Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Laporan Pendahuluan Gastritis”

Dosen Pembimbing : Ns. Gusti Jhoni Putra, M, Pd., M, Kep

Disusun Oleh

Ardianus Alfian

SRP30217067

PRODI NERS NON REGULER B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021
A. Definisi
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan inflamasi atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et
al., 2017).Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi. K & Huda. A.N, 2015)
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superpisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel
dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2015).Jadi kesimpulan
gastritis adalah penyakit peradangan yang terjadi pada lambung akibat dari peningkatan
asam lambung yang di sebabkan oleh beberapa hal yang dapat mengganggu atau kondisi
yang bisa memicu peningkatan asam lambung sehingga terjadi inflamasi yang berisifat
akut maupun kronis.
B. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus atau parasit lainnya
juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor gastritis akut adalah meminum alkohol
secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan
kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan
ibuprofen (Dewit dkk, 2016).
Menurut Mutaqqin dan Sari (2016) etiologi gastritis adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indometasin, Ibuprofen
dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-
fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani, Streptococci,
Staphyloccoci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan
secondary syphilis
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks ususlambung
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa
lambung
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respons peradangan pada mukosa lambung
C. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obatobatan
antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan
reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi
asam lambung sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual, muntah dan anoreksia.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCl
dengan mukosa gaster. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan
rangsangan persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah melalui serabut
parasimpatik vagus akan menjadi peningkatan transmitter asetilkolin, histamine, gastrin
releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi lambung. (Sukarmin, 2012) dalam
(Rukmana, 2018)
Peningkatan ion H⁺ (hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti
prostaglandin, HCO₃⁺, mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi
reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan tubuh untuk memproduksi kekebalan lapisan
mukosa, serta bikarbonat untuk menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan
aliran dalam lambung. Semua efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan 11
integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada mukosa
lambung.(Sukarmin, 2012) dalam (Rukmana, 2018)
D. Pathway
Helikobacter Pylori Zat-zat korosif Stress

infeksi mukosa lambung gangguan difus barier Stimulan Nervus vagus

Reflex enteric dinding lambung

Hormon gastrin

Peningkatan asam lambung stimulant sel parietal

Iritasi Mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hipermis Ansietas Nyeri Hipotalamus

Mukosa menipis Kurang informasi Aktivitas lambung meningkat

Fungsi kelenjar fundus hilang asam lambung meningkat


Kurang pengetahuan
Faktor intrinsik Kontraksi otot lambung

Anemia pernisiosa Masukan nutrient tidak adekuat Anoreksia

Penurunan volume darah Masukan cairan tidak adekuat


Perubahan nutrisi
Penurunan suplai O2 kurang dari kebutuhan
tubuh
Kekurangan volume
Kelemahan fisik
cairan

Intolenrasi aktivitas
E. Klasifikasi
Menurut Wahyu, A (2015) klasifikasi gastritis di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah penyakit lambung yang terjadi karena terdapat peradangan akut
pada dinding lambung, terutama pada lapisan lendir lambung dan pada umumnya
dibagian rongga lambung dekat pylorus (lubang antara lambung ke usus).
Jenis gastritis ini dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis sebagai berikut
a. Gastritis Eksogenus
Gastritis eksogenus adalah penyakit radang lambung yang pencetusnya berasal dari
luar tubuh penderita. Jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1) Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang dapat
menyebabkan terserang gastritis akut yaitu: staphylococcus. Gejala yang
dialami oleh penderita yaitu perasaan gelisah dan rasa terbakar, mual, muntah,
diare, dan panas.
2) Penyakit gastritis eksogenus dapat disebabkan oleh bahan yang bersifat racun
atau bahan yang bersifat sebagai pegikis jaringan.
b. Gastritis Endogenus
Gastritis endogenus adalah penyakit peradangan lambung yang pencetusnya
berasal atau terbentuk didalam lambung. Penyakit gastritis endogen ini dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Bakteri atau racun
2) Alergik gastritis
3) Peradangan akut yang bernanah, penderita mengalami peradangan akut akibat
bakteri pyogenik (streptococcus staphylococcus).
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu:
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan
erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan
sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa
lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik.
F. Tanda Dan Gejala
Menurut Hadi.H (2017) tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gastritis
adalah:
1. Tanda Gejala Gastritis Secara Umum adalah :
a. Perasaan mual dan muntah.
b. Nyeri perut (dapat bervariasi dari ringan sampai berat) Rasa sakit yang mungkin
merasa seperti nyeri terbakar diperut bagian atas
c. Merasa sakit atau berat di dada bagian bawah.
d. Nyeri meningkat pada perut kosong
e. Cegukan yang mengganggu dan berulang.
f. Kehilangan selera makan
g. Merasa kenyang meski baru makan sedikit
h. Berat badan menurun
i. Adanya gas yang berlebih atau perut terasa kembung
2. Tanda Gejala Gastritis Parah :
a. Darah di tinja atau feses berwarna hitam
b. Pendarahan reptum
c. Ketika muntah, warna yang terlihat seperti bubuk kopi
d. Lemah dan pucat.
e. Denyut nadi cepat, merasa pusing atau lelah
f. Pingsan
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah (Sjamsuhidajat, 2015)
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis
2. Ulkus peptikum,
3. Perforasi
4. Anemia karena gangguan absorbsi vitamain B12.
5. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
6. Keganasan lambung.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut LeMone, et al(2016) pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1. Urea breath test (tes napas urea), tes serologis, tes antigen feses untuk pemeriksaan
adanya infeksi h. pylori
2. Analisis lambung, untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat
3. Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk mengetahui
adanya anemia
4. Kadar vitamin B12 serum, diukur untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya
anemia pernisiosa. Kadar normal vitamin B12 adalah 200-1000 pg/ml
5. Endoscopi saluran cerna atas, untuk menginspeksi perubahan mukosa lambung
mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan untuk biopsy.
I. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada gastritismenurut Anggarini (2018) adalah :
1. Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat mengurangi gejala
yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan penyembuhan lapisan perut.
Pengobatan meliputi :
a. Antasida doen: yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium, untuk
mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak
lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan
penuh pada lambung
b. Sulcralfate: Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
c. Histamine (H2) blocker: seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka pendek tukak
lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan hiperekskresi patologis
d. Inhibitor pompa proton (PPI): seperti omeprazole untuk pengobatan jangka pendek
tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus, gastritis
e. Lanzoprazole: pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus.
2. Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
3. Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.
J. Penatalaksanaan Keperawata
Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2015) meliputi :
1. Tirah baring.
2. Mengurangi stress.
3. Diet : Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar - agar dan
sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis. biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak.

K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016)
adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa
nyaman : nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Rasa nyeri berkurang

b. Keadaan klien tampak rileks

c. Skala nyeri : 0

d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20
x/mnt,

S : 36-370 C)

Rencana tindakan :

a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri


Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan untuk memilih
intervensi.

b. Kompres hangat pada daerah nyeri

Rasional : meningkatkan relaksasi otot.

c. Observasi TTV

Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.

d. Berikan posisi yang nyaman

Rasional : menurunkan rasa nyeri.

e. Ajarkan teknik manajemen nyeri

Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi rasa nyeri

f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

2. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intake klien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Intake terpenuhi

b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, S : 36-370 C)

c. Turgor kulit elastis

Rencana tindakan :

a. Kaji turgor kulit

Rasional : indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.

b. Catat intake dan output cairan


Rasional : mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit.

c. Pertahankan intake oral dan tingkatkan sesuai toleransi.

Rasional : mengurangi terjadinya dehidrasi.

d. Hindari cairan yang bersifat asam yang dapat meningkatkan asam lambung

Rasional : makanan atau minuman yang dapat merangsang asam lambung dapat
mengakibatkan mual dan muntah.

e. Observasi TTV

Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.

f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic

Rasional : mengurangi mual dan muntah.


3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Makan habis 1 porsi
d. Berat badan bertambah secara bertahap
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.
b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung
Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan mual dan
muntah.
d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan
Rasional : menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.
e. Tanyakan pada klien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik
Rasional : menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.
Daftar Pustaka

Anggarini. 2018. Riwayat Makanan yang Meningkatkan Asam Lambung Sebagai Faktor
Resiko Gastritis. Jurnal Gizi Indon. Surabaya: Universitas Airlangga
Dermawan, T. R. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dewit, dkk. 2016. Medical Surgical Nursing : Concept and Practice. Philadelphia : Elsevier.
Hardi, K., & Huda Amin, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Sjamsuhidajat. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Khanza, N., N. Isnandari., dan O.P. Lestari. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien Gastritis
[skripsi]. Klaten (ID): STIKes Muhammadiyah Klaten. Diakses tanggal 19 februari 2021
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2015. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Rukmana, L.N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis Di Sman
1 Ngaglik. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Sukarmin. (2015). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wahyu, A. (2015). Maag dan gangguan pencernaan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id

Anda mungkin juga menyukai