Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola makan,
kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan, bahkan
tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini.
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang
dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan
metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit.(Wening Sari, 2008).
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
di Indonesia, yang terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E
sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal-oral dan
biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan
dapat sembuh dengan baik. Sedangkan hepatitis B, C, dan D (jarang) ditularkan
secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan chirosis dan lalu
kanker hati. Virus hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di
dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap hepatitis B kronik,
sedangkan untuk penderita hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta
orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena
hepatitis. (Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Selain itu Indonesia menjadi negara urutan ketiga dengan penderita hepatitis
terbanyak setelah Tingkoak dan India (Bararah, 2010). Dari 400 juta penderita
hepatitis B di dunia, 12 juta orang bermukim di Indonesia. Dari data pervalensi
nasional hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia
memiliki pervalensi di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di
provinsi Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur. Dengan presentase 65%
hepatitis akut 35% kronis (Depkes, 2012).
Solusi yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menghindari terjadinya hepatitis
yaitu perawat perlu memberikan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat

1
misalnya dengan menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus
hepatitis, mencuci bahan makanan yang akan di komsumsi, terutama kerang dan
tirang, sayuran, serta buah – buahan, tidak berbagai pakaian, sikat gigi, pisau
cukur, atau jarum suntik dengan orang lain, tidak menyentuh tumpahan darah
tanpa sarung tangan pelindung, lakukan hubungan seksual yang aman, misalnya
dengan mengunakan kondom, atau tidak berganti – ganti pasangan, dan kurangi
komsumsi alkohol (Wening Sari, 2008).
Untuk itu peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah hepatitis. Asuhan keperawatan yang
professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi
keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hepatitis”.

1.1.2. Tujuan penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar Hepatitis
b. Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan Hepatitis.
c. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan dengan
Hepatitis.
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Hepatitis.
e. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada klien dengan
Hepatitis.

2
f. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan
ulkus diabetikum.
g. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan ulkus
diabetikum.

1.1.3. Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan Langkah-langkah ataupun tahapan yang ditempuh dalam
menyelesaikan penulisan ini :
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II KONSEP DASAR HEPATITIS : Definisi, Etiologi, Klasifikasi,
Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS : Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB IV PENUTUP : Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
KONSEP DASAR HEPATITIS

2.1. Anatomi Fisiologi


Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati. Hati
adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian
teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati
secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari
berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus
kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2
lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan
ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati
menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobules (Evelyn,
2009).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.
Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini
mempunyai kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai
vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena
mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini mempunyai
kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang telah diabsorbsi
oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran
membentuk saluran porta. (Evelyn, 2009).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym
hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari
hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-
lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler.
(Evelyn, 2009).

4
Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang
disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri4
hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan.
Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam
empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung
empedu (Evelyn, 2009).
Beberapa Fungsi organ hati menurut Evelyn, 2009 adalah :
1. Metabolisme glukosa
2. Metabolisme protein
3. Metabolisme lemak
4. Penyimpanan vitamin dan zat besi
5. Metabolisme beberapa obat tertentu
6. Pembentukan / sekresi empedu
7. Pembentukan ureum
8. Membentuk dan menghancurkan sel darah merah
9. Membuat protein plasma
10. Membersihkan bilirubin dalam darah
11. Menghasilkan protrombin dan fibrinogen  pembekuan darah
12. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk ekskresi kedalam empedu
dan urin.

2.2. Definisi
Istilah “ Hepatitis” untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati yang
disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasite), obat-obatan (termasuk obat
tradisional), Konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmuned,
ada 5 jenis hepatitis virus yaitu Hepatitis A,B,C,D dan E. Antara hepatitis yang
satu dengan yang lain tidak saling berhubungan (Kemenkes, 2014)
ada 5 jenis hepatitis virus menurut Kemenkes, 2014 yaitu:

5
1. Hepatitis A
a. Penyebabnya adalah virus Hepatitis A, dan merupakan penyakit
endemis di beberpapa Negara berkembang selain itu merupakan
hepatitis yang ringan, bersifat akut, sembuh spontan/ sempurna tanpa
gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik.
b. Penularan melauli fecal oral. Sumber penularan umumnya terjadi
karena pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan
yang tercemar, sanitasi yang buruk dan personal hygine rendah.
c. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan IgM antibody dalam serum
penderita.
d. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bias berupa demam, sakit kepala,
mual dan muntah sampai ikterus, bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan hati.
e. Tidak ada pengobatan khusus hanya pengobataan pendukung dan
menjaga keseimbangan nutrisi.
f. Pencegahan melalui kebersihan lingkunga, terutama terhadap makanan
dan minuman dan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2. Hepatitis B
a. Etiologinya virus Hepatitis B dari golongan virus DNA
b. Masa inkubasi 60-90 hari
c. Penularannya vertical 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5
%intra uterine. Penularan horizontal melalui transfusi darah, jarum
suntik tercemar, pisau cukur tattoo, transpltasi organ.
d. Gejala tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang, demam
ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, air kencing
warna the
e. Diagnosis di tegakkan dengan test fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum.

6
f. Pengobatan tidak di perlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat
simtomasis.
Pencegahannya :
1) Telah dilakukan penapisan darah sejak tahun 1992 terhadap bank
darah melalui PMI
2) Imunisasi yang sudah masuk dalam program Nasional : HB0
(<12jam ). DPT/HB1 (2 bulan), DPT / HB2
3) Menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan

3. Hepatitis C
a. Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker harti.
b. Etiologi virus Hepatitis C termasuk golongan virus RNA ( Ribo
Nucleic Acid ).
c. Masa Inkubasi 2-24 minggu.
d. Penularan Hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa
perinatal sangat kecil, melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transplatasi
organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungn seks dapat
menularkan tetapi sangat kecil.
e. Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik.
f. Pengobatan Hepatitis c : Kombinasi pegylated interferon dan ribavirin
g. Pencegahan Hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena
sampai saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C

4. Hepatitis D
a. Virus Hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya.
b. Hepatitis D, juga disebut virus delta, virus ini memerlukn virus
Hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya di temukan pada
orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis B.

7
c. Tidak ada vaksin tetapi otomatis orang akan terlindungi jika telah
diberikan imunisasi Hepatitis B

5. Hepatitis E
a. Dahulu dikenal sebagai Hepatitis Non A- Non B
b. Etiologi Virus Hepatitis E termasuk virus RNA.
c. Masa inkubasi 2-9 minggu .
d. Penularan melalui fectal oral seperti Hepatitis A.
e. Diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pad penderita
yng terinfeksi .
f. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai ikterus.
g. Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus.
h. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama,
terutama kebersihan makana dan minuman.
i. Vaksinasi Hepatitis E belum tersedia

.3 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah
sebagai berikut :

1. Hepatitis A
Disebabkan oleh virus ribonucleic acid (RNA) dari famili enterovirus.
Hepatitis ini menular terutama melalui rute fekal-oral, biasanya melalui
ingesti makanan atau minuman yang terinfeksi. (Diyono&Sri Mulyanti, 2013)

2. Hepatitis B
Disebabkan oleh virus kulit ganda yang berisi deoxyribonucleic acid (DNA).
Protein virus yang berhubungan hepatitis b surface antingen (HbsAg)
bersirkulasi dengan bebas dalam darah partikel virus HBV. Hepatitis B
menyebar terutama melalui darah (rute perkutan dan permukosal). Hepatitis

8
B juga dapat ditularkan melalui saliva, menyusui atau aktivitas seksual
(darah, semen, sekresi vagina). (Diyono,Sri Mulyanti, 2013).

3. Hepatitis C
Disebut juga hepatitis non-A, non-B atau hepatitis NANB diperkirakan
penyebab sebagian kasus hepatitis ini berkaitan dengan transfusi darah. Di
Amerika Serikat, lebih dari 90% kasus terjadi akibat transfusi darah, dan
hepatitis C merupakan bentuk primer hepatitis yang berkaitan dengan
transfusi. (Smeltzer, Suzanne C, 2013)

4. Hepatitis D
Hepatitis delta disebabkan oleh virus ribonucleic acid (RNA) detektif yang
membutuhkan kehadiran hepatitis B yang secara spesifik adalah hepatitis b
surface antingen (HbsAg) untuk bereplikasi. (Diyono&Sri Mulyanti, 2013)

5. Hepatitis E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang
teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa inkubasi
hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 25 hingga 65 hari.
Efektivitas preparat imun globulin dalam memberikan Poltekkes Kemenkes
Palembang perlindungan terhadap virus hepatitis E belum diketahui.
(Doengoes, Marilyn E. 2014)

.4. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis penderita hepatitis secara umum menurut Nurarif,A.H, dan
Kusuma, H (2015) yaitu
1. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan myalgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV

9
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopati

.5 Patofisiologi

10
Patofisiologi menurut Nuranif tahun 2015 yaitu:
Virus, zat beracun (Alkohol, obat obatan) > mengakibatkan inflamsi/peradangan
pada hepar > dari peradangan mengakibatkan hipertermi, gangguan suplai
darah ke sel sel hepar, peregangan kapsul hati.
Gangguan suplai darah ke sel hepar, membuat kerusakan sel parenkim > akan
membuat obstruksi > gangguan eksresi empedu > bilirubin direk meningkat >
terjadi peningkatan garam empedu dalam darah > terjadi eksresi ke dalam kemih
> resiko gangguan fungsi hati. Dari gangguan suplai darah > terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak > gula dalam darah bisa berkurang
> resiko gangguan ketidakstabilan gula darah > cepat lelah > Intoleransi
aktifitas.
Peregangan kapsul hati > hepatomegali > membuat perasaan tidak nyaman di
kuadran atas > Nyeri atau anoreksia > ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit
hepatitis antara lain (Kowalak, 2016):
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH Meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark miokardium
b. Bilirubin direk Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi
c. Bilirubin indirek Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert
d. Bilirubin serum total Meningkat pada penyakit hepatoseluler
e. Protein serum total Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
f. Masa protombin Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat
kerusakan sel hati
g. Kolesterol serum Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktusi ductus biliaris

11
2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
a. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan sampai 8
bulan
b. Hepatitis aktif yang kronis
c. Sirosis hepatis
d. Gagal hati dan kematian
e. Karsinoma hepatoseluler primer

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang bisa dilakukan menurut Children, 2012, yaitu:
a. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
b. Tirah baring
c. Tatalaksana farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien.
1) Antpiretik bila demam ibuprofen 2 kali 400mg/hari.
2) Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti mual (antimetik), perut
perih dan kembung (simetidin 3 kali 200mg/hari)

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

.3 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut Yasmara
dan Arafat (2017) , adalah :
1. Identitas Pasien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit,
nomor register, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita hepatitis adalah penurunan
nafsu makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam, nyeri perut,
sakit kepala dan pruritus.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penderita hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit hepatitis atau
tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita hepatitis, apakah ada
riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, dan tanyakan
apakah pernah mendapat transfusi darah atau cuci darah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadinya gangguan, seperti: anoreksia, nafsu makan
menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas, terjadi penurunan
berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah dengan malaise umum
c. Riwayat penyakit keluarga

13
Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien hepatitis adalah
apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita penyakit
Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau penyakit lainnya.
4. Pengkajian pola kesehatan fungsional
a. Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi adanya
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan dengan mengukur
tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, dan diagnosis primer.
b. Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis, ditemukan adanya
bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik pada sklera kulit dan
membran mukosa.
c. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum, toileting, mobilisasi
ditempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi. Pada pasien
Hepatitis didapatkan adanya kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
d. Nyeri dan kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan hepatitis,
didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada kuadran atas, nyeri
tekan pada abdomen karena adanya pembesaran hati, mialgia, atralgia,
sakit kepala, gatal (pruritus) dan gelisah.
e. Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien hepatitis, ditemukan adanya
urine berwarna gelap dan feses berwarna tanah liat.
f. Neurosensori
Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, letargi,
dan asteriksis

14
5. Pemeriksaan fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat dari aspek-aspek
berikut:
a. Keadaan umum: Apatis, kelemahan, dan malaise umum.
b. Keadaan kulit: Teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak eritema,
atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
c. Keadaan bibir: Kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada
membran mukosa.
d. Keadaan mata: Konjungtiva pucat, kering, ikterus.
e. Keadaan perut: Permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik usus,
pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen, splenomegali.
f. Fungsi gastrointestinal: Anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver
atau lien.
g. Pengukuran Tanda-Tanda Vital: Demam 37,8oC-38,9oC.
6. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi
Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra (2015), dapat dikaji
dengan menggunakan pedoman A-B-C-D, yaitu:
a. Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
lingkar lengan.
b. Data biomedis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data biomedis antara
lain kadar total limfosit, albumin serum, zat besi, transferin serum,
kreatinin, hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen, dan tes
antigen kulit.
c. Tanda-tanda klinis status nutrisi
Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari pemeriksaan fisik.
Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antara lain berat badan menurun,
lemah, lesu, dehidrasi, dan pertumbuhan terhambat.

15
d. Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat melakukan
wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status gizi, kesehatan,
sosial-ekonomi, dan budaya atau kebiasaan orang tersebut yang
berpengaruh terhadap status nutrisinya. Bagian yang perlu diketahui
antara lain riwayat makanan, kemampuan makan, pengetahuan tentang
nutrisi, dan tingkat aktivitas.
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun (<14g/dL) dan
perempuan didapatkan Hb menurun (<12g/dL)
b. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati.
c. Kadar aminotransferase aspartat serum dan amino transferasealanin
meningkat.
d. Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat.
e. Hitung leukosit meningkat.
f. Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis nonvirus karena
obat).
g. Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan rutin,

.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan hepatitis yaitu
(SDKI, 2017):
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
b. Hipertermia b.d inflamasi hepar
c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

16
e. Resiko gangguan fungsi hati b.d penurunan fungsi hati dan terinfeksi
virus hepatitis.

3.3 Intervensi
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SDKI (2017), SLKI (2018), dan
SIKI (2018). Intervensi keperawatan yang dapat disusun pada pasien dengan
hepatitis yaitu:
DXI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
a. SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksia.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor


Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun

Objektif:
1. Bising usus hiperaktif
2. Membran mukosa pucat
3. Sariawan

b. SLKI:
Status Nutrisi
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

17
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
3. Kekuatan otot menelan meningkat

c. SIKI
1. Manajemen Nutrisi
a) Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
b) Teraupetik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet (misal. Piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
c) Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Anjurkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

DXII: Hipertermia
a. SDKI: Hipertermia b.d Inflamasi hepar
Data subjektif: -
Data Objektif :
1. Suhu tubuh diatas nilai normal (36,5-37-5)
2. Kulit merah
3. Kulit terasa hangat

18
b. SLKI
Termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
1. Menggigil
2. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 o c)
3. Suhu kulit normal

c. SIKI
1. Manajemen hipertermia
a) Observasi
1) identifikasi penyebab hipertermi (misal. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2) Monitor suhu tubuh
b) Terapuetik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakain
3) Berikan cairan oral
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan

DXIII: Nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian abdomen

a. SDKI: Nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian abdomen


Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Mengeluh nyeri
Objektif:
1. Tampak meringis

19
2. Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor


Subjektif: -
Objektif:
1. Tekanan darah meningkat
2. Nafsu makan berubah
3. Menarik diri

b. SLKI
Tingkat Nyeri
Ekspektasi: menurun
Kriteria hasil:
1. Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun

c. SIKI
1. Manajemen Nyeri
a) Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

20
b) Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

.4 Implementasi
Adalah tindakan keperawatan dari sebuah perencanaan yang langsung diberikan
kepada penderita. Tindakan keperawatan dibagi menjadi dua macam yaitu
tindakan (dependen) atau disebut juga kolaborasi, tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang berdasarkan hasil keputusan bersama, yang kedua tindakan
(independen) disebut juga dengan tindakan mandiri (Wartonah, 2015).

3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan. (Deswani,2009)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.
(Manurung,2018)

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
di Indonesia, yang terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E
sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal-oral dan
biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan
dapat sembuh dengan baik. Sedangkan hepatitis B, C, dan D (jarang) ditularkan
secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan chirosis dan lalu
kanker hati. (Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Solusi yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menghindari terjadinya hepatitis
yaitu perawat perlu memberikan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat
misalnya dengan menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus
hepatitis, mencuci bahan makanan yang akan di komsumsi, terutama kerang dan
tirang, sayuran, serta buah – buahan, tidak berbagai pakaian, sikat gigi, pisau
cukur, atau jarum suntik dengan orang lain, tidak menyentuh tumpahan darah
tanpa sarung tangan pelindung, lakukan hubungan seksual yang aman, misalnya
dengan mengunakan kondom, atau tidak berganti – ganti pasangan, dan kurangi
komsumsi alkohol (Wening Sari, 2008).
Untuk itu peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah hepatitis. Asuhan keperawatan yang
professional diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi
keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

22
4.2 Saran
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Dapat memberikan sarana untuk dilakukan tindakan keperawatan sebagai
salah satu intervensi keperawatan sehingga dapat berjalan secara optimal
dalam menurunkan tingkat masalah pada pasien dengan hepatitis.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dan refrensi untuk bahan penelitian lebih lanjut serta
dapat diterapkan sebagai intervensi bagi mahasiswa dalam penanganan
masalah pada pasien dengan hepatitis.
3. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut, dan dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan studi
kasus selanjutnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
hepatitis

23
DAFTAR PUSTAKA

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika

Ester, M. 2002. Book of Nursing Diagnosis Edisi 10. Jakarta: EGC

Evelyn C. Pearce. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT


Gramedia

Kowalak. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Kemenkes. 2014. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI / infodatin th


2014. (online) kemkes.go.id diakses pada 25 April 2021
Manurung, S. (2018). Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta: Medication.

Sudoyo, A. W. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 1. Jakarta:


Departemen

Sudoyo,Aru W et.al. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Yogyakarta: nuha medika

Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan .


Edisi :4 .Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI) Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) 
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

24
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Wening Sari, L. I. (2008). Care Yourself Hepatitis. Jakarta: Penebar Plus.

Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC hasil NOC. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai