Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG PEMASANGAN INFUS PADA Ny. A


DI RUANG AN-NISA RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PADANG

OLEH :
INDAH MAYANG SARI
(2114901018)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


PROFESI NERS
2021
I. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Tempat/tanggal lahir : 05-07-1997
Jenis kelamin : Perempuan
Status kawin : sudah menikah
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tunggul Hitam
II. Identitas Keluarga Klien
Nama : Tn.T
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tunggul Hitam

III. Alasan Masuk


Pada tanggal 12 Oktober 2021 jam 09:10 WIB pasien di bawa ke IGD RSI
ibnusina padang dengan keluhan nyeri pada ari-ari menjalar ke punggung dikarenakan
tanda-tanda akan melahirkan.

IV. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 16:30 WIB pasien dilakukan sc, setelah post
operasi terdapat luka post operasi sc dibagian perut, klien mengatakan nyeri pada luka
post operasi dengan skala nyeri 3, klien mengatakan nyeri timbul seperti
berenyut/ditusuk-tusuk.

V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post op)
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas

VI. Intervensi
1. nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post op)
a. lakukan pengkajian nyeri seperti komprehensif
b. berikan analgetik
VII. Implementasi
a. skin tes antibiotik ceffriaxone
b. memberikan analgetik

- Ceftriaxon 2x1 grpul


- IVFD RL 8 jam-1 kolf
- Injeksi dexa 2x2 ampul

VIII. EVALUASI
P : pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
Q : nyeri mengatakan rasa nyeri timbul seperti berdenyut/ditusuk-tusuk
R : pasien mengatakan nyeri menjalar hingga punggung dan paha
S : skala nyeri 3
T : klien mengatakan rasa nyeri muncul saat bergerak kadang datang secara tiba-tiba
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN INFUS

1. Definisi Pemasangan Infus

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering

dilakukan sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk

memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk

mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa

darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah transfusi

darah. (Ariningrum, 2017)

Menghitung cairan tetesan Infus


Untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) cairan infus yang akan
diberikan pada pasien, terlebih dahulu kita mengetahui jumlah cairan yang akan
diberikan, lama pemberian, dan faktor tetes tiap infus (berbeda tiap merk, contoh
merk otsuka sebanyak 15 tetes/menit, sementara merk terumo sebanyak 20
tetes/menit).

Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes


Lama Pemberian x 60 menit
Contoh :
Pasien A bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2
jam. Diketahui faktor tetes infusan adalah 15 tetes / menit. Jumlah tetesan per
menit (TPM) adalah.
TPM = 250 x 15 / (2 x 60)
= 31.25 tetes
= 32 tetes permenit
2. Anatomi dan fisiologi

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:

a. Sterilitas
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi lokal
pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah
mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian

desinfektan (golongan iodium, alkohol 70%).

2) Cairan, jarum dan infus set harus steril.

3) Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan

antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas

di tangan.

4) Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan

tempat juga mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang

dewasa biasanya
vena yang dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-
anak dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.

Gambar 1. Memlilih Lokasi Pemasangan Infus

b. Fiksasi
Fikssi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut. Apabila
kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian dalam sehingga
terjadi hematom atau trombosis.
c. Pemilihan cairan infus
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.

d. Kecepatan tetesan cairan


Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar ditinggikan atau
menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh. Kantung infus memasangkan ± 90 cm
di atas permukaan tubuh, agar gaya gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat
sehingga cairan masuk ke dalam pembuluh darah. Kecepata
tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu sama dan perlu dibaca
petunjuknya.
e. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat atau

terlepas sambungannya.

f. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada penggunaan

kateter intravena berukuran kecil karena lebih mudah tersumbat.

g. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau

mengalami spasme.

h. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang.

(Soetijono, 2014)

3. Indikasi tindakan yang dilakukan


a. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang

memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.

b. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti

furosemid, digoxin)

c. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui

intravena (Hidayati, 2014)

d. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

e. Pasien yang mendapatkan transfusi darah

f. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk

persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).


g. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko

dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum

pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

h. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika

dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan

intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida

yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat

diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam

darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

i. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat

menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini,

perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus),

sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular

(disuntikkan di otot).

j. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke

pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

k. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan

melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan

cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang

mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes

mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui

infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki

bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam

darah untuk membunuh bakteri. (Soetijono, 2014)


4. Kontraindikasi tindakan yang dilakukan

a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan

hemodialisis (cuci darah).

c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran

darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki). (Gleadle,2015)

5. Tujuan tindakan keperawatan yang diambil

Tujuan dari tindakan ini adalah :

a. Sebagai pengobatan
b. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
c. Memberi zat makanan pada klien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
melalui mulut. (Ariningrum,2017)
DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum, D. ; dkk. (2017). Buku Pedoman Keterampilan Klinis. Surakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gleadle, J. (2015). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Hidayati, R. ; dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Jurnal Tindakan Keperawatan Pemasangan Infus Di Ruang Flamboyan RSUD Dr R Soetijono
Blora. (2014)

Anda mungkin juga menyukai