Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KONSEP DASAR

1. Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami nekrosis berupa bercak difus yang

mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan merusak arsitekstur hati (Morgan, 2009.Hal 209).

Hepatitis B adalah proses nekroinflamatorik pada hati yang terjadi secara akut disebabkan

oleh infeksi VHB (Soewignjo, 2018. Hal 35).


Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya, Penyakit ini

disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan

hati akut atau menahun (Tambayong, 2010.Hal 145).

2. Etiologi
(Soewignjo, 2013.Hal 36) penyebab hepatitis virus B adalah penggunaan obat obatan per

IV, hubungan seksual via anus, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, pajanan dari

tempat kerja, resipien transfuse darah, pasien analisis, berhubungan dekat dengan individu yang

terinfeksi (suami-istri-anak).

3. Klasifikasi
a. Hepatitis akut

Infeksi virus yang berlangsung<6 bulan

b. Hepatitis kronis

Gangguan yang terjadi > 6 bulan dan kelanjutan dari hepatitis akut

c. Hepatitis fulminant

Perkembangan mulai timbulnya hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4

minggu oleh karena itu hanya terjadi pada bentuk akut


4. Tanda dan gejala

Setelah masa inkubasi berakhir, akan terjadi gejala prodmoral yang dapat berupa anoreksia,

mual, muntah, mialgia, altralgia, atau coryza berkisar selama 1-2 minggu. fase ini disusul dengan

fase ikterik yang ditandai dengan timbulnya ikterus dan berkurangnya keluhan keluhan

prodmoral. Pada saat itu, hepar teraba dan nyeri tekan.Dapat timbul limfadenopati dan

splenomenggali.Kadang kadang terdapat tanda tanda kolestasis yang disertai ikterus

berkepanjangan serta gatal gatal.Setelah fase ikterik yang berlangsung selama beberapa minggu,

penderita masuk kedalam fase penyembuhan.Selama masa penyembuhan gejala gejala


konstitusional menghilang tetapi hepatomenggali masih tetap ada dan kelainan kelianan biokimia

masih tampak.Penyembuhan sempurna terjadi berkisar 1-2 bulan tetapi dapat mencapai 4 bulan

(Soewignjo, 2013.Hal 37).

5. Komplikasi
a. Sirosis

Akibat terjadinya pembentukan jaringan parut di hati

b. Kanker hati

Akibat dari hepatitis yang tidak di tangani maka dapat memicu pembentukan sel kanker

c. Gagal hati

Akibat kerusakan hebat dihati sehingga tidak dapat berfungsi lagi

6. Pemeriksaan penunjang
Pada hepatitis B akut, AST dan ALT sudah mulai mengalami peningkatan pada fase

prodromal. Tingginya kadar AST dan ALT tidak mempunyai korelasi dengan derajat kerusakan

sel hati. Nilai tertinggi AST dan ALT berkisar antara 400-4000 IU tetapi kadang-kadang

didapatkan nilai yang lebih tinggi lagi.Kadar billirubin berkisar antara 5-10 mg%.kadar billirubin

sering kali menigkat walaupun sudah terjadi penurunan AST dan ALT. kadar billirubin lebih

dari 6 mg% dan menetap biasanya biasanya disertai oleh penyakit yang berat. Pengukuran waktu
protrombin (PTT) penting karena panjangnya PTT sering merupakan gambaran tentang parahnya

penyakit (Soewgnjo, S. 2013.Hal 38).


7.Penatalaksanaan
Menurut Baughman, D. (2010. Hal 209) penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis B

adalah sebagai berikut : percobaan klinis dengan interferon telah menunjukkan hasil yang

menjanjikan, tirah baring dan pembatasan aktivitas sampai perbesaran hati dan perbesaran hepar

dan peningkatan billirubin serum serta enzim enzim hepar telah hilang, pertahankan nutrisi yang

adekuat; batasi protein ketika kemampuan hepar untuk memetabolisme protein mengalami

kerusakan, berikan antasida, beladona, dan antiemetik untuk dyspepsia serta malaise umum;

hindari semua pemberian obat bila terjadi muntah, masa penyembuhan dapat lama dan masa
pemulihan membutuhkan waktu 3 sampai 4 bulan, berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

secara bertahap setelah ikterik hilang dengan sempurna, pikirkan dampak psikologis dari

perjalanan perjalanan penyakit yang panjang, libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

dan aktivitas pasien.


BAB II

WOC
Pengaruh virus Inflamasi hepar
hepatis

Peregangan kapsula HIPERTER


hati MIA

hepatomegali

Perasaan tidak nyaman di


kuadran tengah atas

NYERI AKUT DEFISIT NUTRISI

Penurunan produksi
energi

Terjadinya kelemahan
beraktivitas

RESIKO JATUH

Sumber: Amin H.A. & Hadhi K.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Berdassarkan Nanda Nic

Noc Dalam Berbagai Kasus.Jilid 1


BAB III

PROSES KEPERAWATAN
konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis yang meliputi pengkajian, dignosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

a. Aktivitas : Kelemahan, Kelelahan, Malaise umum.

b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardi ( hiperbilirubin berat ), Ikterik pada sclera, kulit, membran mukosa

c. Eliminasi
Gejala : Urine gelap, Diare/konstipasi, feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya hemodialisa.

d. Makanan dan Cairan


Gejala : Anoreksia, Berat badan menurun, Mual dan muntah, Peningkatan oedema,

Tanda : Asites/Acites

e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letarg, Asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia, Sakit kepala, Gatal

( pruritus ).

Tanda : otot tegang, gelisah.

g. Pernapasan
Tidak minat/enggan merokok (perokok).

h. Keamanan,
Gejala : adanya transfuse darah.

Tanda : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritemia, Splenomegali, Pembesaran nodus


servikal posterior

i. Seksualitas : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan


j. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin ( makanan

terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simptamatik atau asimptomatik);

adanya prosedur bedah dengan anestasi haloten; terpajan pada kimia toksin, obat resep.

Pertimbangan rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam tugas pemeliharaan

dan pengaturan rumah.

k. Pemeriksaan diagnostik
Tes fungsi hati : Abnormal (4–10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dari non-virus.

AST ( SGOT)SGPT ) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikteri

kemudian tampak menurun.

Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim

hati) atau mengakibatkan perdarahan.

Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).

Deferensial darah lengkap : luckositosis, monositosis, limfosit atipikal. Dan sel plasma.

Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).

Fases : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).

Albumin serum : menurun.

Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).

Anti – HAVI,gM : positif pada tipe A.

HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan : merupakan diagnostik sebelum

terjadi gejala klinis.

Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).

Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin

berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).


Tes ekskresi BSP : Kadar darah meningkat.

Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.


Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.

Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi.

2. Diagnosa,Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Nyeri akut Luaran utama Intervensi utama
berhubungan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
dengan agen 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
cedera Luaran tambahan durasi,frekuensi kualitas,insensitas nyeri
fisiologis Fungsi 2. identifikasi skala nyeri
gastrointestinal 3. berikan teknik non farmakologi untuk
Status kenyamanan mengurangi nyeri
Kontrol nyeri 4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
5. kolaborasi pemberian analgesik
intervensi tambahan
edukasi manajemen nyeri
edukasi teknik nafas
kompres hangat
latihan pernafasan
pemantauan nyeri
perawatan kenyamanan
2 Defisit nutrisi Luaran utama Intervensi Utama
berhubungan Status nutrisi Manajemen nutrisi
dengan Luaran Tambahan 1. identifikasi status nutrisi
ketidakmam Berat badan 2. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
puan Fungsi nutrien
mencerna gastrointestinal 3. monitori berat badan
makanan Tingkat nyeri 4. berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan
Intervensi Tambahan
Dukungan kepatuhan program pengobatan
Konseling nutrisi
Pemantauan nutrisi
3 Hipertermia Luaran utama Intervensi Utama
Berhubunga termoregulasi Manajemen hipertermia
dengan Luaran Tambahan 1. identifikasi penyebab hipertermia
proses Status kenyamanan 2. monitori suhu tubuh
penyakit Status nutrisi 3. monitori haluaran urine
4. basahi dan kipasi permukaan tubuh
5. lakukan pendinginan eksternal
6. anjurkan tirah baring
Intervensi Tambahan
Edukasi pengkuran suhu tubuh
Edukasi termoregulasi
Kompres dingin
Manajemen cairan
Pemantauan cairan
4 Resiko jatuh Luaran utama Intervensi Utama
berhubungan Tingkat jatuh Pencegahan jatuh
dengan Luaran Tambahan 1. identifikasi faktor resiko jatuh
malnutrisi Ambulasi 2. monitiro kemampuan berpindah dari
Koordinasi tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya
pergerakan 3. gunakan alat bantu berjalan
Tingkat cedera 4. anjurkan memangil perawat jika
membutuhkan bantuan perawat
5. anjurkan berkonsentrasi menjaga
keseimbangan
Intervensi Tambahan
Dukungan ambulasi
Dukungan mobilisasi
Edukasi keselamatan lingkungan
Surveilenes keamanan dan keselamatan
DAFTAR PUSTAKA

Amin h.a. & hadhi k.2016.asuhan keperawatan praktis berdasarkan nanda NIC NOC dalam
berbagai kasus.jilid 1.jogjakarta mediacton
Baugman d.c&hackley john.2010.keperawatan medikal bedah.jakarta:egc

Soewgnjo, S. 2013.hepatitis virus B, jakarta :EGC

Tambayong, 2010.patofisiologi untuk keperawatan.jakarta :EGC

Tim pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan indonesia. Dewan pengurus
ppni pusat. Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Intervensi Keperawatan indonesia. Dewan pengurus
ppni pusat. Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar luaran Keperawatan indonesia. Dewan pengurus
ppni pusat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai