B. ETIOLOGI
Penyakit ginjal
Tingkat keparahan dan durasi azotemia tampaknya menjadi faktor penting dalam
menentukan tingkat perkembangan kista.
Penyebab beberapa kista ginjal meliputi berikut ini:
- Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal
- Penyakit ginjal polikistik autosomal resesif
- Displasia Kidneys multicystic
1
- ACKD
- Kista ginjal sederhana
- Kidneys spons meduler
- Familial nephronophthisis / penyakit kista medula
Hemodialisis Ginjal - sekitar 90% dari orang-orang yang didialisis akhirnya
mengidap ACKD
Glomerulonefritis
nefropati diabetic
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
C. PATOFISIOLOGI
ACKD dianggap konsekuensi dari hemodialisis. Penelitian telah menunjukkan
bahwa, itu adalah keadaan uremik yang merupakan pengembangan dari penyakit cystic
ginjal. Dialisis memperpanjang kelangsungan hidup pasien namun juga memungkinkan
lebih banyak waktu untuk ACKD terjadi.
Tingkat terjadinya penyakit kista diperoleh ginjal 7-22% pada populasi
predialisis, 44% dalam waktu 3 tahun setelah memulai dialisis, 79% lebih dari 3 tahun
setelah memulai dialisis, dan 90% lebih dari 10 tahun setelah mulai dialisis. Tingkat
pengembangan tampaknya memperlambat setelah 10-15 tahun dialisis.
Beberapa faktor yang menyebabkan ACKD :
- Tubulus block: Perkembangan kista disebabkan kelainan tubular; obstruksi tubular
karena kristal oksalat, fibrosis, atau micropolyps; dan akumulasi cairan tubular
karena filtrat glomerular dan ekskresi cairan tubulus.
- Pertumbuhan kompensasi: Hilangnya jaringan ginjal pada penyakit ginjal stadium
akhir mempromosikan hipertrofi sel tubular dan hiperplasia. Hipertrofi dan
hiperplasia, bersama dengan sekresi cairan transepitelial oleh epitel tubular,
mengakibatkan perkembangan kista. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses, tapi yang paling penting di antara mereka adalah faktor pertumbuhan dan
aktivasi onkogen.
- Iskemia: Ginjal atrofi merupakan konsekuensi dari iskemia yang mungkin
disebabkan baik oleh oklusi arteri ginjal primer atau oleh oklusi arteri sekunder yang
berkembang setelah dialisis dimulai. Parenkim asidosis dapat menyebabkan oklusi
progresif kronis dan, jika berkelanjutan hanya singkat menyebabkan kematian sel,
mungkin mengakibatkan pembentukan kista ginjal
2
D. MANIFESTASI KLINIS
a. ACKD sering tidak memiliki gejala. Jika kista terinfeksi, seseorang mungkin
memiliki sakit punggung, demam, atau bahkan menggigil. Jika kista berdarah,
seseorang akan sering melihat darah dalam urin.
b. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
c. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
d. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
e. Manifestasi lain :
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning
feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor,
miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
3
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain
:
1.Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
- CT-Scan
4
- MRI
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan ACKD sama halnya dengan perawatan
pada CKD yaitu:
a) Perdarahan (ringan) dengan nyeri pinggang dtangani dengan analgesik (misalnya,
morfin, kodein, acetaminophen). Hindari aspirin dan meperidine. Selama episode
perdarahan, istirahat di tempat tidur diperlukan
5
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Agama :
Suku :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Sumber informasi :
Diagnosa masuk :
a. Riwayat keluarga
b. Status kesehatan
c. Pola fungsi kesehatan
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. ketidakefektifan pola nafas
6. Kerusakan integritas kulit
7. Intoleransi aktivitas
C. INTERVENSI
6
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
2 Penurunan curah jantung Setelah melakukan asuhan 1. Auskultasi bunyi jantung dan
berhubungan dengan beban keperawatan ...x... jam diharapkan paru
jantung yang meningkat Penurunan curah jantung tidak terjadi 2. Kaji adanya hipertensi
dengan kriteria hasil : 3. Selidiki keluhan nyeri dada,
1. mempertahankan curah perhatikan lokasi, rediasi,
jantung dengan bukti tekanan beratnya (skala 0-10)
darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi 4. Kaji tingkat aktivitas, respon
perifer kuat dan sama dengan terhadap aktivitas
7
waktu pengisian kapiler
3 Gangguan keseimbangan Setelah melakukan asuhan keperawatan 1. Kaji status cairan dengan
cairan dan elektrolit …x… jam diharapkan pasien dapat menimbang BB perhari,
berhubungan dengan edema Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa keseimbangan masukan dan
sekunder : volume cairan tidak kelebihan cairan dengan kriteria hasil: haluaran, turgor kulit tanda-
seimbang oleh karena retensi 1. tidak ada edema, tanda vita
Na dan H2O) 2. keseimbangan antara input dan output 2. Batasi masukan cairan
3. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang pembatasan
cairan
4. Anjurkan pasien / ajari
pasien untuk mencatat
penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
5 Ketidakefektifan pola nafas Setelah melakukan asuhan keperawatan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat
berhubungan dengan …x… jam diharapkan Pola nafas adanya crakles
hiperventilasi sekunder: kembali normal / stabil dengan criteria 2. Ajarkan pasien batuk efektif
kompensasi melalui alkalosis hasil : dan nafas dalam
respiratorik 1. RR dalam keadaan normal 3. Atur posisi senyaman
mungkin
4. Batasi untuk beraktivitas
6 Kerusakan integritas kulit Setelah melakukan asuhan keperawatan 1. Inspeksi kulit terhadap
berhubungan dengan pruritis …x… jam diharapkan Integritas kulit perubahan warna, turgor,
8
dapat terjaga dengan kriteria hasil : vaskuler, perhatikan kadanya
1. Mempertahankan kulit kemerahan
utuh 2. Pantau masukan cairan dan
2. Menunjukan perilaku / hidrasi kulit dan membran
teknik untuk mencegah mukosa
kerusakan kulit 3. Inspeksi area tergantung
terhadap udem
4. Ubah posisi sesering
mungkin
5. Berikan perawatan kulit
6. Pertahankan linen kering
7. Anjurkan pasien
menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan pada
area pruritis
8. Anjurkan memakai pakaian
katun longgar
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
1. Nyeri teratasi
2. Penurunan curah jantung teratasi
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
9
5. ketidakefektifan pola nafas teratasi
6. Kerusakan integritas kulit teratasi
7. Intoleransi aktivitas teratasi
8.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Fick-Brosnahan GM. Polikistik dan penyakit ginjal kistik yang diperoleh. Dalam: Greenberg A,
ed. Primer pada Penyakit Ginjal. Ed-3. National Kidney Foundation. San Francisco:
Academic Press; 2001: 303-308.
Grantham JJ, Nair V, Winklhofer F. Cystic Kideys Disease. Dalam: Brenner B, ed. Brenner &
Rektor yang Ginjal. Ed-6. Philadelphia: W.B. Saunders; 2000: 1699-1730.
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://emedicine.medscape.com/article/246888-overview [Diakses pada tanggal 1 februari 2015]
http://kidney.niddk.nih.gov/KUDiseases/pubs/ackd/index.aspx [Diakses pada tanggal 1 februari
2015]
10
H. PATHWAYS
GGK