Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERBAIKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM HELLP “

Dosen pembimbing :

Ns. ANITA MIRAWATI

KELOMPOK 9, KELAS 3B :

INDAH NOVIA PUTRI

NANDA JULIAN

PEMILA PUISENA GUSMAN

YUSIA OKTA VIKA

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho dan rahmat-Nya
serta nikmat yang begitu besar yang di berikan kepada kita semua terutama nikmat kesehatan,
sehingga makalah kami dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah SAW, nabi yang
mengantarkan kita dari zaman kejahiliyahan menuju zaman islamiah. Nabi yang di anggap
sebagai uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik.

Dalam isi makalah ini membahas tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Sindrom Hellp”. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang kita inginkan. Oleh karena itu, kami masih mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sekalian.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
kami.Begitu juga kepada semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
bagi kami pembuat makalah.

Hormat Kami,

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Salah satu masalah yang sangat perlu untuk dikhawatirkan bagi semua ibu
hamil yaitu masalah preeklamsia. Sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria). Saat usia kehamilan Anda sudah memasuki minggu ke-20 atau lebih
(paling umum usia kehamilan 24-26 minggu) sampai tidak lama setelah bayi lahir
maka sebaiknya harus waspada karena gejala awal preeklamsia biasanya akan
muncul.

Masalah preeklamsia biasanya tidak disadari oleh ibu hamil sehingga lama
kelamaan akan berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius yang mengancam
keselamatan ibu hamil dan janinnya. Pada tahun 2014 preeklamsia dan eklamsia
menjadi penyebab kematian saat kehamilan nomor tiga tertinggi di dunia, dengan
menyumbang 14 persen dari total kematian saat kehamilan seluruh dunia, menurut
lembaga kesehatan intenasional (Maya,2015).

Sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelets (HELLP)


merupakan suatu komplikasi pada kehamilan yang dapat membahayakan serta
mengancam nyawa baik ibu hamil atau pun janin yang dikandung. Hellp sindrom
biasanya dihubungkan dengan kondisi Pre-eklamsia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengertian dari HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelet) sindrom ?

2. Apa saja penyebab dari HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelet) sindrom?

3. Ada berapa klasifikasi dari HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelet) sindrom?

4. Bagaimana Patofisologi dari HELLP sindrom ?

5. Apa saja Factor resiko dari HELLP sindrom ?

6. Apa saja manifestasi klinis dari HELLP sindrom ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari HELLP (Hemolysis, Elevated Liver
Enzyme, Low Platelet) sindrom.

2. Untuk mengetahui penyebab dari HELLP (Hemolysis, Elevated Liver


Enzyme, Low Platelet) sindrom.

3. Untuk mngetahui klasifikasi hellp sindrom.

4. Untuk mengetahui Patofisologi dari HELLP sindrom.

5. Untuk mengetahui Factor resiko dari HELLP sindrom ?

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari HELLP sindrom ?


BAB II

LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN

Hellp Sindrom merupakan komplikasi kebidanan yang mengancam nyawa


yang biasanya terjadi akibat pre-eklampsia, kedua kondisi ini biasanya terjadi selama
fase akhir dari suatu kehamilan atau kadang-kadang terjadi setelah melahirkan
(Abildgaard dkk, 2009).

Hellp Sindrom merupakan rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim


liver, rendahnya jumlah trombosit darah. Sindrom ini bisa mengancam keselamatan
wanita hamil dan janinnya (Maya, 2015). Menurut Prawirohardjo (2009) Hellp
syndrom (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count) merupakan suatu
variasi dari Pre-eklamsi berat yang disertai trombositopenia,hemolisis dan gangguan
fungsi hepar.

Hellp Sindrom adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar serta


trombositopenia yang merupakan komplikasi dari Pre-eklamsi dan eklamsi yang
terdiri dari :
1. Hemolisis (penghancuran sel darah merah)

2. Peningkatan enzim hati (yang menunjukan adanya kerusakan hati) dan

3. Penurunan jumlah trombosit.

Sindrom HELLP adalah suatu keadaan multisitem, yang merupakan suatu bentuk
preeklamsia-eklamsia berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan
menunjukan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis sel darah merah,
peningkatan enzim hati dan trombosit rendah (Bobak dkk 2005).
2. ETIOLOGI

Penyebab pasti Hellp Sindrom sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan
pada penyakit multisystem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme dan
kelainan koagulasi. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Etiologi
dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan dengan preeklampsia,
walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia sampai saat ini juga belum dapat
diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan dari dulu hingga kini untuk
mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia, namun dalam dekade terakhir ini
perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi dari sel endotel.

Tetapi apa penyebab dari perubahan endotel ini belum juga diketahui dengan
pasti. Saat ini ada empat buah hipotesis yang sedang diteliti untuk mengungkapkan
etiologi dari preeklampsia, yaitu iskemia plasenta, Very Low Density Lipoprotein
versus aktivitas pertahanan toksisitas, maladaptasi imun dan penyakit genetik.
Sindroma HELLP ini merupakan manifestasi akhir dari hasil kerusakan endotel
mikrovaskular dan aktivasi dari trombosit intravascular (Prawirohardjo, 2009).

3. KLASIFIKASI

Kriteria diagnosis Hellp Sindrom berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium


antara lain Mississippi dan Tennessee. Bila dikombinasikan kedua klasifikasi ini maka
Klas 1 termasuk kelompok sindroma HELLP atau Hellp Sindrom komplit, sedangkan
Klas 2 dan 3 merupakan Hellp Sindrom partial (Khan, 2014).

4. PATOFISIOLOGI

HELLP sindrom (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count)


ini merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan
endotel mikrovaskular dan aktivasi trombosit intravascular, akhirnya terjadi
vasospasme, aglutinasi dan agregasi trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan
endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai anemi hemolitik mikroangiopati
merupakan tanda khas. Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah
kecil yang endotelnya rusak dengan deposit fibrin.
Pada sediaan apus darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes, triangular
cells dan burr cells. Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan skunder akibat
obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan
nekrosis periportal dan pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik,
hematom subkapsular atau rupture hati. Nekrosis periportal dan pendarahan
merupakan gambaran histopatologik yang paling sering ditemukan . trombositopenia
ditandai dengan peningkatan pemakaian dan atau destruksi trombosit (Prawirohardjo,
2009).

Menurut Bobak, dkk (2005) walaupun mekanisme pasti belum diketahui,


sindrom HELLP diduga terjadi akibat perubahan yang mengiring preeklamsia-
eklamsia.Vasospasme arterial, kerusakan endothelium dan agregasi trombosit dengan
akibat hipoksia jaringan adalah mekanisme yang mendasarinya untuk patofisiologi
sindrom HELPP.

5. FAKTOR RESIKO

Menurut Prawirohardjo (2009) Faktor Hellp Sindrom berbeda dengan Pre-


eklamsi. Pasien Hellp Sindrom secara bermakna lebih tua (rata – rata umur 25 tahun)
disbanding pasien Pre-Eklamsi dan eklamsi tanpa Hellp Sindrom (rata - rata umur 19
tahun). Insiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi kulit putih dan multipara.
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun 11 % pasien muncul
pada umur kehamilan < 27 minggu, pada masa antepartum sekitar 69 % pasien dan
pada masa postpartum sekitar 31 %. Pada masa postpartum, saat terjadinya khas,
dalam waktu 48 jam pertama postpartum (Khan, 2014).

6. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pasien dengan Hellp Sindrome sangat bervariasi. Secara
umum terjadi pada kehamilan multipara, warna kulit putih, dengan usia kehamilan
minimal 35 minggu. Sebanyak 20% kasus tidak disertai dengan hipertensi, 30%
disertai dengan hipertensi sedang dan 50% disertai hipertensi berat.
Gejala lainnya adalah nyeri kepala (30%), pandangan kabur, malaise (90%),
mual/muntah (30%), nyeri disekitar perut atas (65%) dan parestesia. Kadang-kadang
bisa juga disertai dengan edema (Rahardjo dan Maulydia, 2012) Tanda gejala atau
keluhan ibu terhadap kondisi ini bervariasi dari malaise, nyeri ulu hati, mual dan
muntah sampai gejala meyerupai virus yang tidak spesifik.

Pada awal berobat, ibu biasanya sudah berada dalam trimester kedua atau awal
trimester ketiga dan awalnya hanyamenunjukan beberapa tanda preeklamsia- eklamsia
(Bobak dkk, 2005).

Sedangkan menurut Vegan (2010) Hellp Sindrome ditandai dengan :


1) Hemolisis : Tanda hemolisis dapat dilihat dari ptekie, ekimosis, hematuria dan secara
laboratorik adanya Burr Cells pada apusan darah tepi.

2) Elevated Live Enzymes

Dengan meningkatnya SGOT, SGPT (>70 IU) dan LDH (>600 IU) maka merupakan
tanda degenerasi hati akibat vasospasme luas. LDH >1400 IU merupakan tanda
spesifik akan kelainan klinik
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

1. Identitas Klien

Identitas klien yang harus di kaji yaitu nama, jenis kelamin, umur, alamat,
pendidikan dan pekerjaan

2. Pengkajian Primer

a. Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien,adanya sumbatan atau obstruksi,serta


kaji bunyi nafas tambahan

b. Breathing, kaji pola nafas klien,frekuensi pernafasan,pergerakan dada


klien,bentuk dada,atau adanya bantuan pernafasan

c. Circulation, kaji tanda-tanda vital klien,adanya akral dingin dan kaji capilarry
refill time (CRT)Disability,kaji adanya penurunan tingkat kesadaran,adanya
gangguan verbal,motorik dan sensorik serta refleks pupil

3. Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)

a. Promosi kesehatan, kaji kesehatan umum klien,alasan masuk rumah


sakit,riwayat keluhan utama klien,riwayat penyakit masa lalu,riwayat
pengobatan masa lalu,kemampuan mengontrol kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan ibu menderita hipertensi sebelum hamil,mempunyai


riwayat pre eklamsia-ekslamsia pada kehamilan terdahulu

 Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya ibu merasa sakit kepala di daerah frontal,terasa sakit di ulu
hati,gangguan virus,mual dan muntah,tidak nafsu makan,gangguan
serebral lainya

 Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam


keluarganya

 Riwayat perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun


atau di atas 35 tahun

 Data sosial ekonomi

Berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi


rendah,karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein

 Data psikologis

Biasanya ibu berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah,ibu
merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandunganya

b. Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (tinggi badan, berat badan,


lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, indeks massa tubuh),
Biochemical (data laboratorium yang abnormal), clinical (tanda tanda
klinisintegumen,anemia), diet (meliputi jenis frekuensi, nafsu terhadap
makanan yang di berikan selama di RS)

c. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola


urine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi dan faktor
penyebab, pola eliminasi)
d. Aktivitas dan istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas, respon
jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi, kelainan katup,
bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites,
takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction, adanya
nyeri dada, sianosis pucat

e. Persepsi diri

f. Peran hubungan (role relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain
atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat

g. Seksualitas,mengkaji masalah identitas seksual,masalah atau disfungsiseksual

h. Mekanisme koping/toleransi stress

i. Nilai nilai kepercayaan

j. Pertumbuhan dan perkembangan

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum (biasanya lemah)

b. Sakit kepala dan wajah terlihat edema

c. Konjungtiva enemis

d. Hiper refleksia dan klonus pada kaki

e. DJJ tidak teratur serta gerakan janin melemah

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

a) Penurunan hemoglobin

b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol )

c) Trombosit menurun
d) Di temukan protein dalam urine

e) Bilirubin meningkat

f) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

b. Pemeriksaan radiologi

a) Di temukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus,pernafasan intrauterus

b) Lambat,aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit

c) Denyut jantung bayi melemah

2. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik.

2) Kekurangan volume cairan b.d tirah kehilangan cairan aktif.

3) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring atau imobilisasi.

4) Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal

5) Resiko syok

3. Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri akut b.d agen  Pain Level Pain management


cedera fisik
 Pain Control 1. Lakukan
pengkajian nyeri
 Convort Level
secara
Kriteria hasil komprehensif
termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol
karakteristik,
nyeri (tahu penyebab
frekuensi, kualitas
nyeri, mampu
menggunakan teknik dan factor
non farmakologis presipitasi
untuk mengurangi
2. Gunakan teknik
nyeri, mencari
komunikasi
bantuan)
terapeutik untuk
2. Melaporkan bahwa mengetahui
nyeri berkurang pengelaman nyeri
dengan manajemen pasien.
nyeri.
3. Kaji tipe dan
3. Mampu mengenali sumber nyeri untuk
nyeri (skala, melakukan
intensitas, frekuensi intervensi.
dan tanda nyeri)
4. Evaluasi
4. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setelah nyeri masa lalu.
berkurang.
5. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi.

6. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.

7. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil.
2. Kekurangan volume  Fluid balance Fluid manajement :
cairan b.d kehilangan
 Hydration 1. Monitor status
cairan aktif
hidrasi
Kriteria hasil
(kelembaban
1. Mempertahankan membrane mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat,
dengan usia dan BB, tekanan darah
banyak jumlah urine ortostatik.
normal, HT normal.
2. Pertahankan intake
2. Tidak ada tanda output yang akurat.
dehidrasi.
3. Monitor vital sign.
3. Elastisitas turgor
4. Monitor masukan
kulit baik.
makanan dan
4. Membrane mukosa cairan dan hitung
lembab, tidak ada intake kalori
rasa haus berlebihan. cairan.

5. Kolaborasi
pemberian cairan
IV.

3. Intoleransi aktivitas b.d  Energy Activity therapy :


tirah baring atau conservation
1. Bantu klien untuk
imobilisasi
 Activity tolerance mengidentifikasi
aktivitas yang bisa
Kriteria hasil
dilakukan.
1. Mampu melakukan
2. Bantu untuk
aktivitas sehari hari
memilih aktivitas
secara mandiri.
konsisten yang
2. Tanda tanda vital sesuai dengan
normal. kemampuan fisik,
psikologis dan
3. Mampu berpindah social.
dengan atau tanpa
3. Bantu untuk
bantuan alat.
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diiinginkan.

4. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai

5. Bantu pasien atau


keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.

6. Kolaborasi dfengan
tenaga rehabilitasi
medik dalam
merencanakan
program terapi
yang tepat.

4. Resiko ketidakefektifan  Circulation status Acid-base manajement ;


perfusi ginjal
 Elektrolit dan acid 1. Observasi status
hidrasi
 Base balance
(kelembaban
 Tissue prefusion : membrane mukosa,
renal tekanan darah
ortostatik dan
 Urinary
keadekuatan
elimination dinding nadi)

Kriteria hasil : 2. Observasi tanda-


tanda cairan
1. Intake output
berlebih atau
seimbang
retensi.
2. Tidak ada rasa haus
3. Monitor HMT,
yang abnormal.
ureum, albumin,
3. Warna dan bau urine total protein, serum
dalam batas normal. osmolalitas dan
urin.

4. Pertahankan intake
dan output secara
akurat.

5. Monitor TTV

5. Resiko syok  Syok prevention Syok prevention :

 Syok manajement 1. Monitor warna


kulit, suhu kulit,
Kriteria hasil :
denyut jantung,
1. Frekuensi nafas HR, dan ritme.
dalam batas yang
2. Monitor suhu dan
diharapkan.
pernafasan.
2. Irama nafas dalam
3. Monitor tanda awal
batas yang
syok.
diharapkan
4. Ajarkan keluarga
pasien tentang
tanda-tanda syok.

5. Ajarkan keluarga
untuk mengatasi
gejala syok.

6. Monitor status
cairan intake output

Syok management ;

 Monitor tekanan
nadi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hellp Sindrom yaitu singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets
Count merupakan suatu variasi dari Pre-eklampsi berat yang disertai trombositopenia,
hemolisis dan ganggua fungsi hepar. Faktor resiko Hellp Sindrom berbeda dengan
pasien Pre-eklampsi, pasien Hellp Sindrom secara bermakna lebih tua (rata-rata umur
25 tahun) dibandingkan pasien Pre-eklampsi dan Eklampsi tanpa Hellp Sindrom.
Gambaran klinis Hellp Sindrom bervariasi. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan
penunjang untuk mendiagnosis Hellp Sindrom. Diagnosis ini sangat penting mengingat
banyak penyakit yang mirip dengan Hellp Sindrom.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak Dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2001. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departement Kesehatan RI.

Maria, Siwi. 2013. Keperawatan Gawat Darurat. Indonesia : Hoi Ping Chee.

Diah, Maria. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan Dan Manajemen Bencana. Jakarta :


EGC.

Anda mungkin juga menyukai