Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, toksin,
atau kimia (termasuk obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut, kronis,
fulminant, dan alkoholik. Hepatitis karena virus dapat menyebabkan peradangan
pada hepar dengan gejala klinik berupa penyakit kuning yang akut disertai
malaise, mual dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan suhu badan
(Black & Hawks, 2014; Sanityoso, 2006; Warouw, 2007).
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI tahun 2015
penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di
Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering
muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fekal oral dan biasanya
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat
sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang) ditularkan secara
parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati.
Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240
juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik, sedangkan untuk
penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Terdapat 1,2 %
penduduk di Indonesia mengidap penyakit hepatitis dan kondisi ini meningkat 2
kali lipat dibandingkan tahun 2007 yaitu sekitar 0,6 %.
Peradangan hepatitis B yang kronis dapat menimbulkan jaringan parut
dalam hati, yang mengakibatkan sirosis dengan disfungsi selular, hipertensi porta,
karsinoma hepatoseluler, dan anemia aplastik (Jeffrey & Scott, 2012; Black &
Hawks, 2014).
Perawat yang berperan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan infeksi HBV akut dan kronis harus diperhatikan adalah penyakit yang
ditularkan melalui darah yang dapat ditularkan selama hubungan seksual atau

1
pada saat melahirkan. Profilaksis sangat disarankan, anggota keluarga harus
diperiksa untuk infeksi HBV. Pengukuran pencegahan terbaik adalah vaksinasi
(Pyrsopoulos, 2015).
Data yang diperoleh dari rekam medis RSUD Prof.Dr.H.M.Anwar
Makkatutu Bantaeng jumlah anak penderita hepatitis tahun 2019 sebanyak 2
orang, januari 2020 diperkirakan jumlah penderita hepatitis melebihi dengan
penderita tahun 2019 sebanyak 20 orang.
Alasan saya tertarik mengambil kasus ini karena penyakit hepatitis menjadi
kejadian luar biasa di awal tahun 2020 dengan jumlah penderita yang setiap
harinya terus bertambah, di perkirakan kasus ini terjadi disebabkan banyak tempat
makan atau tempat jajanan yang mengabaikan kebersihan makanan, kurangnya
kesadaran dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyebaran wabah hepatitis .
Pencegahan Hepatitis jika dilihat dari sebab dan tipikal penyebaranya yang person
to person maka diperlukan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat dalam memilih,
menyiapkan dan menyajikan makanan, sebaiknya masyarakat memperhatikan
makanan dan minuman yang selalu higienis serta menjaga kesehatan lingkungan
maupun perorangan guna memperkecil penyebaran virus (Fitzsimons, Francois,
Alpers, Radu, Jilg, & Rombo, 2005).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi hepatitis
b. Mengetahui penyebab dari hepatitis
c. Mengetahui manifestasi klinis hepatitis
d. Mengetahui proses terjadinya hepatitis
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hepatitis
f. Mengetahui penatalaksaan hepatitis
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis

2
C. Manfaat penulisan
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai kepustakaan bagi mahasiswa dalam menyusun asuhan
keperawatan pada pasien dengan hepatitis
2. Bagi lahan praktik
Dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan di
bidang keperawatan khususnya pada pasien dengan Hepatitis
3. Bagi masyarakat
Sebagai materi dan sumber pengetahuan dalam merawat anggota keluarganya
yang menderita penyakit Hepatitis

3
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada
anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000;145).
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas
dalam tubuh walaupun efek yang mencolok terjadi pada hati dengan memberikan
gambaran klinis yang mirip yang dapat bervariasi dari keadaan subklinis tanpa
gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price, 1995; 439).
Hepatitis adalah inflamasi hati. Inflamasi ini bisa disebabkan oleh virus,
bakteri atau substansi toksik. (luckmann dan sorense. 1987; 1353U).
Hepatitis merupakan infeksi yang menyerang bagian hati dengan
menunjukan berbagai perbedaan masa inkubasi tergantung dari unsur virus
hepatitis yang menyerang. (Barbara. C. long. 1996, perawatan medical bedah:
119).
B. Etiologi dan Faktor Resiko
1. Hepatitis A
a. Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm.
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawah oleh air dan makanan.
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari.
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi
yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.

4
2. Hepatitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm.
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi
akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada
bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis
serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam
hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak
yang diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga
oleh kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari.
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia.
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari.
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32
– 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.

5
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan
makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
C. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari
masing – masing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praikterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut
kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula –mula terlihat
pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang,
tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna
kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya
berbeda
D. Komplikasi
Komplikasi hepatitis B virus yang paling sering di jumpai adalah
perjalanan penyakitnya yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini dikenal
dengan hepatitis kronis akan tetapi keadaan ini akan sembuh kembali sekitar 5%
dari pasien hepatitis kronis akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal,
kekambuhan biasanya dihubungkan dgn minum alkohol atau aktifitas fisik yang
berlebihan.
E. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat
pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis

6
empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu
bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbulnya sakit
dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2
sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.
Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan
pada fungsi hati. Individu dengan hepatitis kronik akan sebagai karier penyakit dan
resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang
terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

7
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikojugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
17. Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia disekresi dalam urin
menimbulkan bilirubinuria.
G. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Aktivitas fisik biasanya
perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat,
hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila

8
terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal
hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi, penurunan
tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang
berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah
tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
1. Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah
terpajang hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi :
diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM
ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah
kelahiran).
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran,
diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun.
Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan
berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-
anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot
deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang
dan anak dengan sindrom Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya
resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini.
H. Diet untuk Pasien Hepatitis
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
 Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan
babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak
serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
 Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
 Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
 Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool,
sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.

9
 Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
 Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
 Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
 Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang
hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
 Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti
gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.

10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
b)  Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
        Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat
berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut
kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding
dengan saudara-saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.

11
4. Pola pengkajian Fungsional
a. Aktivitas
 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise 
b. Sirkulasi
 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Peningkatan oedema
 Asites
e. Neurosensori
 Peka terhadap rangsang
 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Mialgia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal ( pruritus )

12
g. Keamanan
 Demam
 Urtikaria
 Lesi makulopopuler
 Eritema
 Splenomegali
 Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan keengganan untuk makan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi hepar
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pruritus
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan keengganan untuk makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 60 menit nutrisi membaik
Kriteria hasil :
 Porsi makan yang dihabiskan meningkat (5)
 Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat (5)
 Frekuensi makan membaik (5)
 Nafsu makan membaik (5)
Intervensi ;
 Observasi :
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan

13
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Teraupetik :
 Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,jika perlu
 Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi hepar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit nyeri menurun
Kriteria hasil :
 Keluhan nyeri menurun (5)
 Meringis menurun (5)
 Kesulitan tidur menurun (5)
 Gelisah menurun (5)
Intervensi :
 Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

14
 Teraupetik:
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk menguragi rasa nyeri (hypnosis,
terapi music, terapi pijat, aroma terapi,kompres hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi:
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurani rasa nyeri
 Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 60 menit toleransi
aktivitas meningkat
Kriteria hasil :
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat (5)
 Kecepatan berjalan cukup meningkat (4)
 Perasaan lemah menurun (5)
Intervensi :
 Observasi :
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyaman selama melakukan aktivitas
 Teraupetik
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)

15
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
 Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit tormoregilasi
membaik
Kriteria hasil :
 Menggigil menurun (5)
 Pucat menurun (5)
 Takikardi menurun (5)
 Takipnue menurun (5)
 Suhu tubuh membaik (5)
Intervensi :
 Observasi :
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Teraupetik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Berikan cairan oral

16
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
 Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pruritus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 60 menit integritas kulit
dan jaringan meningkat
Kriteria hasil :
 Kerusakan lapisan kulit menurun (5)
 Jaringan parut menurun (5)
 Tekstur membaik (5)
Intervensi ;
 Observasi :
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan
ekstrem, penurunan mobilitas)
 Teraupetik :
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Edukasi :
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotiom, serum)
 Anjurkan minum air cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

17
 Anjurkan meningkatkan buah dan sayur
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

18
19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus  menyebakan
peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga
alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak
sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam snack.
Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan akan kebersihan sehingga
memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.

B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan
makanan  serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak
terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu
memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis. 

20
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga,
Balai Penerbit FKUI, jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai