Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR CAECUM

Disusun Oleh :
Chealsea Iza Safitri, S.Kep
NIM : 2114901006

Preceptor Akademik Preceptor Akedemik

(Ns. Revi Neini Ikbal, S. Kep, M. Kep) (Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep)
Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB) ()

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Keperawatan
Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Alifah Padang degan judul “Laporan Pendahuluan Tumor Caecum”.

Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat
selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Ibu Ns. Revi Neini Ikbal, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen
keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang
2. Ibu Ns. Hidayatul Rahmi, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen
keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang
3. Bapak Ns. Willady Rasyid, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. MB selaku Preceptor Akademik
dan dosen keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang
4. Ibu Ns. Selaku pembimbing Klinik di Ruangan Bedah RSUP Dr M Djamil Padang

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.

Padang, 10 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi......................................................................................................5
2. Anatomi dan Fisiologi...............................................................................7
3. Etiologi......................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik...................................................................................13
5. Klasifikasi...............................................................................................15
6. Patofisiologi............................................................................................16
7. Patway.....................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................19
9. Penatalaksanaan......................................................................................20
10. Asuhan Keperawatan Teoritis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................24
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................40
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................................70
2. Saran.......................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
di dunia maupun di Indonesia. Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai
penyebab kematian semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan sekitar 7,6 juta (atau 13%
dari penyebab kematian) orang meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena
penyakit kanker. Jika kanker tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan
menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Data tersebut
semakin mengkhawatirkan, karena kejadian kanker akan terjadi lebih cepat di negara
miskin dan berkembang (WHO, 2018).
Di Amerika Serikat, karsinoma kolorektal merupakan penyebab ketiga dari semua
kematian akibat kanker, baik pada pria maupun wanita (Haggar, 2019). Dengan perkiraan
134.000 kasus baru per tahun dan sekitar 55.000 kematian, penyakit ini merupakan
penyebab hampir 15% kematian disebabkan kanker di Amerika Serikat (Robbins, 2017).
Di Asia, karsinoma kolorektal juga merupakan masalah yang penting (Yee, 2019).
Insiden di Jepang yang dahulu rendah, sekarang meningkat hingga level pertengahan
seperti di Inggris (Robbins, 2017).
Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pada tahun
2018 karsinoma kolorektal merupakan jenis kanker ketiga terbanyak dengan jumlah
kasus 1,8/100.000 penduduk dan hingga saat ini karsinoma kolorektal tetap termasuk
dalam 10 besar kanker yang sering terjadi. Observasi dari bagian patologi Anatomi
RSCM, Jakarta menunjukkan bahwa pada tahun 1986-1990, penderita kanker kolorektal
berjumlah 275 orang, dan terus meningkat menjadi 368 orang pada tahun 1991-1995,
sementara data pada tahun 1999-2003 bahkan angkanya mencapai 584 orang. Ini
membuktikan terjadi peningkatan kejadian karsinoma kolorektal di Indonesia. Sekitar 9,5
persen laki – laki penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita
angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah penderita kanker. Ada lebih dari 940.000
kasus kanker kolorektal baru setiap tahun (Jemal et al., 2018). Insiden kanker kolorektal
di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angkah kematiannya. Meskipun belum ada data
yang pasti, tetapi berbagai laporan di Indonesia menunjukkan kenaikan jumlah kasus.
Data dari Depkes didapatkan angka 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes,2018).
Kasus Kanker usus di RSUD Prof Dr. W.Z Yohanes kupang sendiri khususnya di ruang
Asoka, data untuk kanker usus pada tahun 2018 terdapat 18 kasus kanker usus yang
ditemukan. dan pada Tahun 2019 sampai bulan Juni sudah ditemukan 7 kasus kanker
usus. Menurut Syamsuhidajat, terdapat berbagai faktor yang berkaitan dengan
peningkatan resiko kanker jenis ini, yaitu faktor umur, riwayat polip kolon, riwayat
penyakit inflammatory bowel disease, riwayat keluarga, diabetes tipe 2, asupan makan
(kebiasaan makan), kurang aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol.
Faktor asupan makan (kebiasaan makan) yang saat ini paling banyak mendapat perhatian
adalah rendahnya kandungan serat sayuran yang tidak dapat diserap dan tingginya
kandungan lemak dari daging (Robbins, 2017)
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik dalam membuat laporan
pendahuluan dengan juudul “Laporan Pendahuluan Tumor Caecum”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi dan menerapkan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Dengan Tumor Caecum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai pengertian Tumor Caecum
b. Mampu menjelaskan mengenai anatomi Tumor Caecum.
c. Mampu menjelaskan mengenai etiologi Tumor Caecum.
d. Mampu menjeaslakan mengenai manfestasi Tumor Caecum.
e. Mampu menjelaskan mengenai patofisiologi Tumor Caecum.
f. Mampu menjelaskan mengenai komplikasi Tumor Caecum.
g. Mampu menjelaskan mengenai penatalaksanaan Tumor Caecum.
h. Mampu menjelaskan dan memhami konsep asuhan keperawatn Hernia.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tumor Caecum

1. Pengertian

Tumor Caecum atau dikenal juga dengan tumor kolorektal merupakan suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon
(Haryono, 2010). Tumor Caecum ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan
rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut
traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum
dibagian distal sekitar 5- 7 cm diatas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran
pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi
bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna (Penzzoli dkk, 2017).

Tumor Caecum merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan ephitelial
dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma (Wijaya dan Putri, 2018).

2. Anatomi Fisiologi

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon
sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering
disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".

3. Etiologi

Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian Tumor Caecum menurut


(Soebachman, 2017) yaitu :

a) Usia
Risiko terkena Tumor Caecum meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus
terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang sekali ada penderita Tumor Caecum
yang usianya dibawah 50. Kalaupun ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada
yang terkena Tumor Caecum juga.
b) Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika polip ini langsung
dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan tersebut akan bisa mengurangi
risiko terjadinya Tumor Caecum di kemudian hari.
c) Riwayat Tumor Caecum
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap Tumor Caecum ( bahkan pernah dirawat
untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena Tumor Caecum lagi dikemudian hari.
Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium ( indung telur), kanker uterus, dan kanker
payudara juga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena Tumor Caecum
d) Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya Tumor Caecum dalam keluarga, khususnya pada keluarga dekat. Orang
yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial Adenomatous Polyposis ) atau
polip adenomatosa familial memiliki risiko 100% untuk terkena Tumor Caecum sebelum
usia 40 tahun bila FPA-nya tidak diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC (
Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker kolorektal
nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
e) Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.
f) Kebiasaan merokok.
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena Tumor Caecum dibandingkan
dengan yang bukan perokok.
g) Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan sebaliknya sedikit
makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan risiko terjadinya Tumor Caecum.
Mengapa? Sebab daging merah ( sapi dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika
sering mengonsumsi daging merah berarti akan kelebihan zat besi.
h) Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, apalagi jika
pewarnanya adalah pewarna non makanan.
i) Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung bahan pengawet.
j) Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki risiko lebih
rendah untuk terkena Tumor Caecum
k) Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
l) Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil dalam terjadinya
kanker kolon.
m) Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
n) Keniasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol
menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko terkena Tumor Caecum
o) Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaran umum.

4. Patofisiologi

Tumor Caecum atau tumor kolorektal (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus


dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ
baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan jauh lebih
jelek telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe (Japaries, 2018). Menurut Diyono (2017),
tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut :

a) Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
b) Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
c) Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
d) Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.

Tumor Caecum merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh secara lokal dan
bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa cara. Penyebaran secara lokal
biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel
kanker tersebut akanmengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi
didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui
sistem sirkulasi, maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase
ke orgab paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker
pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2017).

Hampir semua Tumor Caecum ini berkembang dari polip adenoma jenis villous, tubular,
dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang
diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai,
sedangkan jenis villous berstuktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua
jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan
dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang
akhirnya akan menjadi perdarahan kolon.

Selain perdarahan, maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi
tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas
(ascendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi ( feses masih
mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah
bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut
tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang sempit (descendens atau bagian bawah), maka
obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun
kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2017).
Secara genetik, Tumor Caecum merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetik
sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma) untuk adenokarsinoma
invasif. Rangkain peristiwa molekuler dan genetik yang menyebabkan transformsi dari
keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen)
yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa poliposis (FAP=
familial adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi
pnkogen c-myc dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas
(Muttaqin, 2016).
WOC
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama
pasien pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor
yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga
lanjut sekali sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dari
feses masih encer. Gejala klinis sering brupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan
symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan).
Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan komplikasi
karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Tumor pada rektum
atau sigmoid bersifat lebih infiltratif pada waktu diagnosis dari leksi proksimal, maka
prognosisnya lebih jelek (Kumar dkk, 2010). Menurut Japaries (2013) Kanker usus besar dibagi
menajadi dua stadium yaitu :
a) Stadium dini
1) Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi : sering buang air besar, diare
atau obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, anus turun
tegang, sering terdapat nyeri samar abdomen. Pasien lansia bereaksi tumpul dan
lamban, tidak peka nyeri, kadang kala setelah terjadi perforasi tumor, peritonitis baru
merasakan nyeri dan berobat.
2) Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar atau merah
gelap, biasanya tidak banyak, intermitan. Jika posisi tumor agak tinggi, darah dan
feses becampur menjadikan feses mirip selai. Kadang kala keluar lendir berdarah
3) Ileus : ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri sering
ditemukan . kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplstik menginvasi kesekitar dinding
usus membuat lumen usus menyempit hingga ileus, sering berupa ileus mekanik
nontotal kronis, mula-mula timbul perut kembung, rasa tak enak perut intermiten,
borborigmi, obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti pensil atau tahi kambing)
bahkan tak dapat buang angin atau feses. Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan
karsinoma kolon tipe infiltratif.
Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena tumor pada pasien lansia, maka pada
lansia dengan intususepsi harus memikirkan kemungkinan karsinoma kolon. Pada
ileus akut maupun kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat muntah,
mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi tumor.
4) Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen
dapat diraba adanya massa, sering ditemukan pada koon belahan kanan. Pasien lansia
umumnya mengurus, dinding abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada
awalnya massa bersifat mobil, setelah menginvasi sekitar menjadi infeksi.
5) Anemia, pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain. Karena
pertumbuhan tumor menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis jangka panjang
menyebabkan anemia; infeksi sekunder tumor menyebabkan demam dan gejala
toksik.
b) Stadium lanjut
Selain gejala lokal tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumo adalah
penyakit sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar timbul grjala stadium lanjut
yang sesuai. Misal, invasi luas tumor dalam kavum pelvis menimbulkan nyeri daerah
lumbosakra, iskialgia dan neuralgia obturatoria; ke anterior menginvasi mukosa vagina
dan vesika urinaria menimbulkan perdarhan pervaginam atau hematuria, bila parah dapat
timbul fistel rektovaginal, fistel rektovesikel; obstruksi ureter bilateral menimbulkan
anuria, uremia; tekanan pada retra menimbulkan retensi urin; asites, hambatan saluran
limfatik atau tekanan pada vena iliaka menimbulkan udem tungkai, skrotal, labial;
perforasi menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen; metastasis ke paru menimbulkan
batuk, nafas memburu, hemoptisis; metastasis ke otak menyebabkan koma; metastasis
tulang menimbulkan nyeri tulang, pincang dll. Akhirnya dapat timbul kakeksia,
kegagalan sistemk (Japaries, 2018).
7. Penatalaksanaan
Menurut Casciato (2014) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi Tumor Caecum yaitu:
a) Biopsi
b) Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukanya biopsi maka sikat sitologi
akan sangat berguna (Casciato, 2014).
c) Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening
CEA adalah sebuah glikopretein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk
ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor
status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar.
CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker
kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan
beberapa parameter. Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2,
stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun
konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru
dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan (Casciato,
2014).
Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini sering
diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum opersai sangat
berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan
meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi
awal dari dari metastase karena sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan
naiknya nilai CEA (Casciato, 2014).
d) Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,posterior, dan anterior, serta
spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis
intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi
anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui
bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination
merupakan cara yang tidak dapat begitu saja diabaikan (Schwartz, 2015).
e) Barium Enema
Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras varium
enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1
cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara
yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat
mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada
pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi
dengan menggunakan barium eneme sangat rendah, yaitu sebesar 0,02% jika terdapat
kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan dari pada barium
enema. Barium peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat
mengakibatkan berbagai infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras
larut air tidak dapat menunjukan detail yang penting untuk menunjukam lesi kecil pada
mukosa kolon (Schwartz, 2015).
f) Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari
pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip
premaligna (Casciato, 2014).
g) Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon
dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm.
Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukan polip dengan
ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar sebesar
94%, lebih baik dari pada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%
(Depkes, 2018).
Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari struktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman
dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul
kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk
mendiagnosis dan manajemen dari Inflamatory Bowel Disease, non akut divertikulitis,
sigmoid volvulus, gastrointestinal bleedin, megakolon non toksik, struktur kolon dan
neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik
kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik,
sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik
(Schwartz, 2015).
8. Penatalaksanaan Umum
a) Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penangan kuratif untuk Tumor Caecum. Pembedahan kuratif untuk kaker kolorektal.
Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional
lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi
diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor (Casciato,
2014). Menurut Haryono (2012), pembedahan merupakan tindakan primer pada kira-kira
75% pasien dengan Tumor Caecum.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu
sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolosotomi laparoskopik dengan polipektomi,
suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalan membuat keputusan
dikolon massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan
lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk
mengatasi Tumor Caecum D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative.
Apabila tumor telah menyebar dan mencangkup struktur vital sekitarnya, maka operasi
tidak dapat dilakukan.
b) Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi,
yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan
tergantung pada tipe dan stadium dari kanker (Henry Ford, 2006).
c) Kemotherapi
Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia
untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif
kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,
merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa
macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-
sel kanker. Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.
Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan
yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat
yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak
terkendali dan cepat adalah ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu
bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum
tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel
biasa dan menyebabkan efek samping.
Tujuan pemberian kemoterapi : Pengobatan, Mengurangi massa tumor selain
pembedahan atau radiasi, Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas
hidup, Mengurangi komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara
Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum
(tablet/kapsul).
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain: Lemas, Mual dan Muntah,
Gangguan Pencernaan, Sariawan, Efek Pada Darah, Otot dan Saraf, Kulit dapat menjadi
kering dan berubah warna, dan Produksi Hormon.Dalam beberapa penelitian kemoterapi
mampu menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita
kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian
atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia
hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi: nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke, lamanya
perkawinan dan alamat.
- Riwayat kesehatan sekarang
Mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen
atau rektal dan karakteristiknya (lokasi, fekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan atau defekasi), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang
warna, bau, dan konsistensi feses, mencakup adanya darah dan mucus, serta
terapiobat saat ini
- Riwayat Kesehatan Sebelumnya
mengenai penyakit usus inflamasi kronis atau polip pada kolon, rektal atau
sikmoid.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit pada bagian kolon Riwayat kehamilan.
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut: Rambut klien tampak bersih atau kotor,rambur rontok atau
tidak,warna bervariasi.
Mata: Mata simetris kiri dan kanan, penglihatan baik atau tidak, sclera ikhterik
atau tidak.
Telinga: Simetris kiri dan kanan,telinga tampak bersih atau tidak.
Hidung: Simetris kiri dan kanan, bersih atau tidak, tidak ada kelainan.
Mulut dan gigi: Mulut terlihat bersih atau kotor, tidak terdapat sariawan,
lembab atau kering.
- Leher
Saat di palpasi apakah ada teraba pembengkakan kelenjar tiroid, warna kulit
sekitar sama atau tidak.
- Payudara
Payudara Simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola hitam kecoklatan.
- Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada normal, ada atau
tidak terlihat adanya pembengkakan
Palpasi : Ada atau tidak nyeri tekan, premitus taktil sama atau tidak, ada atau
tidak teraba massa
Perkusi : Redup atau sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi, atau wheezing
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat atau tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba atautidak
Perkusi : Redup atau timpani
Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
- Abdomen
Pengamatan seperti ukuran luka, kebersihan luka rednees (kemerahan),
echimosis (kebiruan), edema (pembengakakan), dischargment (sekresi yang
keluar), approksimity. Palpasi daerah luka, lihat adanya cairan yang keluar dari
luka misal berupa pus, darah atau cairan yang abnormal.
- Genetalia
- Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Pada pasien post op dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anastesi yang
mendefresikan system saraf pada musculoskeletal sehingga menurunkan tonus
otot (Mitayani ,2011).
Ekstremitas Bawah
Edema atau tidak, varises ada atau tidak, dan tanda-tanda thromboplebitis yang
diakibatkan kurangnya mobilitas fisik. Tanda-tanda thromboplebitis adalah
kemerahan, rasa hangat, nyeri, perasaan berat pada ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut.

3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnnya pengetahuan terkait penyakit dan pengobatannya

3. Intervensi

NO Diagnosa Keperawatan SLKI SDKI


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I.
dengan intervensi selama 3x24 08238)
1. Agen pencedera jam. Maka tingkat Observasi
fisiologis (mis. nyeri menurun, dengan 1. lokasi, karakteristik,
Inflamasi, iskemia, kriteria hasil : durasi, frekuensi,
neoplasma) 1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
Agen pencedra menurun nyeri
kimiawi (mis. 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
Terbakar, bahan 3. Sikap protektif nyeri
kimia iritan) menurun 3. Identifikasi respon
2. Agen pencidra fisik 4. Gelisah menurun nyeri non verbal
(mis. Abses, trauma, 4. Identifikasi faktor
amputasi, terbakar, yang memperberat
terpotong, dan memperingan
mengangkat nyeri
berat,prosedur 5. Identifikasi
operasi,trauma, pengetahuan dan
latihan fisik keyakinan tentang
berlebihan nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
PEMBERIAN
ANALGETIK (I.08243)
Observasi
1. Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
2. Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
3. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
4. Monitor efektifitas
analgesik
5. Terapeutik
6. Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
7. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
8. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
9. Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak
diinginkan
10. Edukasi
11. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi

2 Gangguan Eliminasi Urin Setelah dilakukan Perawatan Retensi Urine


asuhan keperawatan 2. Monitor tingkat
selama ….x… jam, distensi kandung
diharapkan gangguan kemih dengan
eliminasi urin yang palpasi dan perkusi
dirasakan pasien 3. Berikan rangsangan
berkurang dengan berkemih (kompres
kriteria hasil : dingin pada
Eliminasi urin abdomen)
5. Sensasi berkemih 4. Jelaskan penyebab
meningkat retensi urine
6. Distensi kandung 5. Ajarkan cara
kemih meningkat melakukan
7. Berkemih tidak rangsangan
tuntas menurun berkemih
8. Kontinensia urin
9. Kemampuan
berkemih
meningkat
10. Residu volume
setelah berkemih
menurun
3 Ansiestas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda
selama .....x24 jam ansietas
diharapakan 2. Ciptakan suasana
kecemasan menurun terapeutik untuk
atau pasien dapat menumbuhkan
tenang dengan kriteria : kepercayaan
Tingkat ansietas 3. Pahami situasi yang
11. Menyingkirkan membuat ansietas
tanda kecemasaan. 4. Diskusikan
12. Tidak terdapat perencanaan realistis
perilaku gelisah tentang peristiwa
13. Frekuensi napas yang akan datang
menurun 5. Anjurkan
14. Frekuensi nadi mengungkapkan
menurun perasaan dan
15. Menurunkan persepsi
stimulasi 6. Anjurkan keluarga
lingkungan ketika untuk selalu
cemas. disamping dan
16. Menggunakan mendukung pasien
teknik relaksasi 7. Latih teknik
untuk menurunkan relaksasi
cemas.
17. Konsentrasi
membaik
18. Pola tidur
membaik
Dukungan sosial
1. Bantuan yang
ditawarkan oleh
oranglain
meningkat

5. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
(Potter&Perry,2011)

6. Evaluasi keperawatan

Menurut (Craven & Hirlne, 2011) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain:

a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.


b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik.
e. Sebagai tangguang jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.

Evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang


ditetapkan sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan sesuai dengan
kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), tetapi selama proses pencapaian terjadi
pada klien juga harus selalu dipantau ( evaluasi proses).

Untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau memantau perkembangan


klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER. Pengertian SOAPIER yaitu :

 S artinya data subjektif. Perawat dapat menuliskan keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
 O artinya data objektif. Data objektif yeitu data berdasarkan hasil pengukuran atau
hasil observasi perawat secara langsung pada klien dan yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
 A artinya analisis. Interpensi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dpat dituliskan
masalah diagnostic baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang
telah terdentifikasi datanta dalam data subjektif dan objektif.
 P artinya planning. Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentuka sebelumnya.
 I artinya implementasi. Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakuakn
sesuatu dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan).
 E artinya evaluasi. Evaluasi adalah respond klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
 R artinya reassessment. Reassessment adalah pengkajian ulang yang dilaukan
terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumor Caecum atau dikenal juga dengan tumor kolorektal merupakan suatu

bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari

kolon (Haryono, 2010). Tumor Caecum ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di

kolon dan rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem

pencernaan yang disebut traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian

proksimal usus besar dan rektum dibagian distal sekitar 5- 7 cm diatas anus. Kolon dan

rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana

fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang

tidak berguna (Penzzoli dkk, 2017).

Tumor Caecum merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan

ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang

berkembang dari polip adenoma (Wijaya dan Putri, 2018).

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan adanya laporan pendahuluan ini, dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di STIKes Alifah Padang, khususnya

pada keperawatan medikal bedah tentang Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Tumor Caecum

2. Bagi perawat

Laporan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perawat yang


melakukan tindakan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan Tumor

Caecum
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi 9.


Jakarta: EGC Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).

Donna,J., & Jim,K. (2007). Medical Surgial Nursing Demystified.America:Mc Graw Hill

Grace, P., & Baerly,N. (2007). At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015).Diagnosis Keperawatan Defisi & Klasifikasi 2015-
2017.Edisi:10.Jakarta:EGC

Jitowiyono.,S & Kristiyana.(2012).Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda


NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika

Kimberly A. J. Bilotta (2011).Kapita Selecta Penyakit dengan Implikasi keperawatan (Nurse’s


Quick Check: Diseases).Edisi 2.Jakarta:ECG

Mansjoer, dkk (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Aeskulapius FKUI Mary,D.,

Muttaqin.A,& Sari.(2011) Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan


Aplikasi.Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A.H., & Kusuma.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA (NIC-NOC).Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta : MediaAction Publishing.

Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan


Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC

Syamsuhidayat, R.,& Jong.(2011).Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi3.Jakarta;EGC

Tanto Chris, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta:Media Aeskulapius

Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan


dewasa).Yogyakarta: Nuha medika
LEMBAR BIMBINGAN

No Hari/ Tanggal Kegiatan Nama Pembimbing Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai