Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

Oleh :
1. Muhammad Habibullah 21089144048
2. Kadek Dwi Junia Puspita Sari 21089144049
3. Imsatin Masruroh 21089144050
4. I Ketut Purna Sentana 21089144051
5. Putu Nari Pradnyawati 21089144052
6. Fransisca Dessy Kurniawati 21089144053
7. Ni Kadek Surya Wati 21089144054
8. Endah Juni Wijayanti 21089144055
9. Rizqa Dwi Nurahmawati 21089144056
10. Sindy Chandra Rahmawati 21089144057
11. Wayan Sri Purwaningsih 21089144058

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
DAFTAR ISI

Daftar isi ...................................................................................................................i


I. PENDAHULUAN
A. Definisi...........................................................................................................1
B. Klasifikasi......................................................................................................1
C. Etiologi...........................................................................................................2
D. Manifestasi Klinis.........................................................................................3
E. Patofisiologi...................................................................................................4
F. Penatalaksanaan...........................................................................................4
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................5
H. WOC..............................................................................................................7

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung............................................8
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................10
D. Daftar Pustaka.............................................................................................. 19

i
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

I. Tinjauan Teori Kasus


A. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah
ditandai dengan batuk dan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi) berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi (Nurarif, 2013).
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek yang disertai dengan napas yang sesak
atau napas cepat. Penyakit ini banyak terjadi pada anak balita, namun juga dapat
terjadi pada orang dewasa, dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly, 2008). Menurut
Muchtar (2013), Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru – paru (alveoli),
umumnya penyakit pneumonia terjadi 2 atau 3 hari setelah infeksi saluran pernapasan
atas.
Pneumonia atau dikenal juga dengan sebutan radang paru-paru, merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang banyak
menyerang anak usia balita dan menjadi faktor penyebab kematian pada balita
(Ardinasari, 2016). Menurut Maryunani (2010), pneumonia adalah penyakit infeksi
yang menyerang paru – paru yang ditandai dengan batuk dan kesukaran bernapas.
Pneumonia lebih rentan terjadi pada bayi dan balita karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik (Manurun dalam Andriyani dan octa, 2017).
Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran pernapasan akut pada daerah
saluran pernapasan bagian bawah yang secara spesifik merupakan peradangan
parenkim paru yang lebih sering terjadi pada bayi dan awal masa kanak – kanak.
(Rianawati dan Sudijanto, 2014).

B. Klasifikasi
Menurut Pamungkas (2012), pada balita klasifikasi penyakit pneumonia
dibedakan untuk golongan umur <2 bulan dan umur 2 bulan sampai 5 tahun, yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk golongan umur <2 bulan, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

1
a) Pneumonia berat, ditandai dengan adanya napas cepat, yaitu frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, adanya tarikan kuat pada
dinding dada bagian bawah kedalam.
b) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan kuat pada
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
2. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a) Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu adanya daya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam waktu anak menarik napas (pada saat anak
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
b) Pneumonia, bila disertai napas cepat.
c) Bukan pneumonia, mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang
tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas (napas cepat) dan
tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam.

C. Etiologi
Penyebab Pneumonia menurut agen penyebab infeksinya adalah :
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Individu yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Pada
umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur
Hystoplasma Capsulatum, Crystococcus Neuroforman, Blastomyces
Dermatitisdes, Cocidosdies Immitis, Aspergilus Species, Candida Albicans.

2
5. Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffer.

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a) Batuk berdahak
b) Ingus (nasal discharge)
c) Suara napas lemah
d) Penggunaan otot bantu napas
e) Demam
f) Cyanosis (kebiru-biruan)
g) Foto thorax menujukkan infiltrasi melebar
h) Sakit kepala
i) Nyeri otot dan kekakuan pada sendi
j) Sesak napas
k) Menggigil
l) Berkeringat
m) Lelah
n) Terkadang kulit menjadi lembab
o) Mual dan muntah
2. Gejala
Biasanya gejala penyakit pneumonia diawali dengan infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Ditandai dengan suhu badan meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, tubuh menggigil, sesak napas, nyeri dibagian dada
dan batuk bedahak 33 kental dan berwarna kuning hingga kehijauan. Gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).

E. Patofisiologi
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam
jaringan paru-paru melalui saluran napas bagian atas menuju bronkhiolus dan

3
alveolus. Setelah bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokus dapat meluas dari alveoli dan seluruh segmen atau
lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli penuh dengan
cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi
melebar, paru menjadi tidak berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah
menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang
akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus sehingga
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan
gangguan proses difusi osmosis oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah
oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan
purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat
menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu
pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di
paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan
silia sehingga timbul reflek batuk.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung dkk (2009)
adalah:
1. Pemberian antibiotic seperti: penicillin, cephalosporin pneumonia
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Penyebab pneumonia bervariasi sehingga penangannya pun akan disesuaikan dengan
penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat
keparahan gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)
1. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dengan pemberian antibiotik yang tepat,
pengobatan harus komplit sampai benar-benar tidak lagi muncul gejala pada

4
penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya
bakteri pneumonia. (Shaleh, 2013).
a. Untuk bakteri Streptococcus Pneumonia dengan pemberian vaksin dan
antibiotik. Ada dua vaksin yaitu pneucoccal conjugate vaccine yaitu vaksin
imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal
polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa. Antibiotik
yang digunakan dalam perawatan pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin,
dan clavulanic acid, serta macrolide antiotics. (Shaleh, 2013).
b. Untuk bakteri Hemophilus Influenzae. Antibiotik cephalosporius kedua dan
ketiga, amoxicillin dan clavulanic acid, fluoroquinolenes, maxifloxacin oral,
gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).
c. Untuk bakteri Mycoplasma dengan antibiotik macrolides, antibiotik ini
diresepkan untuk mycoplasma pneumonia. (Shaleh, 2013).
2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus pengobatannya sama dengan pengobatan
pada penderita flu yaitu banyak istirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk
membantu daya tahan tubuh sebab bagaimanapun juga virus akan dikalahkan jika
daya tahan tubuh yang sangat baik. (Shaleh, 2013)
3. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur. Cara pengobatannya akan sama dengan
cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal yang penting adalah pemberian obat
anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia. (Shaleh, 2013).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah:
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (misal: lobar, bronkial), luas abses atau infiltrat,
empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrat.
2. GDA
Jika ada penyakit paru biasanya GDA tidak normal tergantung pada luas paru yang
sakit.
3. DL Leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus dan kondisi imun.
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas meningkat.

5
6
H. WOC

PNEUMONIA Intoleransi Aktivitas

Bakteri, jamur, dan virus Suplai O2

Terhirup
Compliance paru

Masuk ke alveoli

Proses peradangan Pola Nafas Tidak


Efektif

Suhu tubuh Infeksi Cairan Eksudat masuk


kedalam alveoli Difusi

Gangguan
Hipertermia Berkeringat, nafsu makan & Kerja sel goblet Sputum Pertukaran Gas
minum Produksi sputum Tertelan ke
lambung
Cairan menekan
syaraf frenikus
Resiko Hipovolemia
Konsolidasi cairan sputum Konsolidasi cairan
di jalan nafas sputum di lambung

Nyeri Akut
Bersihan Jalan Nafas Tidak Asam lambung Mual & Defisit
Efektif muntahh
Nutrisi

Bagan 1.1 WOC Pneumonia


(Sumber: (Suriadi dan rita Y, 2006) dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017))

7
II. Tinjauan Askep (teori):
A. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan meliputi:
a) Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor registrasi, serta diagnose medis (Muttaqin, 2008).
b) Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal
tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam keluhan utama
pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih,
sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak
efektif adalah batuk tidak efektif, mengi, wheezing, atau ronkhi kering,
sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah sistem pernapasan.
Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan sakit apa,
apakah pernah mengalamisakit yang berat, pengobatan yang pernah
dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2008).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan seperti
menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien
meminta pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan bersihan jalan napas
tidak efektifdirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut
terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien dengan
sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang
(Muttaqin, 2008).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak

8
napas, batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi
terdahulu (Muttaqin, 2008).
2. Pemeriksaan fisik menurut Nurarif (2015), antara lain :
a) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
b) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
c) Tanda-tand vital:
1) TD: biasanya normal
2) Nadi: takikardi
3) RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
4) Suhu: hipertermi
d) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
e) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
f) Paru:
1) Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan
otot bantu napas
2) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
3) Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
4) Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
g) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
h) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
3. Tes diagnostic
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
orang dengan masalah pneumonia adalah:
a) Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses.
b) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
c) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
d) Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e) Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
f) Spirometrik statik: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

9
g) Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan WOC (Suriadi dan rita Y,
2006) dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
D.0001
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler D.0003
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
D.0019
6. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056
8. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan D.0001
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
meningkat L.01001
Kriteria hasil :
a) Batuk efektif meningkat
b) Produksi sputum menurun
c) Menge menurun
d) Wheezing menurun
e) Dsipnea menurun
f) Sianosis menurun
g) Frekuensi napas membaik
h) Pola napas membaik

10
Intervensi keperawatan
a) Observasi
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
b) Terapiutik
1) Atur posisi semi-fowler atau fowler
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3) Buang sekret pada tempat sputum
c) Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan)
selam 8 detik
3) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus


kapiler D.0003
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
meningkat L.0003
Kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi nafas tambahan menurun
c) Pusing menurun
d) Penglihatan kabur menurun
e) Nafas cuping hidung menurun
f) PCO2 dan PO2 membaik
g) Takikardi membaik
h) Sianosis membaik
i) Pola nafas membaik

11
Intervensi keperawatan
Pemantauan respirasi 1.01014
a) Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2) Monitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi nafas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks
b) Tarapiutik
1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan pola nafas
membaik L.010004
Kriteria hasil : L.010004
a) Kapasitas vital meningkat
b) Tekanan ekspirasi meningkat
c) Tekanan inspirasi meningkat
d) Dispnea menurun
e) Penggunaan otot bantu nafas menurun
f) Pernafasan cuping hidung menurun
g) Frekuensi nafas membaik
h) Kedalaman nafas membaik
i) Ekskursi dada membaik

12
Intervensi keperawatan :
Manajemen jalan napas 1.01011
a) Observasi
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing,
ronki)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b) Terapiutik
1) Posisikan semi-fowler atau fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5) Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
2) Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun L.08066
Kriteria hasil : L.08066
a) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b) Keluhan nyeri menurun
c) Meringis menurun
d) Sikap protektif menurun
e) Kesulitan tidur menurun
f) Frekuensi nadi membaik
g) Pola napas membaik
h) Tekanan darah membaik
i) Nafsu makan membaik
j) Pola tidur membaik

13
Intervensi keperawatan
Manajemen nyeri 1.08238
a) Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi sekala nyeri.
3) Identifikasi respon nyeri non verbal.
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
8) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
b) Terapiutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri.
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


D.0019
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi
membaik L.03030
Kriteria hasil : L.03030
a) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

14
b) Perasaan cepat kenyang menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Membran mukosa membaik
Intervensi keperawatan :
Manajemen nutrisi 1.03119
a) Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapiutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah .kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

6. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130


Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi
membaik L.14134

15
Kriteria hasil : L.14134
a) Menggigil menurun
b) kulit merah menurun
c) suhu tubuh membaik
d) tekanan darah membaik
Intervensi keperawatan
Manajemen hipertermia 1.15506
a) Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapiutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6) Lakukan pendinginan eksternal (missal kompres dingin pada dahi, dada,
abdomen, dan aksila)
7) Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen D.0056
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat L.05047
Kriteria hasil : L.05047

16
a) Saturasi oksigen meningkat
b) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c) Keluhan lelah menurun
d) Dispnea saat aktivitas menurun
e) Dispnea setelah aktivitas menurun
f) Sianosis menurun
g) Tekanan darah membaik
h) Frekuensi nafas membaik
Intervensi keperawatan
Manajemen energi 1.05178
a) Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
b) Terapiutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat .berpindah atau
berjalan
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidan
berkurang
4) Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

8. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan
membaik L.03028

17
Kriteria hasil : L.03028
a) Tugor kulit meningkat
b) Dispnea menurun
c) Frekuensi nadi membaik
d) Tekanan darah membaik
e) Tekanan nadi membaik
f) Membrane mukosa membaik
g) Suhu tubuh membaik
Intervensi keperawatan
Manajemen hipovolemia 1.03116
a) Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tugor kulit menurun, membrane mukosa kering, dan
lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
b) Terapiutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

18
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi 1. Jogjakarta : Mediaction
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Misnadiarly. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Pencegahan Pneumonia Pada Balita. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat, 1(4), 1–10.
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung seto.

19

Anda mungkin juga menyukai