OLEH :
INDAH MAYANG SARI
(2114901018)
( ) ( )
V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post op)
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
VI. Intervensi
1. nyeri akut b.d agen cidera fisik (luka post op)
a. lakukan pengkajian nyeri seperti komprehensif
b. berikan analgetik
VII. Implementasi
a. skin tes antibiotik ceffriaxone
b. memberikan analgetik
VIII. EVALUASI
P : pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
Q : nyeri mengatakan rasa nyeri timbul seperti berdenyut/ditusuk-tusuk
R : pasien mengatakan nyeri menjalar hingga punggung dan paha
S : skala nyeri 3
T : klien mengatakan rasa nyeri muncul saat bergerak kadang datang secara tiba-tiba
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN INFUS
Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering
memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk
mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa
darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah transfusi
a. Sterilitas
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi lokal
pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah
mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian
antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas
di tangan.
dewasa biasanya
vena yang dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-
anak dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala.
b. Fiksasi
Fikssi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut. Apabila
kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian dalam sehingga
terjadi hematom atau trombosis.
c. Pemilihan cairan infus
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.
terlepas sambungannya.
g. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau
mengalami spasme.
h. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang.
(Soetijono, 2014)
furosemid, digoxin)
c. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan
yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam
i. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini,
sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
k. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang
mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
a. Sebagai pengobatan
b. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
c. Memberi zat makanan pada klien yang tidak dapat atau tidak boleh makan
melalui mulut. (Ariningrum,2017)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, R. ; dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Jurnal Tindakan Keperawatan Pemasangan Infus Di Ruang Flamboyan RSUD Dr R Soetijono
Blora. (2014)