DISUSUN OLEH :
Diah Arum Ningsih
SN201110
2. Etiologi
a. Mekanik
1) Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda dengan sisi
tajam atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk.
2) Benda tumpul
3) Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik Etiologi vulnus
1) Bahan kimia
Mekanik : benda tajam,
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
benda tumpul, Non mekanik:
tembakan/ledakan, gigitan
2) Trauma fisika
binatang bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
a) Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion
Cidera Jaringan
primer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan
2) Memar
h. Pendarahan tepi : pendarahan tidak dijumpai pada lokasi yang
bertekanan, tetapi pendarahan akan menepi sehingga bentuk
pendarahan akan menepi sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang yang berdekatan
Dilihat dari permukaan kulit tampak darah berwarna hitam kebiruan,
setelah sekitar dua hari terjadi perubahan pigmen darah menjadi warna
kuning (Kartikawati, 2011)
1) Vulnus eksoriasi
Hilangnya epitel dan lapisan dermis atau subkutan hal ini
menyebabkan luka tampak kuning, putih, merah muda atau
berdarah tergantung pada jaringan yang terekspos / rusak
(Kartikawati, 2011)
2) Vulnus laseratum
5. Klasifikasi
a. Berdasarkan derajat kontaminasi luka :
1) Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi,
yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut
berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan
orofaring, traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius.
Dengan demikian kondisi luka tersebut tetap dalam keadaan bersih.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
2) Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan
dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih
lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan
timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
3) Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi
spillage saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih.
Luka menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada
luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur
terbuka maupun luka penetrasi. Resiko infeksi luka 10% - 17%.
4) Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen.
Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat
terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan
trauma lama (Saman, 2011; Ismail, 2011).
b. Berdasarkan kedalaman dan luas luka ( Baroroh, 2011) :
1) Stadium I (luka superfisial / non blancing erythema)
Yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit
7. Komplikasi
a. Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah
dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan
yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah
c. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi pada saat trauma selama pebedahan
atau setelah pembedahan. Gejala berupa adanya purulent, peningkatan
drainage, nyeri, kemerahan,bengkak disekeliling luka,peningkatam
suhu, dan peningkatan leukosit
d. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah
oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada
tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin
harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan
tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan
tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
e. Shock
Shock hypovolemik terjadi karena kehilangan banyak darah
dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi
f. Kontraktur
g. Hipertropi jaringan parut
h. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang
paling serius.Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau
total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.
Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence
luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di
daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera
ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal
saline. Klien disiapkan segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
8. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang
tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada
tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko
infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan
adipose tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber
penyebab infeksi. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi. Sejumlah
kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan
luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada
orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen
dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
d. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada
luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu
untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
e. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental
yang disebut dengan nanah (“Pus”).
f. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.
Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
g. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan
peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat
hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
h. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan
efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk
menyatu.
i. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan
anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan
antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi
luka.
1) Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera.
2) Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan.
3) Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pengkajian Luka :
1) Letak anatomi luka
2) Berapa lama sudah terjadi
3) UKURAN : lebar, panjang dan dalam
4) Warna dan penampakan luka dan jaringan
sekitar
5) Tipe jaringan luka (granulasi, subcutan, otot,
escar, nanah)
6) Ada tidaknya eksudat
7) Teraba panas, dingi, keras, lembut, dan
observasi lainnya
8) Keluhan nyeri, gatal, tertarik
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. Darah rutin :
HB, AL, AT dan pemeriksaan elektrolit.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
4. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1) Lakukan Observasi :
dengan agen pencedera tindakan keperawatan a. Identifikasi skala nyeri
fisik dibuktikan dengan : selama 3 X 24 jam b. Identifikasi PQRST
1) Subjektif : Mengeluh maka tingkat nyeri nyeri.
nyeri menurun, dengan c. Identifikasi respon
2) Objektif : Tampak kriteria hasil : nyeri non verbal
meringis, bersikap 1)Keluhan nyeri 5 2) Lakukan Terapeutik
protektif. 2)Meringis 5 a. Berikan terapi non
Kondisi klinis : Kondisi 3)Sikap protektif 5 farmakologis untuk
pembedahan, cedera 4)Kesulitan tidur 5 mengurangi nyeri
traumatis, infeksi (aromaterapi, guide
imajery, relaksasi
nafas dalam, dll ).
b. Kontrol lingkungan
(beri suasana tenang)
c. Fasilitas istirahat tidur
3) Lakukan Edukasi
a. Edukasi tentang
manajemen nyeri
(strategi meredakan
nyeri).
b. Menganjurkan untuk
menggunakan
analgetik secara tepat.
4) Lakukan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik dengan dokter.
2. Resiko Syok : Setelah dilakukan 1) Lakukan Observasi :
Hypovolemik dibuktikan tindakan keperawatan a. Status cardiopulmonal
dengan Hipotensi, selama 1 X 24 jam (vital sign).
Kekurangan volume maka tingkat syok b. Status oksigenasi.
cairan. menurun, dengan c. Status cairan masuk dan
Kondisi klinis : kriteria hasil : keluar.
Perdarahan, Trauma 1) Tingkat kesadaran 5 d. Perdarahan di luka.
multiple 2) Kekuatan nadi 5 e. Tingkat kesadaran dan
3) Akral dingin 5 respon pupil.
4) Pucat 5 2) Lakukan Terapeutik
5) Tekanan darah a. Pertahankan jalan nafas
sistolik dan diastolic paten.
5 b. Berikan oksigenasi,
pertahankan saturasi
oksigen >94%
c. Hentikan perdarahan
dengan lakukan
penekanan atau
menutup luka
(heacting).
d. Berikan posisi syok
tenderlenberg.
e. Pasang Infus line
ukuran besar atau dua
jalur.
f. Pasang DC.
g. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit.
3) Lakukan Kolaborasi
a. Pemberian infus cairan
kritaloid 1 -2 L pada
dewasa.
b. Pemberian infus cairan
kristaloid 20ml/kgBB
pada anak
c. Pemberian transfusi
darah bila perlu.
3. Resiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan 1) Lakukan Observasi :
dengan Efek prosedur tindakan keperawatan Tanda dan gejala infeksi
invasif, penyakit kronis selama 3 X 24 jam lokal dan sistemik.
(Diabetes), Peningkatan maka tingkat infeksi 2) Lakukan Terapeutik
paparan organisme menurun, dengan a. Batasi jumlah
patogen lingkungan. kriteria hasil : pengunjung.
Kondisi klinis : tindakan 1) Demam 5 b. Lakukan perawatan
invasif, luka bakar, 2) Kemerahan 5 luka tehnik aceptik.
diabetes melitus 3) Nyeri 5 c. Cuci tangan sebelum
4) Bengkak 5 dan setelah kontak
5) Kadar sel darah pasien dan lingkungan
putih 5 pasien.
3) Lakukan Edukasi
a. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi..
b. Mengajarkan cara cuci
tangan yang benar.
c. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan
cairan.
d. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka.
4) Lakukan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai jenis
infeksi dan atau
imunisasi bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Dewi B. 2011. Konsep luka. Diakses dari : http://s1-
keperawatan.umm. ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf.
Black & Hawks.2005.Medical - Surgical Nursing, Clinical Management For
Positive Outcomes 7th Edition.Missouri : Elsevier Saunders
Ismail. 2011. Luka dan Perawatannya. Diakses dari :
http://blog.umy.ac.id/topik/ files/2011/12/Merawat-luka.pdf.
Kartikawati, Dewi. 2011. Dasar-dasar keperawatan gawat darurat. Jakarta :
Salemba Medika
Potter & Parry. Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik:
Jakarta: EGC
PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Saman. 2011. Konsep Luka dan Perawatan Luka, Diakses dari :
http://akpertolitoli. com/files/upload/rawat-luka.pdf