1
2
1. Karakteristik Lansia
Karakteristik LansiaMenurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia
yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia
yaitu:
a. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
b. Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama
anak atau keluarga lainnya.
d. Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-
harisecara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia
cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari.
e. Keadaan ekonomiP
ada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan
hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi pendapatan lansia
menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia dapat terpenuhi.
2. Tipologi Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
3
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz),
para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri
sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia
mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia
dengan gangguan mental.
3. Mitos Lansia
a. Mitos Kedamaian Dan Ketenagan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan
sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
4
Kenyataan : Tidak semua lanjut usia dalam proses ketuaannya diiringi dengan
kerusakan bagian otak (banyak yang masih tetap sehat dan segar)
e. Mitos Aseksulaitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun. Minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataan : Menunjukan bahwa kehidupan seks pada usia lanjut normal saja.
Memang frekuensi hubungan seks menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi
masih tetap tinggi
f. Mitos Ketidak Produktifitas
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif
Kenyataan : Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktifitas mental dan material pada lanjut usia.
4. Teori Penuaan
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –
sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
6
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
7
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat,
kekamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
9
dengan batnuan
1 orang
8 Personal toilet (cuci 2 1 0
muka, menyisir rambut,
gosok gigi0
9 Aktivitas duduk / 1 1(bantuan 1 0
transfer orang)
2 (bantuan 2
orang
10 Naik Turun Tangga 2 1 0
Penilaian :
20 : Mandiri
12-10 : Ketergantuan Orang
9-10 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
c. SPSMQ
SPSMQ merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk
menilai fungsi intelektual maupun mental dari lansia. Adapun format
SPMSQsbb :
No. Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara berurutan
11
Jumlah
Total Skor: Hasil:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
d. GDS
Joseph J. Gallo mengatakan bahwa salah satu langkah awal yang penting dalam
penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Salah satu
instrumen yang dapat membantu adalah GDS (Geriatri Depression Scale).
Skala depresi geriatri (GDS) adalah suatu kuesioner, terdiri dari 30 pertanyaan
yang harus dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan
yang harus dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “YA atau TIDAK”, suatu
bentuk penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima rangkai respon
kategori. Kuesioner ini mendapatkan angka dengan memberi satu pokok untuk
masing – masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam sintesa di
belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11,
biasanya dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien
tersebut masuk ke dalam kelompok depresi atau kelompok non depresi.
Geriatri Depression Scale ( GDS ) tersebut terpilah dari 100 pertanyaan yang
dirasakan berhubungan dengan ketujuh karakteristik depresi pada kehidupan
lansia. Secara khusus 100 pertanyaan tersebut dikelompokkan secara apriori ke
dalam beberapa sisi yaitu :
1) Kekuatiran somatis
2) Penurunan afek
3) Gangguan kognitif
4) Kurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang
5) Kurangnya harga diri
12
B. PENYAKIT GANGGUAN
1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008)
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vascular,
2. Etioologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian yaitu:
a. Trombosis serebral
16
3) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi
tidak
masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
4) Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
5) Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi,
menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
4. Klasifikasi
Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
1) Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas TIA
merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan sesaat dari
20
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
(Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.)
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
6. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
b. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
22
Gangguan TIU:
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan 1. Kaji faktor penyebab
b.d Kerusakan perawatan selama 1 imobilitas
muskuloskeletal minggu klien mengerti 2. Ajarkan pasien atau tenaga
& tujuan dari peningkatan kesehatan lain tentang
neuromuscular mobilitas. teknik ambulasi
TIK: 3. Kaji kemampuan pasien
Setelah dilakukan 4 kali dalam mobilisasi
kunjungan klien dapat: 4. Latih pasien dalam
1. Klien meningkat pemenuhan kebutuhan
dalam aktivitas fisik ADLs secara mandiri sesuai
2. Mengerti tujuan dari kemampuan
peningkatan mobilitas 5. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
6. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
5. Anjurkan klien untuk
meningkatkan aktifitas
fisik.
24
8. Daftar Pustaka
a. Bulechek, Gloria M., dkk., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
Mocomedia: Yogyakarta
b. Doenges,Marilynn E dkk. (1999).Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta:EGC
c. Underwood,J.C.E.(1999).Patologi Umum dan Sistematik.Edisi
2.Jakarta:EGC
d. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
e. http://lisa86.wordpress.com/askep-pasien-stroke-non-hemoragik/
f. http://www.scribd.com/doc/22475411/KTI-Hemiparese-Post-Stroke-Non-
Hemoragik