OLEH :
RIVA AKVA WAHYUNI
(2114901037)
( ) ( )
B. Diagnosa keperawatan
1. dengan Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
Intervensi :
a. lakukan pengkajian nyeri seperti komprehensif
b. berikan analgetik
Implementasi
a. skin tes antibiotik ceftriaxon
b. memberikan anlgetik :
RL = DS (3:1) 30 tetesan
Evaluasi
P: Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
Q: pasein mengatakan rasa nyeri timbul seperti ditusuk-tusuk
R: pasien mengatakan rasa nyeri hanya pada daerah luka post operasi saja
S: skala nyeri 3
T: klien mengatakan rasa nyeri muncul saat bergerak dan kadang datang secara
tiba-tiba.
LAPORAN PENDAHULUAN
Jenis kateter ini hampir sama dengan intermittent catheter yang ditujukan untuk
pemakaian sementara waktu. Hanya saja, kateter jenis ini dilengkapi dengan balon kecil
yang berfungsi mencegah kateter bergeser dan keluar dari tubuh. Balon tersebut akan
dikempiskan dan dikeluarkan ketika kateter sudah selesai digunakan. Kateter jenis ini
dipasang dengan dua cara. Pertama, dipasang melalui uretra. Air seni akan keluar melalui
kateter dari kandung kemih dan ditampung di kantong penampung urine. Cara kedua,
kateter dimasukkan melalui lubang kecil yang dibuat di perut. Cara kedua ini hanya dapat
dilakukan di rumah sakit dengan prosedur sterilisasi yang tepat.
3. Condom Catheter
Kateter jenis ini harus diganti tiap hari. Bentuknya menyerupai kondom yang
dipasang pada bagian luar penis. Fungsinya sama dengan kateter pada umumnya yaitu
mengalirkan air seni ke kantong drainase.Kateter jenis ini biasa digunakan pada pria yang
tidak memiliki gangguan di saluran kemih, namun memiliki gangguan mental atau psikis,
seperti demensia (pikun). Kateter umumnya aman untuk digunakan. Meski begitu, ada hal
yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan kateter, yaitu kebersihannya.
Kebersihan kateter harus selalu dijaga untuk mencegah terjadinya infeksi, terutama jenis
indwelling urinary catheter yang sering dikaitkan dengan penyakit infeksi saluran kemih.
F. Alat dan Bahan Pemasangan kateter
1. Handshoen steril
2. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
3. Urobag
4. Doek lubang steril
5. Jelly
6. Larutan antiseptic + kassa steril
7. Perlak dan pengalas
8. Bengkok
9. Spuit10 cc
10. aquades
11. Urinal bag
12. Plester / hypavik
13. Gunting
G. Prosedur Pemasangan Kateter Urine secara Umum
1. Tahap Pra Interaksi
Mencuci tangan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam dan menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
Cuci tangan
Berikan salam dan memperkenalkan diri
Identifikasi pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tanyakan persetujuan dan kesediaan pasien sebelum kegiatan dilakukan dan
menandatangani inform consent
Jaga privacy pasien
Alat-alat didekatkan ke pasien
Pasang perlak dan pengalas dibawah bokong pasien
Cuci tangan
Baca bismillah
Lakukan vulva hygiene (lihat SPO vulva hygiene)
Passang handscoon steril
Pasang duk lobang
Beri pelumas pada ujung kateter 2,5 – 5 cm
Masukkan kateter 5-7,5 cm bisa sampai urin keluar yang ditampung dengan bengkok,
sambungkan kateter dengan urin bag
Isi balon dengan aquades sesuai ukuran
Fixsasi kateter dipertengahan paha dan buat tanggal pemasangan
Angkat perlak dan buka handscoon
Baca hamdalah
Rapikan pasien dan alat-alat
Cuci tangan
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
Merapikan pasien dan lingkungan
Berpamitan dengan klien
Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
I. Antisipasi Komplikasi
Apabila terjadi komplikasi pada pasien pasca pemasangan kateter, dapat dilakukan
antisipasi dengan beberapa hal berikut:
a. Obstruksi
Material yang dapat menyumbat kateter biasanya mengandung bakteri,
glikokaliks, protein hingga endapan kristal. Pasien yang mengalami obstruksi, akan
mengekskresikan kalsium, protein dan musin dalam jumlah yang lebih banyak. Irigasi
dapat mencegah terjadinya obstruksi berulang. Apabila tetap terjadi obstruksi meski
irigasi dilakukan, kateter yang mengalami obstruksi harus diganti dengan yang baru.
b. Kebocoran Urin
Spasme kandung kemih, adalah penyebab yang sering kali menimbulkan
kebocoran. Hal ini disebabkan karena tekanan yang dihasilkan oleh spasme kandung
kemih akan mengurangi kapasitas irigasi melalui kateter, sehingga menimbulkan
kebocoran. Kebocoran yang disebabkan oleh spasme tidak boleh diatasi dengan
menggunakan kateter dengan diameter yang lebih besar. Pemberian antispasmodik
dapat secara efektif mengatasi spasme yang terjadi sehingga mengembalikan fungsi
otot detrusor yang terganggu
c. Kolonisasi dan Infeksi
Kateterisasi jangka panjang, dapat menimbulkan kolonisasi bakteri dalam
jangka waktu 6 minggu pemasangan. Kejadian bakteriuria tidak memerlukan
pemberian antibiotik karena profilaksis antibiotik justru dapat meningkatkan risiko
terjadinya resistensi. Terapi antibiotik sebaiknya hanya diberikan pada pasien yang
menunjukan gejala infeksi saluran kemih. Lama pemberian terapi antibiotik dilakukan
paling sedikit 10 hari pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mobalen, Tansar, & Maryen. (2019). Perbedaan Pemasangan Kateter dengan menggunakan
jelly yang dimasukkan uretra dengan jelly yang dioleskan di kateter terhadap tingkat
nyeri pasien di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong, Nuesing Arts.
https://doi.org/10.36741/jna.v13i2.90