Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS: ADHD


Dosen Pengampu:
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes

KELOMPOK 12
Ida Noefitasari (01.2.17.00608)
Indriyani Eka Lani Oematan (01.2.17.00609)
Niluh Nopi Ariyani (01.2.17.00618)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
rahmat-nya tugas makalah “Keperawatan Anak II“ yang kami susun dapat terselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami selalu membuka
diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya kami
selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu, baik secara langsung atau pun
tidak langsung. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami
khususnya dan mahasiswa lain dalam pengetahuan keperawatan jiwa pada umumnya.

Kediri, September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR PUSTAKA iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 6
1.4 Manfaat 6
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 ADHD 7
2.1.1 Definisi ADHD 7
2.1.2 Etiologi ADHD 7
2.1.3 Klasifikasi ADHD 8
2.1.4 Patofisiologi 9
2.1.5 Manifestasi Klinis 13
2.1.6 Komplikasi 14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 15
2.1.8 Pencegahan 17
2.1.9 Penatalaksanaan 17
2.1.10 Peran Orang Tua Pada Anak ADHD 19
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak ADHD 19
2.2.1 Pengkajian 19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 20
2.2.3 Rencana Keperawatan 21
2.2.4 Evaluasi 24
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk


menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh. Cara kerjanya adalah dengan
menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri
dengan cepat.
Tujuan kemoterapi menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel
kanker yang tertinggal setelah operasi, mengobati beberapa macam kanker darah, menekan
jumlah kematian penderita kanker tahap dini, menunda kematian atau memperpanjang usia hidup
pasien untuk sementara waktu, meringankan gejala, dan mengontrol pertumbuhan sel- sel
kanker. Hanya saja, kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal
membelah diri dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta rambut. Kerusakan pada sel
sehat itu yang dapat mengakibatkan efek samping. Namun, hal ini umumnya akan segera
menghilang setelah pengobatan kemoterapi selesai.
Sedangkan Terapi desferal merupakan salah satu penatalaksanaan dari penyakit
thelesemia. Penyakit thelesemia sendiri adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh
faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada didalam sel darah merah (hemoglobin) tidak
berfungsi secara normal. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan pada orang dengan
thelesemia adalah adanya risiko penumpukan zat besi dalam tubuh. Penumpukan zat besi yang
signifikan dapat terjadi akibat transfuse darah. Tujuan diberikannya terapi ini adalah untuk
detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat besi yang tidak terikat transferin di plasma dan
mengeluarkan besi dari tubuh serta menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu
hemochromatosis (penumpukan Fe di bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe
dalam organ).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prosedur pemberian terapi desferal pada anak?
2. Bagaiamana prosedur kemoterapi pada anak?
1.3 Tujuan
1. Untuk engetahui bagaimana prosedur pemberian terapi desferal
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kemoterapi
1.4 Manfaat
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak II tentang prosedur pemberian
terapi desferal dan prosedur pemberian kemoterapi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemasangan Desferal

2.1.1 Pengertian Terapi Desferal

Terapi desferal merupakan salah satu penatalaksanaan dari penyakit thelesemia. Penyakit
thelesemia sendiri adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada didalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara
normal. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan pada orang dengan thelesemia adalah
adanya risiko penumpukan zat besi dalam tubuh. Penumpukan zat besi yang signifikan dapat
terjadi akibat transfuse darah.

2.1.2 Tujuan Terapi Desferal


Tujuan diberikannya terapi ini adalah untuk detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat
besi yang tidak terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari tubuh serta
menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu hemochromatosis (penumpukan Fe
di bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe dalam organ).

2.1.3 Efek Samping Terapi Desferal


1. Nyeri, gatal, dan rasa terbakar pada area suntikan
2. Demam
3. Nyeri kepala
4. Gangguan otot seperti nyeri otot (mialgia), kaku otot, displasia metafisis
5. Mual muntah
6. Telinga berdenging
7. Nyeri perut
8. Gangguan pernapasan seperti asma, sianosis, dan sesak napas
9. Hipotensi
10. Takikardia
11. Peningkatan kadar transminasi di organ hati
2.1.4 Prosedur Pemberian Desferal
Alat Yang Dibutuhkan :
1. Steril :
a. Syringe 10 cc
b. Wing needle
2. Tidak Steril :
a. Alas
b. Bengkok
c. Kapas alkohol pada tempat tertutup
d. Infusa pump
e. Obat yang diperlukan (desferal)
f. Pengencer (aquadest steril) dalam botol
g. Perban gulung /kantong infusa pump
h. Plester
i. Gunting plester
Standar Operasional Prosedur
1. Pengkajian
1. Menyampaikan salam kepada klien/keluarganya
2. Melakukan pengkajian kondisi klien meliputi : usia, tingkat hemocromatosis &
hemosiderosis (kadar Fe)
2. Persiapan
1. Mencuci tangan
2. Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan memperhatikan teknik aseptic dan
antiseptik
Steril :
1. Syringe 10 cc
2. Wing needle
Tidak Steril :
1. Alas
2. Bengkok
3. Kapas alkohol pada tempat tertutup
4. Infusa pump
5. Obat yang diperlukan (desferal)
6. Pengencer (aquadest steril) dalam botol
7. Perban gulung/kantong infusa pump
8. Plester
9. Gunting plester
3. Mempersiapkan obat desferal sesuai kebutuhan
1. Melakukan cek ulang obat yang akan diberikan sesuai perencanaan
2. Mengkalkulasi dosis sesuai kebutuhan klien
Usia > 5 tahun = 1 gram (2 vial)
Usia < 5 tahun = 0,5 gram (1 vial)
4. Mengencerkan obat dengan tepat :
1. (Catatan : 1 vial (0,5 gram) obat desferal dioplous dengan aquadest 4-5 cc).
Membersihkan bagian atas botol aquadest dengan kapas alkohol dan menarik cairan
aquadest dari botol secukupnya dengan menggunakan syringe/spuit 10 cc, kapas
buang ke bengkok
2. Membersihkan bagian atas botol vial desferal dengan kapas alkohol dan
membiarkan kering sendiri, membuang kapas alkohol ke bengkok
3. Memasukkan jarum syringe 10 cc yang berisi aquadest melalui karet penutup botol
ke dalam botol

4. Kocok vial obat sampai mencampur rata


5. Memegang botol dengan tangan yang tidak dominan dan tarik obat
6. Sejumlah yang diperlukan
7. Memeriksa adanya udara dalam syringe/spuit, bila ada keluarkan dengan posisi
tepat
8. Mengecek ulang volume obat dengan tepat
9. Menyambungkan syringe/spuit dengan wing needle

10. Memeriksa kembali adanya udara dalam syringe/spuit & wing needle, bila ada
keluarkan dengan posisi yang tepat
11. Menyiapkan infusa pump

12. Membawa peralatan ke dekat klien

3. Melakukan Pemasangan Desferal


1. Mencuci tangan
a. Menggunakan sarung tangan bila pada pasien yang menderita penyakit
menular (AIDS, Hepatitis B)
2. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan klien
a. Mendekati dan mengidentifikasi klien
b. Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa yang jelas
c. Memasang sampiran (bila perlu)
3. Memperhatikan teknik aseptic & antiseptik
Mempersiapkan alat dan klien :
a. Menyiapkan plester untuk fiksasi
b. Memasang alas/perlak
c. Mendekatkan bengkok pada klien
4. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
a. Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan teknik sirkuler atau atas ke
bawah sekali hapus

b. Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok


c. Membiarkan lokasi kering sendiri
d. Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan : area m.deltoid)

e. Memfiksasi wing needle dengan plester

5. Mengatur obat desferal pada alat infusa pump

a. Memfiksasi infusa pump dengan menggunakan perban gulung (a) atau kantong
infusa pump (b dan c)
6. Mencuci tangan

4. Evaluasi
1. Melihat kondisi klien
2. Memperhatikan respon klien selama tindakan dilakukan
3. Menanyakan perasaan klien setelah tindakan dilakukan

5. Mendokumentasikan Tindakan
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon klien selama tindakan dan
kondisi setelah tindakan
2. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama jelas
3. Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret dengan disertai paraf
4. Catatan dibuat dengan menggunak ballpoint atau tinta.
2.2 Pemberian Kemoterapi
2.2.1 Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk
menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh. Cara kerjanya adalah dengan
menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri
dengan cepat.

.      2.2.2 Tujuan Kemoterapi


1.  Menurunkan ukuran kanker sebelum operasi
2. Merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi
3. Mengobati beberapa macam kanker darah
4. Menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini
5. Menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu
6. Meringankan gejala
7. Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker

2.2.3 Efek Samping Kemoterapi


1. Kelelahan
2. Mual dan muntah
3. Rambut rontok
4. Peningkatan risiko infeksi
5. Perdarahan dan memar
6. Lemahnya memori dan konsentrasi

2.2.4 Prosedur Kemoterapi


Persiapan Klien
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi kepada klien
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman
Persiapan Alat
1. Obat sitostatika
2. Cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit
3. Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
4. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
5. Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc).  
6. Infus set dan vena kateter kecil
7. Alkohol 70% dengan kapas steril
8. Bak spuit besar
9. Label obat
10. Plasttik tempat pembuangan bekas
11. Kardex (catatan khusus)
Cara Bekerja
Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
4. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan (inform concent) pasien maupun keluarga
Tahap Kerja
Persiapan Obat
1. Perawat mencuci tangan
2. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
3. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu
4. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau
intralit
5. Sebelum membuka ampul, pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada
puncak ampul
6. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi
dengan kulit
7. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup dengan tidak mengambil 2 kali
8. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau
kasa steril diujung jarum spuit
9. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9% atau D5% dengan
volume cairan yang telah ditentukan
10. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam
flabot atau botol infus
11. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian
atau dengan syringe pump
12. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan
13. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum
bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan
Pemberian Obat
1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian
2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung tangan dan
sepatu
3. Lakukan teknik aseptik dan antiseptic
4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infuse
5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,
kitril secara intra vena)
6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7. Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09%
9. Semua alat yang sudah di pakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di ikat 
serta diberi etiket
10. Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent
11. Bila disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian di ikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator/bakaran

Hasil Pelaksanaan Kemoterapi :


1. Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil
Yang diperoleh, Respon klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat
Pelaksana

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Perhatikan kontaminasi obat dengan kulit
2. Pastikan keadaan umum pasien sebelum pemberian kemoterapi

2.3 Terapi Kronis Pada Anak


2.3.1 Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan.
Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang
tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis
(Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan
dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al.dalam Sarafino, 2006).

2.3.2 Etiologi Penyakit Kronis


Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan.
Ada banyak faktor yangmenyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah
kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, diantaranya
kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka
kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan
peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan orang
hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah
meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010)

2.3.3 Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai
berikut:
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor
genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit
kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan
pemeriksaan diagnostic.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan
penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan
tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
untuk penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau
mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima
dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan
dalam mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan
bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

2.3.4 Kategori Penyakit Kronis


Menurut Christensenet al.(2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti dibawah
ini:
a. Lived with illnesses
Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi
penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma,
arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses
Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu yang
menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan
ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses
Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya tetapi pada risiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas.

2.3.5 Tanda dan Gejala


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,
memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan
fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna(Smeltzer &
Bare, 2010). Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung
lama, sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang
air kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).
2.3.6 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan
penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan
primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan
kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang
mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan
upaya untuk menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan
pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi
ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini
dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami kecacatan
(Budiarto&Anggreni,2007).

2.3.7 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang
berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti
nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan
kecacatan sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu
dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan
penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal
ginjal kronis (Smeltzer & Bare,2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kemoterapi dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal membelah diri
dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta rambut. Kerusakan pada sel sehat itu
yang dapat mengakibatkan efek samping. Namun, hal ini umumnya akan segera
menghilang setelah pengobatan kemoterapi selesai.
Sedangkan Terapi desferal merupakan salah satu penatalaksanaan dari penyakit
thelesemia. Penyakit thelesemia sendiri adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan
oleh faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada didalam sel darah merah
(hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan pada orang dengan thelesemia adalah adanya risiko penumpukan zat besi
dalam tubuh. Penumpukan zat besi yang signifikan dapat terjadi akibat transfuse darah.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan bagi pembaca untuk lebih mempelajari mengenai
kemoterapi dan terapi desefral dalam penanganan penyakit kronis pada anak dengan
memahami masalah penyakit yang terjadi yang ada serta uapaya penanganannya dengan
baik. Penulis juga berharap para pembaca lebih memahami tentang kemoterapi dan
terapi desefraal. Selain itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu
teman-teman dalam mengenal dan memahami apa yang dimaksud dengan kemoterapi
dan terapi desefral. Serta penulis berharap kritik dan saran dari pembaca bila ada
kekurangan pada pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/53084/13/Naskah%20Publikasi.pdf

https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ACYBGNQe4Ryrcqd_oy0R8Gcqd4_cRJSPzw
%3A1568643100599&ei=HJh_Xb-gJPrSz7sP_Pq-
sA4&q=prosedur+kemoterapi+pada+anak+pdf&oq=prosedur+kemoterapi+pada+anak+p
df&gs_l=psy-ab.3..0i22i30.96272.97317..98195...0.2..0.241.908.2-4......0....1..gws-
wiz.......0i71.kvPym-tUHT8&ved=0ahUKEwi_nqn2wtXkAhV66XMBHXy9D-
YQ4dUDCAo&uact=5

https://www.alodokter.com/perawatan-kemoterapi-dan-efek-sampingnya

Anda mungkin juga menyukai