Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PATOFISIOLOGI

PARAPLEGIA

Oleh:

Hary Sutanto Agung 18.005

Robiatun Akhiriyah Romadhana 18.010

Muayyinah 18.007
PARAPLEGIA

1. DEFINISI

Paraplegia adalah kondisi hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian
bawah yang meliputi kedua tungkai dan organ panggul. Berbeda dengan paraparesis yang masih
dapat menggerakan kedua tungkai walaupun kekuatannya berkurang, paraplegia sama sekali
tidak dapat menggerakan kedua tungkai.

Paraplegia merupakan salah satu jenis dari paralisis, yaitu kelumpuhan atau hilangnya fungsi otot
yang terjadi di bagian-bagian tertentu tubuh. Selain menyerang tubuh bagian bawah, kelumpuhan
dapat menyerang tubuh bagian atas. Namun, tidak menutup kemungkinan seluruh bagian tubuh
dapat kehilangan fungsi ototnya. Kondisi lumpuh menyeluruh tersebut dinamakan dengan
quadriplegia.

Pada paraplegia, bagian tubuh yang umumnya terdampak adalah tungkai kaki, paha, jari kaki,
telapak kaki, dan terkadang perut. Tergantung pada tingkat cedera, tingkat kelumpuhan dapat
bervariasi.

Jika dilihat berdasarkan efek dan gejalanya pada otot, paraplegia terbagi menjadi:

 Paraplegia spastik. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam
kondisi kaku dan tegang.
 Paraplegia flaksid. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam
kondisi lemas dan terkulai. Kondisi otot ini cenderung bisa mengkerut.

Terdapat pula beberapa jenis paraplegia yang lainnya, yaitu:

 Permanen: kontrol otot bawah tubuh tidak dapat berfungsi untuk selamanya
 Sementara: kontrol otot bawah tubuh dapat kembali berfungsi
 Flaksid: ketika otot menjadi lemas dan mengkerut
 Spastik: ketika otot mengejang dan keras
2. PENYEBAB PARAPLEGIA

Umumnya, paraplegia terjadi akibat adanya gangguan di rangkaian sistem saraf yang
mengendalikan otot-otot di area tersebut. Beberapa hal yang menyebabkan seseorang mengalami
paraplegia, antara lain:

 Cedera saraf tulang belakang. Saraf tulang belakang berfungsi menyalurkan sinyal dari
otak ke seluruh tubuh. Cedera saraf tulang belakang di bawah bagian leher dapat
menyebabkan paraplegia.
 Multiple sclerosis. Kondisi ini dapat menyebabkan rusaknya selaput pelindung saraf pada
otak dan saraf tulang belakang akibat serangan sistem kekebalan tubuh sendiri. Multiple
sclerosis dapat menyebabkan paraplegia tergantung dari selaput pelindung saraf mana
yang terkena.
 Sindrom Guillain-Barré, merupakan kondisi rusaknya sistem saraf perifer yang
mengendalikan pergerakan dan sensasi rasa yang diterima tubuh. Umumnya kelemahan
pada sindrom Guillain-Barre mulai dari kedua tungkai, namun bisa menyebar ke atas.
 Spina bifida, adalah sebutan untuk kondisi cacat lahir yang memengaruhi perkembangan
tulang belakang dan sistem saraf.
 Hereditary spastic paraplegia, adalah kumpulan gangguan akibat kelainan genetik yang
mengakibatkan tubuh bagian bawah penderita melemah secara perlahan dan menjadi
kaku.
 Tropical spastic paraparesis, terjadi akibat infeksi virus T-cell lymphotrophic tipe 1 yang
menyerang sistem saraf dan mengakibatkan kelemahan dan kekakuan kedua tungkai.
 Tumor saraf tulang belakang, baik yang berasal dari saraf tulang belakang maupun
akibat penyebaran dari organ lain, dapat menekan saraf tulang belakang dan
menyebabkan paraplegia.
 Infeksi, seperti tuberkulosis saraf tulang belakang (Pott’s paraplegia) atau polio, dapat
menyebabkan paraplegia.
 Sindrom pasca polio, merupakan kelumpuhan yang muncul beberapa dekade setelah
terinfeksi virus polio.
 Penyakit dekompresi, merupakan komplikasi akibat menyelam yang menyebabkan
kelumpuhan akibat gelembung gas yang terbentuk dan mengganggu sistem saraf.
3. GEJALA PARAPLEGIA

Tanda-tanda dan gejala dari kondisi ini dapat bervariasi pada masing-masing penderita.
Umumnya, kemampuan penderita untuk mengendalikan tubuh bagian bawah tergantung pada
dua faktor, yaitu letak cedera pada saraf tulang belakang, serta tingkat keparahannya.

Gejala-gejala umum dari paraplegia adalah:

 Kehilangan kemampuan untuk bergerak


 Kehilangan sensasi, termasuk kemampuan untuk merasakan panas, dingin, dan sentuhan
 Kehilangan kendali untuk buang air kecil
 Kehilangan kendali untuk buang air besar
 Kehilangan fungsi motor
 Aktivitas refleks yang berlebihan atau kejang
 Perubahan fungsi seksual, sensitivitas seksual dan kesuburan
 Rasa sakit atau sensasi menyengat yang disebabkan kerusakan pada serabut saraf di
tulang belakang
 Kesulitan bernapas, batuk, atau membersihkan sekresi dari paru-paru
 Masalah kulit

Tergantung pada tingkat keparahannya, kondisi ini dapat digolongkan menjadi paraplegia
menyeluruh atau sebagian.

4. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

Paraplegia adalah kondisi yang dapat terjadi pada hampir semua orang, tidak memandang dari
apa kelompok usia dan golongan rasnya. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkat
risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.

Faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya paraplegia adalah:

1. Usia
Angka kejadian kondisi ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia di antara 16-30
tahun. Selain itu, orang-orang berusia lanjut di atas 65 tahun juga lebih rentan mengalami
kondisi ini karena keseimbangan tubuh yang menurun, atau kondisi tulang belakang yang
mengalami degenerasi.

2. Jenis kelamin

Kondisi ini lebih banyak terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki dibanding dengan
pasien perempuan. Jika Anda berjenis kelamin laki-laki, risiko Anda untuk mengalami
kondisi ini lebih tinggi.

3. Melakukan aktivitas berat atau berisiko

Orang-orang yang melakukan aktivitas berisiko tinggi, seperti olahraga ekstrem, balap
motor, mobil, menyelam, paralayang, dan sebagainya lebih mudah mengalami
kecelakaan seperti terjatuh dan cedera. Hal ini berpotensi menyebabkan tubuh bagian
bawah mengalami kelumpuhan.

4. Memiliki gangguan tulang atau sendi

Jika Anda memiliki kelainan pada tulang atau sendi, seperti arthritis atau osteoporosis,
kondisi tersebut membuat struktur tulang Anda lebih rapuh dibanding dengan orang-
orang pada umumnya.

5. Diagnosis Paraplegia

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan tentang riwayat
kesehatan keluarga dan gejala-gejala yang pasien alami. Kemudian, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan saraf motorik dan sensorik penderita.

Dokter juga mungkin akan melakukan serangkaian tes pencitraan untuk mendapatkan gambar
bagian dalam tubuh secara detail. Beberapa jenis tes pencitraan untuk mendiagnosis paraplegia,
antara lain:

 Foto Rontgen. Untuk mendeteksi adanya tumor atau retakan pada tulang belakang.
 CT scan. CT scan dapat memahami lebih jauh tentang tingkat keparahan cedera tulang
belakang yang dialami.
 MRI bagian otak dan tulang belakang. Untuk melihat kelainan yang memiliki risiko
menekan saraf tulang belakang.
 Elektromiografi (EMG). Pada pemeriksaan ini, sensor akan mengukur aktivitas listrik
pada otot dan saraf penderita.

6. Pengobatan Paraplegia

Pengobatan paraplegia tergantung dari penyebabnya. Beberapa jenis pengobatan yang dapat
diberikan terhadap penderita paraplegia adalah:

 Obat. Obat diberikan untuk mengurangi rasa sakit, mengobati otot yang kaku, dan
tegang. Selain itu, kortikosteorid dapat mengurangi peradangan di saraf tulang belakang.
 Fisioterapi. Fisioterapi dapat membantu penderita meningkatkan kekuatan otot dan
kemampuan bergerak.
 Pembedahan. Biasa dilakukan pada penderita cedera saraf tulang belakang. Pembedahan
yang biasa dilakukan adalah mengangkat pecahan tulang, benda asing, dan bantalan
tulang yang menekan saraf, sehingga akan menimbulkan regenerasi saraf.
 Alat bantu gerak, seperti tongkat atau kursi roda, dapat membantu pasien untuk
bergerak.

7. Komplikasi Paraplegia

Penderita paraplegia akan kehilangan kendali pada tubuh bagian bawah, sehingga menyebabkan
munculnya beberapa komplikasi yang meliputi:

 Ulkus dekubitus, yaitu luka yang terjadi pada kulit yang terus tertekan akibat tidak dapat
menggerakan bagian tersebut.
 Penggumpalan darah pada pembuluh darah tungkai (deep vein thrombosis).
 Pneumonia atau infeksi paru-paru.
 Depresi.
 Kelumpuhan otot pernapasan.
DAFTAR REFERENSI

https://www.alodokter.com/paraplegia

https://hellosehat.com/penyakit/paraplegia/

Anda mungkin juga menyukai