dari
seminggu, pada penderita demam tifoid juga ditemui masalah mual, muntah,
nyeri abdomen atau perasaan tidak enak di perut, diare (Nani, 2014)
Untuk itu peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah demam thypoid. Asuhan keperawatan
yang professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi
keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada klien dengan Demam Thypoid”.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang
dengan demam thypoid
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan demam thypoid.
b. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan dengan demam
thypoid.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan demam
thypoid.

2
d. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada klien dengan demam
thypoid.
e. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan
demam thypoid.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan demam
thypoid.

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan Langkah-langkah ataupun tahapan yang ditempuh dalam
menyelesaikan penulisan ini :
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Sistematika
Penulisan.
BAB II KONSEP DASAR DEMAM THYPOID : Definisi, Etiologi, Klasifikasi,
Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan,
Discharge Planning
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID : Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB IV PENUTUP : Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
KONSEP DASAR DEMAM THYPOID

2.1 Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan (Sumber: Chaffee, Lytle. 2014 )


Fisiologi menurut Sodikin (2014), adalah:
1. Mulut
Merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi oleh
palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah dan struktur
lain pada dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu,
bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang
menuju faring.

4
2. Lidah
Tersusun atas otot yang berlapis, pada bagian atas dan samping oleh
membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring. Permukaan atas lidah dipenuhi banyak
tonjolan kecil, yang disebut papilla lidah. Semua papilla mengandung banyak
ujung saraf sensorik untuk rasa sentuhan.

3. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan suatu proses fisiologi dan dapat menyebabkan
salivasi yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia memiliki 2
set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah
gigi primer (gigi susu).Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13
tahun, kemudain diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi permanen) pada
orang dewasa.

4. Lambung
Terletak dikuadran kiri atas abdomen, lebar dan merupakan bagian saluran
cerna yang dapat diatasi. Bentuk lambung bervariasi, bergantung pada jumlah
makanan di dalamnya, gelombang peristaltik, tekanan dari orang lain,
pernapasan, dan postur tubuh.

5. Usus Halus
Terbagi menjadi dounemum, jejunum, dan ileum. Panjang usus halus saat
lahir 300-350 cm. Saat dewasa, panjang usus halus mencapai 6 meter.
Dinding usus halus terbagi menjadi 4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa,
muscular dan serosa.

5
6. Usus Besar
Berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap, seperti zat besi,
kalsium dan fosfat yang ditelan, serta menyekresi muskus, yang
mempermudah perjalanan feses. Panjang usus bervariasi, sekitar 180 cm. usus
besar dibagi menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, dan kolon sigmoid.

7. Rectum
Merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan sacrum
sampai kanalis anus.

8. Anus
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia
luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter ani.

2.2 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna, dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan,
gangguan kesadaran (Sodikin, 2014).
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella (Smeltzer, 2014).
Berdasarkan dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi yang maluk
melalui makanan dan minuman dan mengenai saluran cerna.

6
2.3 Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Ciri-ciri dari bakteri
Salmonella Typhi ini adalah bakteri gram negative yang tidak mempunyai kapsul
dan spora, dapat musnah pada suhu kepanasan 57 0C (Widoyono, 2018)
Demam tifoid juga dapat disebabkan Salmonella Paratyphi A, B dan C yang
dapat ditularkan melalui feses dan urine. (Mardalena, 2018)
Penyebab tersering yang merupakan faktor pencetus terjadinya demam tifoid
adalah faktor kebersihan karena bakteri Salmonella Typhi dapat ditularkan
melalui 5 F, yaitu Food, Fingers, Fomitus, Feses, dan Fly Salmonella Typhi dapat
bersarang pada muntahan dan feses penderita yang nantinya akan di bawa oleh
lalat sehingga lalat akan menghinggapi makanan yang dimakan oleh orang sehat,
sehingga terjadilah proses penularan (Padila, 2013).

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala seseorang terserang demam tifoid berkisar antara ringan sampai
dengan berat. Hal ini tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti usia, kesehatan, riwayat vaksinasi, dan letak geografis. Demam tifoid
dapat terjadi secara bertahap selama beberapa minggu atau secara tiba-tiba.
Tanda dan gejala yang terjadi biasanya seperti demam, merasa sakit, lemas,
mudah lelah, pada anak dapat terjadi diare, kehilangan nafsu makan, sakit
tenggorokan dan sakit kepala. (Agus Sarwo, 2018)

7
2.5 Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid
dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan
organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan
organ tubuh terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Nanda, 2015).

8
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Nanda, 2015).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang klien dengan demam tifoid menurut Nurarif & Kusuma
tahun 2015 adalah
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
3. Pemeriksaan Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (aglutinin)
4. Kultur
a. Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

9
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibody igM muncul pada hari ke 3 dan 4
terjadinya demam.

2.7 Komplikasi
Menurut Susilaningrum, Nursalam, & Utami tahun 2013 komplikasi dari demam
tifoid yaitu:
1. Pendarahan usus.
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai
nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum.
3. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan.
4. Komplikasi diluar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu meningitis,
kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain

10
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer & Bare tahun 2015 penatalaksanaan pasien demam tifoid
yaitu:
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas)
c. Paracetamol
2. Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim,
dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam.

11
2.9 Discharge Planning
Discharge Planning klien dengan demam thypoid menurut (Hidayat, 2011)
yaitu:
1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kondisi fisik klien.
2. Jelaskan terapi yang di berikan : dosis, efek samping.
3. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
4. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
Penyakit tifus ini terjadi apabila kuman salmonella tifoid masuk ke dalam tubuh
khususnya usus dan kuman tersebut akan menembus usus dan masuk ke
peredaran darah melalui aliran limfe. Selanjutnya kuman menyebar ke seluruh
tubuh dalam sistem retikuloendotelial yaitu hati dan limfa, kuman berkembang
biak lalu kembali masuk ke peredaran darah. Kuman yang masuk menyerang
pada daerah usus ileum bagian distal, pada minggu pertama dapat terjadi
hiperflasi plak olayer, minggu kedua dapat terjadi nekrosis, minggu ketiga dapat
terjadi ulserasi, pada minggu keempat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
yang dapat meninggalkan sikatrik yang memudahkan terjadi perdarahan hingga
perforasi.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOID

3.1 Pengkajian
Menurut Dermawan (2012), pengkajian adalah proses keperawatan dalam
mengumpulan data yang dilakukan melalui pendekatan secara sistematis yang
nantinya akan dianalisa. Tujuan dari pada pengkajian keperawatan adalah untuk
megidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan pasien dan perawatan pada
pasien baik secara fisik, mental, sosial maupun lingkungan.
Pengumpulan data harus menggambarkan status kesehatan Klien dan kekuatan
Klien serta masalah kesehatan yang dialami (actual, resiko dan potensial)
(Tarwoto, 2011).
1. Identitas atau data biografi klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku, status perkawinan, dan
alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
tidak bersemangat, menurunnya nafsu makan.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keturunan seperti hipertensi, atsma, dan penyakit menular.
4. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini: adanya penyakit yang di derita saat ini
b) Riwayat kesehatan lalu :adanya penyakit kronik yang diderita
c) Riwayat pekerjaan :pekerjaan saat ini serta sebelumnya, sumber
pendapatan.
5. Suhu tubuh, demam berlangsung dalam 3 minggu, bersifat febris remiten,
suhunya tidak tinggi sekali. Minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur
naik , suhu menurun pada pagi hari dan kembali naik pada sore dan malam

13
hari, pada minggu kedua pasien berada dalam keadaan demam, pada minggu
ketiga suhu berangsur menurun dan normal kembali pada akhirminggu
ketiga.
6. Kesadaran, kesadaran pasien umumnya menurun walaupun tidak terlalu
buruk yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor dan koma kecuali
pada keadaan berat atau terlambat dalam pengobatan. Keadaan lain pasien
akan mengalami rosela pada beberapa anggota tubuh, yaitu terdapat bintik-
bintik merah karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam. Pada anak besar dapat ditemukan pula
bradikardi dan epistaksis.
7. Pemeriksaan fisik
a) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecah-pecah. Lidah terdapat selaput putih kotor (coated tongue)
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai
tremor.
b) Abdomen, perut kembung, konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
c) Hati dan limpa membesar dan disertai nyeri saat diraba atau ditekan.
8. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang
dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan
sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada
ketentuan media dan keperawatan.
b) Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.

14
c) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat
bantu, penggunaan obat-obatan.
d) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan
aktivitas.
e) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan
penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f) Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi
klien.
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya,
persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas
diri, ideal diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami
gangguan emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
h) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
i) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas
j) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam
menghadapai stress dan juga adanya sumber pendukung.

15
k) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien.
9. Pemeriksaan laboratorium
a) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat leukopenia, limfositosis relatif, dan
aneosinofilia.
b) Darah untuk kultur (biakan,empedu) dan widal.
c) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit, selain itu lebih sering dalam urin dan
faeces.
d) Pemeriksaan widal, untuk membuat diagnosa, pemeriksaan yang
diperlukan ialah titer zat antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.

3.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan demam typhoid menurut teori SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia) tahun 2017 yaitu :
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan) ditandai dengan nafsu makan menurun dan BB menurun
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi) ditandai
dengan suhu tubuh fluktuatif dan pucat
3. Resiko Devisit volume cairan berhubungan dengan kekurangan intake cairan

3.3 Intervensi
Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien yang mengalami
demam typhoid yaitu:
DXI: Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah defisit
nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Mempertahankan berat badan

16
2. Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
3. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
4. Menoleransi diet yang dianjurkan
5. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
SIKI: Defisit nutrisi
3.3.1 Manajemen Nutrisi
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menenukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
c. Sajikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
d. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,


antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jneis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

DXII: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


SLKI: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil:

17
1. Menggigil menurun
2. Kulit merah menurun.
3. Pucat menurun.
4. Suhu tubuh membaik
5. Suhu kulit membaik.
6. Tekanan darah membaik.
SIKI: Hipertermi
1. Manajemen hipertermia
a) Observasi
1) identifikasi penyebab hipertermi (misal. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
2) Monitor suhu tubuh
b) Terapuetik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakain
3) Berikan cairan oral
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan

DXIII: Resiko ketidakseimbangan cairan


SLKI: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
Keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil ( L.03021):
1. Tidak terjadi kelemahan otot, kram otot, kram perut,
2. Tidak terjadi disritmia
3. Tidak terjadi gangguan kesadaran

18
SIKI:
1. Manajemen cairan (I.03098)
Observasi
a. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
b. Monitor berat badan harian
c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN)
d. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
a. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
b. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

2. Pemantauan cairan (I.03121)


Observasi
a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi nafas
c. Monitor tekanan darah
d. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
e. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi

19
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2016)

3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan.
(Deswani, 2009)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.
(Manurung, 2011)

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam thypoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan santitasi yang buruk serta standar kebersihan industri,
dan pengelolaan makanan yang masih rendah. Penularan penyakit ini hampir
selalu melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi (Kurnia ,2017).
Perilaku individu yang kurang benar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang tidak
mencuci tangan sebelum makan, serta tidak mencuci tangan setelah buang air
besar dan kebiasaan mengkonsumsi makanan produk daging dan sayuran yang
tidak matang, mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dengan air, minum air yang
tidak direbus, serta menggunakan alat makan dan minum yang tidak bersih
berisiko terinfeksi bakteri Salmonellatyphi sehingga penyakit demam tifoid bisa
menular (Masitoh, 2013).
Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita demam tifoid anatara
lain adalah demam, demam sering di jumpai, biasanya demam lebih dari
seminggu, pada penderita demam tifoid juga ditemui masalah mual, muntah,
nyeri abdomen atau perasaan tidak enak di perut, diare (Nani, 2014)
Untuk itu peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah demam thypoid. Asuhan keperawatan
yang professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi
keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

21
4.2 Saran
Bagi Instansi Rumah Sakit
Dapat memberikan sarana untuk dilakukan tindakan keperawatan sebagai salah
satu intervensi keperawatan sehingga dapat berjalan secara optimal dalam
menurunkan tingkat masalah pada pasien dengandemam thypoid.

Bagi Instansi Pendidikan


Sebagai bahan acuan dan refrensi untuk bahan penelitian lebih lanjut serta dapat
diterapkan sebagai intervensi bagi mahasiswa dalam penanganan masalah pada
pasien dengan demam thpoid.

Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut, dan dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan studi kasus
selanjutnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan demam hypoid

22
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih. 2012. Keperawatan Medikal Bedah.


Yogyakarta: Gosyen publishing

Hidayat, A. A. 2011. Pengantar ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mardalena, Ida. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan GangguanSistem


Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Masitoh, D. 2013. Hubungan Antara Perilaku Hygiene Perorangan Dengan


Kejadian Demam Tifoid Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Sultan Hadirin Jepara. UNNES: Skripsi.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NA

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

23
Purba, Ivan Elisabethet al. 2015. Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia:
Tantangan dan Peluang. (online) http://ejournal.litbang.depkes.go.id.
(diakses pada 29 april 2021)

Smeltzer, S.C,. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Sodikin. 2014. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S,. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Widoyono. 2018. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga

24

Anda mungkin juga menyukai