Disusun Oleh:
NI LUH NOPI ARIYANI
NIM : 01.2.17.00618
Proses
Penurunan Gangguan
degenerative
fungsi hati metabolisme
penyakit hati
Peradangan dalam,
Sintesis
Pengendapan sekresi kolesterol
kolesterol
kolesterol kantong empedu
Batu
empedu
Inflamasi
Serabut saraf
eferen
hipotalamus Termostrat di Enzyme SGOT
hipotalamus dan SGPT
Permeabilitas
kapiler Penurunan
peristaltik
Cairan shift
keperitonium Rasa mual
muntah
Resiko
Risiko syok kekurangan
hipovolemik volume cairan Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.1.6 Manifestasi Klinis
Dapat bersifat asimtomatis. Gejala muncul saat terjadi inflamasi dan obstruksi
ketika batu bermigrasi ke duktus sistikus. Keluhan khas berupa kolik bilier.
Karakteristik kolik bilier menurut (Nian Nuari, 2015) antara lain :
a. Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi warna
kuning.
b. Rasa Nyeri
Pasien mungkin akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang dapat
menjalar ke punggung sertabahu kanan dan akan merubah posisinya
secara terus-menerus untuk mengurangi intensitas nyeri.
c. Disertai mual serta muntah.
d. Intoleransi terhadap makanan berlemak
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Chris Tanto,et al, 2014) pemeriksaan penunjang antara lain:
1. USG Kandung Kemih
Akurat dalam mendiagnosis kolelitiasis (Sensitivitas 90% dan Spesifisitas
88%). Pasien dianjurkan untuk puasa 8 jam sebelum pemeriksaan.
Gambaran utama kolelitiasis antara lain, posterior acoustic shadow dari
opasitas pada lumen kandung empedu yang berubah dengan sesuai posisi
pasien (pengaruh gravitasi). USG juga dapat melihat fungsi pengosongan
batu empedu serta mendeteksi adanya komplikasi kolelitiasis dan
pancreatitis.
2. Foto Polos
Tidak disarankan karena sebagian besar batu empedu (>75%) bersifat
radiolusen.
1.1.8 Penatalaksanaan
Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi episode nyeri
akut kantung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan
diet dan, jika memungkinkan, menghilangkan penyebabnya dengan
menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau intervensi bedah
(Bruno, 2019).
1. Terapi Nutrisi dan Suportif
a. Capai remisi dengan istirahat, cairan IV, pengisapan nasogatrik,
analgesik, dan antibiotic.
b. Diet segera setelah episode biasanya berupa cairan rendah lemak
dengan protein dan karbohidrat tinggi dilanjutkan dengan makanan
padat lembut, hinadri telur, krim, babi, makanan gorengan, keju, rich
dressings, sayuran pembentuk gas, dan alkohol.
2. Terapi Farmakologis
a. Asam ursodeoksikolat (UDCA [Urso, Actigall]) dan asam
kenodeoksikolat (kenodiol atau CDCA [Chenix]) efektif dalam
melarutkan batu kolesterol primer.
b. Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kisitk atau
batu pigmen bukan merupakan kandidat untuk terapi dengan UDCA.
3. Pengangkatan Batu Empedu Secara Non-Bedah
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat dikeluarkan
dengan instrument lain (mis, kateter dan instrument yang dilengkapi
keranjang disusupkan ke saluran slang T atau fistula yang dibentuk pada
saat pemasangan slang T, endoskopi ERCP), litotripsi intrakorporeal
(denyut nadi laser), atau terapi gelombang syok ekstrakorporal (litotripsi
atau litotripsi gelombang syok ekstrakorporal [ESWL]).
4. Penatalaksanaan Bedah
Tujuan pembedahan adalah untuk meredakan gejala yang persisten, untuk
menghilangkan penyebab kolik bilier, dan untuk mengatasi kolesistitis
akut.
a. Kolesistektomi laparoskopik: Dilakukan melalui insisi ataua tusukan
kecil yang dibuat menembus dinding abdomen di umbilicus.
b. Kolesistektomi: Kantung empedu dikeluarkan melallui sebuah insisi
abdomen (biasanya subkosta kanan) setelah ligasi duktus kistik dan
arteri.
c. Minikolesistektomi: Kantung emepdu dikeluarkan melalui sebuah
insisi keci.
d. Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan
batu, empedu, atau drainase purulen dikeluarkan.(Brunner & Suddarth,
2013) .
1.1.9 Metode Operasi Laparoskopi
Bedah Laparoskopi atau bedah teropong merupakan tindakan operasi yang
dilakukan melalui sistem mini dinding perut dan memasukkan teropong
kamera ke dalam perut. Bila dibandingkan dengan tindakan bedah
konvensional, dimana rata-rata membutuhkan sayatan minimal 10 cm,
tindakan laparoskopi hanya membutuhkan sayatan sebesar 1 cm. Operasi
pengangkatan kantung empedu yang paling umum direkomendasikan melalui
operasi “lubang kunci” atau Kolesistektomi Laparoskopik. Operasi ini operasi
ini dilakukan dengan penerapan bius total, jadi jika anda tertidur selama
prosedur berlangsung sehingga tidak akan merasa sakit, masa pemulihan
dibutuhkan waktu biasanya 1-2 minggu (Mairinger, 2018).
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Meringis
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diafroresis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum
terasa tertekan
Uterus terasa 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi lokasi , Kareteristik, durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementar yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
tehnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,
Pencahayaan, kebisingan )
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan Memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
6.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Aritmia saat 1 2 3 4 5
aktivitas
Aritmia setelah 1 2 3 4 5
aktivitas
Sianosis 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG iskemia 1 2 3 4 5
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala keletihan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
2. Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Meylinda Eva. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Post OP
Choleliatis.http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1055/1/KTI
%20EVA%20MEYLINDA.pdf. Diakses pada tanggal 10 Desember
2020